Business Outlook 2016 – My version




Tinggal 2 hari lagi kita semua akan meninggalkan tahun 2015. Kita segera memasuki tahun baru 2016 yang akan kita jalani selama 365 hari ke depan. Sebagai pebisnis, Business Outlook merupakan sajian diet yang perlu perlu dicerna agar mampu membaca kondisi satu tahun ke depan. Tidak semua prediksi yang disajikan akurat dan berguna, tapi tetap perlu agar pebisnis punya peta dan rambu-rambu yang akan menuntun menelusuri lorong waktu yang panjang itu nanti.
Sudah lebih dari sepuluh tulisan dan analisa dari para pengamat ekonomi, pengusaha dan penguasa yang saya baca tentang pandangan mereka mengenai kondisi ekonomi di tahun 2016 nanti. Hampir semuanya optimis bahwa tahun depan kondisi akan lebih baik dari tahun 2015. Argumentasi dan uraian mereka masuk akal dan bagi saya layak untuk dipercayai. 


Sebagai pelaku bisnis saya merasakan langsung betapa buruknya kondisi ekonomi kita di tahun 2015. Fakta yang terjadi jauh dari harapan. Business kami terpukul sangat berat. Walau tidak sampai k.o. tapi kami sempat pingsan selama lebih kurang enam bulan. Kalau pada tahun 2014 bisnis kami bisa tumbuh diatas 50% dan menghasilkan keuntungan diatas 30%. Tahun ini kami kemungkinan hanya tumbuh 10% dan keuntungan mungkin hanya sekitar 15% saja. Alhamdulillah masih positif. Mulai dari kwartal kedua kami terkena fenomena tsunami bisnis di Indonesia dimana hampir semua sektor mengalami krisis. Penyebab utamanya adalah akibat krisis politik dan rendahnya kepercayaan terhadap pemerintah, penyebab lain buruknya kondisi ekonomi dunia.  Terutama di sektor bisnis yang kami fokuskan. Bisnis batubara yang menjadi andalan kami sejak tiga tahun sebelumnya tiba-tiba mati suri karena harga batubara anjok sampai sebegitu dalam. Bisnis perkapalan yang berbasis pada pengangkutan batubara juga terkena angin badai dan tak bisa melaut lagi. Bisnis pembangkit listrik khususnya rental power HSD nyaris berhenti karena adanya kebijaksanaan baru dari PLN yang mengurangi penggunaan pembangkit berbahan bakar minyak bumi. Dari dua sektor bisnis ini saja kami kehilangan bisnis sekitar 50%.


Mulai dari April sampai September 2015 kami benar-benar kelimpungan karena pendapatan kami kembali ke kondisi 2014 padahal biaya sudah naik sesuai dengan anggaran 2015. Masalah kami juga semakin berat, karena keuntungan tahun 2014 sudah kami alokasikan untuk pengembangan usaha dengan membeli kantor baru. Sehingga kami tidak punya cadangan dana yang cukup untuk operasional. Kami harus pandai-pandai berakrobat dalam mengelola keuangan layaknya seperti pemain sirkus, loncat sana, loncat sini. 

Dalam perjuangan kami mencari jalan keluar, alhamdulillah di kwartal ke tiga kami menemukan lahan baru yang masih subur dan bisa memberikan banyak peluang. Tidak mudah untuk mendapatkannya, perlu waktu sekitar enam bulan untuk bisa mulai memanen. Berikutnya kwartal di terakhir tahun 2015 ini kami menemukan satu lahan lagi yang cukup besar. Dari dua lahan baru ini syukur Alhamdulillah bisa menyelamatkan bisnis kami.
Setelah melalui masa-masa yang berat ini, kami berfikir realistis, tidak mungkin untuk mencapai goal kami tahun ini. Dengan bisa selamat dari badai ekonomi 2015 saja kami sudah bersyukur sekali. Kami tetap menang, kami tetap bersyukur karena kami tetap bisa pindah ke kantor baru yang lebih baik. Dengan kondisi baru ini kami bisa menyambut tahun 2016 dengan optimis. Sebetulnya kami bisa saja menghentikan rencana pindah kantor kemudian menunggu kondisi ekonomi membaik. Tapi hal itu tidak kami lakukan, kami tetap maju. No point of return, demikian ungkapan yang tepat. Sekali layar terkembang pantang surut ke tepian. Kalau kami menyerah, kami tidak akan mendapatkan pelajaran apa-apa dari krisis ini. Bukankah krisis itu kesempatan untuk belajar bisnis, momen untuk membuktikan jati diri pengusaha tangguh? Walau badan sempat “panas-dingin” kami tetap maju. 

Optimis 2016
Dalam perjuangan kami menemukan bisnis baru, kami menemukan fakta yang merubah cara pandang saya terhadap pemerintahan Jokowi. Saya akui bahwa dulu saya adalah satu dari jutaan orang yang tidak suka dengan terpilihnya beliau menjadi presiden dengan berbagai analisa logis saya yang terbatas. Ternyata gaya kepemimpinan dan cara kerja Presiden Jokowi sangat luar biasa. Dua lahan baru yang saya temukan adalah proyek dan gagasan beliau yang telah terwujudkan. Ternyata beliau tidak hanya bicara tapi membuktikan. Beliau tidak hanya berencana tapi mengawasi sehingga setiap proyek tidak hanya berada di atas kertas tapi diwujudkan. Tidak hanya sekedar groundbreaking tapi diawasi sampai jadi. Inilah kelebihan beliau dalam bekerja. Dengan terwujudnya semua proyek itu telah menimbulkan multflyer  efek kepada ekonomi termasuk kepada perusahaan saya.
Saya juga kagum dengan cara beliau menangi masalah politik. Dengan cara yang sederhana beliau bisa meneduhkan suhu politik yang sempat sangat panah selepas terpilihnya beliau setahun yang lalu. Tidak melawan, tidak meradang dan tidak pula membantah tapi beliau membiarkan semua pengkritik berbicara sepuasnya sampai akhirnya mereka menemukan sendiri bahwa apa yang mereka ributkan bukanlah masalah besar. Beliau juga pandai membersihkan orang-orang disekitarnya dari mereka-mereka yang “membonceng” dan tidak punya kredibilitas. Beliau berani mengganti mereka termasuk jajaran menteri. Beliau berani melawan tokoh-tokoh besar yang tidak menunjukkan rasa nasionalisme dan cenderung mendahulukan kepentingan partai dan golongan. Beliau kini juga berani mengkritik kalau bukan memarahi menteri-menteri yang banyak omong dan tidak bekerja. Akibatnya banyak pejabat sekarang yang mengundurkan diri dari jabatan karena merasa tidak mampu. Ini fenomena baru di negeri kita. Selama ini pejabat tidak pernah mau mengakui kekurangan dan kesalahan mereka. 

Dari segi agama, saya salut karena kemanapun beliau pergi beliau berusaha menyempatkan sholat di mesjid di daerah-daerah yang dikunjungi. Di masa kampanye saya terpengaruh dengan “black campaign” yang mengatakan yang sebaliknya. Dengan demikian tidak ada lagi kekhawatiran saya bahwa beliau bukan seorang yang sholeh dan telah dibeli oleh musuh-musuh Islam. 

Kondisi ekonomi dunia di tahun 2016 belum akan pulih benar. Ekonomi China yang menjadi penggerek ekonomi dunia akan tumbuh sekitar 7% masih di bawah 8-9% seperti beberapa tahun sebelumnya. Harga minyak bumi masih rendah dan mungkin semakin merosot di bawah USD 40 karena Amerika yang selama ini sebagai negara importir mulai tahun ini akan mulai menjadi exporter. Minyak Amerika akan mulai membanjiri pasar Asia bersaing dengan Arab Saudi, Iran dan negara-negara OPEC lainnya. Kalau harga minyak bumi turun, sudah barang tentu harga batubara sebagai barang substitusi juga akan ikut turun, apalagi stok batubara dunia masih sangat banyak. Harga komoditi primer Indonesia seperti minyak kelapa sawit, karet, produk pertanian dan  hasil tambang lainnya juga belum pulih benar. Sulit bagi kita untuk mendapatkan penerimaan dari produk andalan ini di tahun 2016. 

Kita bisa berharap banyak dari program pemerintah. Solusi cerdas yang diambil pemerintah Jokowi adalah dengan mengalihkan subsisi BBM untuk pembangunan. Hasilnya, sekarang pemerintah punya dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur secara masif. Dalam jangka pendek itu akan menciptakan lapangan kerja dan ekonomi baru. Dalam jangka panjang akan menggerakan ekonomi nasional menjadi raksasa ekonomi baru. Bisnis Migas di sektor hulu mungkin stagnan tapi akan terus berjalan, sementara di sektor hilir akan semakin marak karena dengan harga BBM yang rendah akan semakin mudah mendapatkan bahan baku untuk pengolahan produk-produk petrochemical dan lain-lain. Sekali untuk pertambangan batubara masih belum bisa diharapkan. Klien kami salah satu kontraktor batubara terbesar saat ini hampir setengah dari alat berat mereka diparkir dan tidak tahu sampai kapan. Sektor industri sepertinya akan berkembang baik, dengan adanya deregulasi dan kemudahan dalam melakukan investasi baik bagi PMA dan PMDM akan banyak lahir pabrik dan industri baru untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia yang jumlahnya cukup besar. Hal ini juga didukung dengan semakin banyak infrastrukur yang sudah tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, bandara dan pembangkit listrik. Ada proyek mercusuar Asian Games 2018 yang memerlukan banyak sarana infrastruktur. Jalan tol Bakauheni sampai Palembang, LRT dari Bandara sampai Jaka Baring. Di Jakarta ada proyek LRT Cibubur – Cawang, Cawang Bekasi. MRT Lebak Bulus – Thamrin dan banyak lagi yang lain. Belum lagi proyek-proyek swasta mulai dari pembangunan apartemen, hotel, mall dan sarana entertainmen lainnya. 

31 Desember 2015 adalah awal dari Masyarkat Ekonomi Asean (MEA). Mulai dibukanya perdagangan bebas antara masyarakat di kawasan ASEAN. Ini tantangan tapi sekaligus peluang. Perlu pembahasan yang panjang untuk mengetahui bentuk persaingan yang sesungguhnya. Menurut saya, pada tahap awal ini tidak banyak yang akan terjadi. Karena kenyataannya perdagangan bebas antar negara ASEAN sudah berlangsung jauh-jauh hari sebelumnya. Untuk beberapa komoditi dan jasa sudah berlaku sejak lama. Sahabat saya sewaktu kecil yang tinggal di Kuala Lumpur  sudah lebih dari 15 tahun berdagang ban bekas dari Malaysia ke Indonesia. Adik saya hampir dua kali sebulan pulang pergi Jakarta – Kuala Lumpur berdagang baju. Dia punya usaha disana walau dia masih memegang paspor Indonesia. Ribuan bahkan ratusan ribu orang yang sudah melakukan perdagangan bebas ini. Di Industri asuransi hal yang sama juga sudah terjadi sejak lama. Beberapa warga Indonesia membeli polis asuransi jiwa dan kesehatan dari perusahaan asuransi Singapura. Khusus di industri broker asuransi, saya dan banyak rekan-rekan perusahaan broker asuransi sudah lebih dari tiga tahun dibuat gigit jari oleh sebuah perusahaan broker asuransi asal Singapura yang dengan gagah berani mengambil asuransi dari kapal laut milik Indonesia. Tapi di lain pihak kita juga menyaksikan ada perusahaan asuransi asal Malaysia mati setelah sekitar 10 tahun beroperasi di Indonesia. Saya yakin, Indonesia akan menjadi juara MEA karena jumlah pengusaha kita jauh lebih banyak, kemampuannya dan daya juangnya juga hebat. 

Jadi, tidak ada alasan untuk takut dan khawatir menghadapi tahun 2016. Krisis tahun 2015 telah memberikan pelajaran berharga. Jadikan itu sebagai artileri untuk menghadapi tantangan di tahun 2016. Ini saatnya untuk memaksimalkan potensi yang ada. Meningkatkan fokus dan efisiensi. 

Yes we can! In sya Allah....
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: