Tour De Bali 2013, Part 3


Tentang Penulis:
Hari ketiga adalah hari terakhir bagi my son dari kunjungan pertamanya di pulau Dewata ini. Sesuai jadwal, pesawat my son akan terbang dari bandara Ngurah Rai jam 15.00 waktu setempat. Meski kami masih punya cukup waktu sejak pagi tapi kami tidak mau mengambil resiko ketinggalan pesawat. Sebenarnya masih ada cukup waktu untuk meneruskan rencana yang tertunda kemarin untuk berkunjung ke daerah Ubud dan sekitarnya. Kami putuskan untuk tidak pergi kemana-mana. Kami tetap tinggal di hotel.
Enjoy swimming pool

Seperti hari sebelumnya selepas sarapan di restoran, kami berkeliling hotel. Pertama kami memanfaatkan sarana olahraga yang ada. Ada meja billiard dan meja pingpong. Pertama kami bermain billiard. Ini adalah pengalaman pertama bagi my son. Saya ajari my son cara bermain, memukul bola dan taktik bermain. Lucu juga melihat my son bermain billiard. Saya ajari cara memegang stick, memposisikan tangan pada saat memukul. Mengarahkan stick dan lobang yang menjadi tujuan. Disini terlihat keganjilan cara memegang. Pada dasarnya my son seorang yang kidal. Dia mempunyai kekuatan yang lebih besar pada tangan kirinya. Tapi karena sering diarahkan menggunakan tangan kanan dia juga bisa menggunakan tangan kanan dengan baik.  Selesai bermain billiard kami main pimpong. Walau sudah pernah main pimpong tapi my son belum menguasai cara bermainnya. Saya ajarkan cara memegang bed yang benar. Lumayan dia sudah bisa memukul bola walau masih belum terarah. Selagi kami asyik bermain, tiba-tiba ada anak muda yang juga ingin bermain. Dia memperkenalkan diri "my name is Ahmad" katanya sambil mengambil bed dari my son. Saya memperkenal diri dan my son. Si Ahmad orang Arab Saudi yang sedang menikmati liburan panjang Idul Adha. Rupanya di Arab Saudi libur Idul Adha jauh lebih seru dari pada liburan Idul Fitri. Ternyata si Ahmad main pimpong hebat juga. Awalnya permainan saya dan dia masih cukup berimbang tapi lama-kelamaan dia menunjukkan kebolehannya dengan smash dan spin membuat saya keteteran. Selesai main billiard dan pimpong kami pindah ke kolam renang di lantai 1. Tidak ada juga yang memanfaatkan kolam yang airnya begitu bersih itu. Desain kolamnya sangat bagus. Terbuat dari irisan batu alam yang cukup tebal. Kami berenang dengan berbagai gaya. Kami juga sempat lomba renang gaya bebas dan ternyata kali ini saya menang, padahal sebelumnya my son sering menang. Bosan di dalam kolam saya keluar tiduran di kursi santai yang ada di tepinya. Jam sepuluh kami balik ke kamar untuk bersiap-siap berangkat ke bandara. Mandi dan berberes-beres barang my son. Jam setengah dua belas kami turun untuk menikmati makan siang. Kami berjalan ke luar hotel ke sebuah warung makan halal. Banyak sekali menu makanannya. Ada pemandangan aneh di warung ini. Hampir separoh pelanggannya adalah orang bule. Mereka dengan santainya menikmati makanan khas Indonesia itu. Setelah makan siang kami kembali ke hotel untuk sholat zuhur sekaligus jamak dengan asyar.

Ready to fly alone

Leaving Bali to Jakarta
Ada kelucuan kecil ketika kami akan meninggalkan hotel. Saya melihat ada keganjilan pada celana jeans yang my son kenakan.  Saya perhatikan lebih dekat "hey son, ini celana papa" kata saya. Dia memperhatikan dan malah menjawab " ah ga pa, ini celana aku" balasnya. Setelah dia perhatikan betul, ternyata my son telah salah pakai. Mungkin karena  ukuran celana kami sudah hampir sama. Hm... anak usia 14 tahun cocok dengan celana orang tua usia 50 tahun he he he.
Dengan menumpang taxi Blue Bird kami menuju Bandara Ngurah Rai. Menjelang jam satu kami sudah sampai di terminal keberangkat dalam negeri. Begitu memasuki kawasan bandara kami baru melihat betapa dahsyatnya perubahan bandara ini. Waktu  datang saya belum melihat perubahan yang signifikan karena kami masih keluar menggunakan terminal lama. Terminalnya terdiri dari dua lantai seperti terminal 2 Soekarno Hatta Cengkareng. Konstruksinya sangat canggih. Terminal internasional berada di lantai dua. Mobil pengantar bisa naik sampai di depan pintu. Ada eskalator dan ban berjalan. Ada lift bundar yang mengangkut penumpang dari lanti dasar. Toiletnya kelas dunia punya. Besar, banyak dan bersih. Pada saat itu baru sekitar 75% dari fasilitas di lantai dua yang sudah selesai. Saya membayangkan betapa cantiknya bandara ini setelah selesai 100%. Mungkin dalam 6 bulan ini akan selesai semuanya. Sementara untuk terminal dalam negeri yang berada di lantai dasar sepertinya masih jauh dari sempurna. Masih terlalu banyak pekerjaan finishing yang harus diselesaikan. Bandara ini memang sengaja dikebut penyelesaiannya dalam rangka mensukseskan pertemuan APEC yang diadakan bulan Oktober lalu. Mulai dari ruang pemeriksaan penumpang, counter check in ke pesawat serta pemeriksaan masuk ke dalam ruang tunggu (gate) semua masih bersifat sementara. Tapi walau demikian sudah terlihat bahwa bandara ini sangat besar dan mewah. Kalau melihat dari depan sepertinya bandara Ngurah Rai ini ukurannya hampir sama dengan  bandara Sepinggan Balikpapan yang saat ini juga dalam proses penyelesaian.

Bagian Depan Terminal Domestik, Ngurah Rai In'tl Airport

International Terminal, lantai 2

APEC

Corridor penumpang lantai 2


View dari lantai 2

My son sendirian kembali ke Jakarta. Saya akan terus tinggal di sini sampai hari Rabu. Ini adalah pengalaman terbang sendirian pertama my son. Dia sangat percaya diri dengan pengalaman pertamanya ini. Sejak turun dari taxi dia sudah minta agar semua tasnya yang tiga buah itu dia sendiri yang membawa ke dalam terminal. Dia juga yang mengurus semua pemeriksaan, check in di counter Lion Air. Saya agak gamang melihat dengan pengalaman pertama my son ini. Saya teringat pengalaman pertama saya pergi sendiri ketika seumur my son. Waktu itu saya berangkat sendiri dari Rao, Pasaman ke Payakumbuh berjarak sekitar 125 km dengan menumpang bis. Saya dilepas oleh ayah saya di desa Beringin Lansek Kodok dan dinaikkan ke bis ALS dari Medan ke Bukittinggi. Dari Bukittinggi saya harus pindah ke bis jurusan Payakumbuh, dari situ saya masih harus menumpang kendaraan umum lagi ke Sariek Laweh. Karena saya tukang mabuk di bis, dalam perjalanan di sekitar Rimbo Panti saya mabok dan muntah-muntah. Semua penumpang tertidur pulas. Waktu saya membuang muntah saya ke jendela sebagian sempat tercecer mengenai anak gadis yang duduk dekat jendela yang sedang tertidur. Setelah itu saya pura-pura tidur sementara dia sibuk membersihkan muntah saya, He he he.

Pada saat my son berjalan sendiri memasuki ruang tunggu, saya makin galau. Apakah ia akan bisa menemukan gate 17 tempat Lion Air tujuan Jakarta boarding? Saya coba memonitor lewat HP. Ternyata pesawat my son delay satu jam. Tiga hari kemudian ketika saya balik ke Jakarta dan memasuki ruang tunggu yang sama, saya terbayang betapa beratnya perjuangan my son. Gate 17 itu lumayan jauh, melewati tangga berjalan, dan beberapa gate sebelumnya. Jumlah penumpang sangat membludak sehinga banyak diantara mereka yang duduk di lantai. Sudah itu di gate yang  sama ada penumpang lain yang sudah menunggu untuk tujuan penerbangan yang lain. Ruang tunggunya pun masih berantakan. Saya beryukur ternyata my son bisa mengatasi semua kendala itu. Belum lagi antri naik bis ke depan pesawat yang parkir jauh dari gate.

Sementara my son menunggu pesawat, saya bersilaturahmi dengan sahabat lama saya Raffles H Situmeang. Beliau ini teman seperjuangan sewaktu di IBS dulu. Kebetulan sehari sebelumnya Raffles posting di Facebook memberitahu bahwa dia lagi berada di Nusa Dua. Saya langsung response dan akhirnya kita janjian bertemu. Kebetulan sore itu bang Raffles ini juga mau balik ke Jakarta   jam 4 sore naik Garuda. Kami bertemu di restoran Kopitiam yang berada di bagian depan terminal. Kami memang sudah lama tidak bertemu, paling tidak sudah lima tahun. Raffles sekarang membuka kantor Law firm sendiri. Dia tidak hanya menangani masalah asuransi tapi juga kasus-kasus lain. Dari pertemuan ini kami menemukan ide yag  yang akan kami kembangkan, antara lain kami akan mengurus mendapatkan sertifikat sebagai arbitrator di Singapura.

Sementara my son dalam penerbangannya menuju Jakarta saya kembali ke hotel sendiri. Tidak ada yang ingin saya kunjungi di Kuta, saya ingin bersantai-santai saja sore itu. Kebetulan di sebelah hotel ada pijat reflexy khas Bali yang terkenal itu. Untuk satu jam cuma Rp. 85 ribu. Pijak khas Bali sekarang sedang menjadi trend di kota Moscow Russia. Puluhan pusat pijak khas Bali saat ini ada disana. Tenaganya semua di datangkan dari Bali. Nah, dari pada jauh-jauh ke Moscow yah mendingan pijit sini saja. Setelah selesai pijat, saya coba menelpon my son. Beberapa saat kemudian baru dia menjawab bahwa dia sudah sampai. Beberapa saat kemudian saya mendapatkan kiriman gambar dari BBM my son sedang menggendong keponakan saya Syabil (Ibih) yang sudah dari jam tiga sore menantinya di bandara.

Pengalaman berlibur berdua antara father and son sangat menyenangkan. Meningkatkan komunikasi yang selama ini belum begitu terbuka. My son menikmati sekali liburan ini. Kita bercerita sambil berjalan berpelukan dan tertawa tampa beban. Saya juga bisa memasukkan visi dan ajaran yang belum sempat saya berikan selama ini. Dua bulan lalu saya berlibur dan berjalan-jalan dengan ayah saya ke tanah Jawa. Jadi sekarang sudah lengkap, acara father and son. Meski kami tidak bisa menikmati hari kedua kami dengan baik karena kerusakan mobil, tapi itu tidak masalah, satu saat nanti kami bisa lanjutkan kembali. Jalan-jalan kembali sekarang it's not a big deal. Semua orang bisa pergi, biayanya sangat terjangkau. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah masalah kendaraan selama disana. Rencanakanlah dengan baik, mau menyewa rental car, sepeda motor atau yang lain-lain. Untuk berjalan-jalan di sekitar Kuta, Nusa Dua dan Denpasar mungkin bisa menggunakan taxi. Sewa taxi di Bali lebih mahal daripada di Jakarta. Buka pintu sama-sama Rp. 6 ribu, tapi kenaikan setiap kilometernya sepertinya di Bali lebih mahal. Jarak dari hotel kami ke pantai Kuta hanya 1,5 km, ongkos taxinya sekitar Rp. 30 ribu. Itu dengan taxi Blue Bird.

Satu tahun atau paling lambat dua tahun dari sekarang, Bali akan berubah menjadi tempat yang jauh lebih indah dan dahsyat. Bandara Ngurah Rai pasti sudah selesai dan rapi. Pembangunan hotel, restoran dan toko-toko yang begitu banyak dibangun saat ini akan selesai semuanya. Liburan akan semakin menyenangkan di Bali. Yuk mari... Selamat berlibur di Bali, pulau Dewata.

lngrisk.co.id
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: