Tanggal 1 September 2010 perusahaan kami L&G Risk Services memasuki usianya yang ke 4. Perjalanan panjang yang perlu disyukuri. Begitu banyak manfaat dan keuntungan yang telah diberikan oleh perusahaan ini, yang insya Allah akan menjadi perusahaan raksasa ini.
Bermula dari keterpaksaan, L&G mulai aktif tanggal 1 September 2006, 1 bulan sesudah secara resmi saya "dikudeta" dari perusahaan pertama saya. Ingin rasanya saya bercerita panjang lebar mengenai peristiwa yang paling menyakitkan itu, tapi dari pada terus-menerus membebani jiwa dengan musibah itu lebih baik saya lupakan agar hati ini tetap ikhlas dan bersyukur.
Setelah memikirkan beberapa alternatif apa yang mungkin saya lakukan setelah "terlempar" dari perusahaan yang saya rintis sejak dari nol itu, ada beberapa kemungkinan yang bisa saya lakukan untuk meneruskan kehidupan. Pertama, saya kembali bekerja menjadi professional. Ya, bekerja jadi karyawan, karir yang sudah lama saya ingin tinggalkan itu. Itu bukan pilihan terbaik, namun apa boleh buat iika itu adalah solusi yang tercepat agar saya bisa kembali mempunyai penghasilan.
Segera saya menghubungi teman-teman saya di IBS, Marsh, AON dan Willis perusahaan broker asuransi Alhamdulillah mereka memberikan response yang baik namun terbentur masalah waktu dan kesempatan.Saya memang hanya menargetkan ke perusahaan-perusahaan itu karena corporate culturenya saya suka serta standard gajinya juga lebih baik.
IBS adalah tempat yang paling menjanjikan karena semua teman-teman saya disana mendukung saya untuk kembali. Saya juga bertemu dengan boss dan tokoh idola saya Brian Dallamore dan dia juga memberikan simpati yang besar atas musibah yang saya derita.
Segera saya menghubungi teman-teman saya di IBS, Marsh, AON dan Willis perusahaan broker asuransi Alhamdulillah mereka memberikan response yang baik namun terbentur masalah waktu dan kesempatan.Saya memang hanya menargetkan ke perusahaan-perusahaan itu karena corporate culturenya saya suka serta standard gajinya juga lebih baik.
IBS adalah tempat yang paling menjanjikan karena semua teman-teman saya disana mendukung saya untuk kembali. Saya juga bertemu dengan boss dan tokoh idola saya Brian Dallamore dan dia juga memberikan simpati yang besar atas musibah yang saya derita.
Meskipun saya keluar dari IBS untuk mendirikan perusahaan baru, tapi saya tetap menghargai IBS .Saya tidak berubah menjadi pesaing mereka, saya tidak mengambil klien-klien lama saya sehingga tidak ada konflik antara saya dan IBS. Bahkan saya sering datang ke IBS hanya untuk sekedar say hello kepada teman-teman. Teman-teman saya tetap menganggap saya sebagai bagian dari IBS, ketika saya datang ke sana mereka mengajak saya ke setiap ruangan kerja mereka, seolah-olah saya bukan tamu mereka. Di dalam salah satu seminar Asosiasi Broker Asuransi Indonesia (ABAI) dimana salah satu pembicara utamanya adalah Brian Dallamore dia mengatakan kepada seluruh peserta " if you want to develop a good insurance broking, you just follow what Taufik has done with his business" . Itu suatu penghargaan luar biasa bagi saya. Karena orang seperti Brian seorang pimpinan dari salah satu perusahaan Broker Asuransi terbesar di Asia Tenggara mengakui dan menghargai hasil kerja saya.
Selain ke IBS saya juga mengajukan lamaran ke Marsh, broker asuransi internatioanal. Di sana saya mempunyai banyak teman tapi saya punya seorang teman baik yang dari tahun-tahun sebelumnya tertarik untuk mengajak saya bekerja bersamanya karena saya mengusai bidang Oil and Gas yang waktu itu masih sedikit orang yang menguasainya. Teman baik saya itu bernama Justin Baker, satu hari saya bertemu dengannya dan saya sampaikan keinginan saya. Dia sangat tersentak ketika dia tahu bahwa saya dikudeta "Taufik how could they do it to you, you are the founder of the company right?" katanya. Tapi di lain pihak dia senang ingin mengajak saya dan minta saya mengirimkan CV karena harus dikirimkan ke head office.
Selang beberapa waktu Justin memberitahu saya untuk mempertemukan saya dengan director Marsh yang baru waktu itu, namanya Peter Phillips!. Wah, Peter Phillips saya kenal baik dengan orang ini, karena dia adalah salah satu boss saya waktu di IBS dulu, dengannya saya sering berdiskusi, main tennis, berkunjung ke klien-klien. Akhirnya kami bertiga bertemu di salah satu cafe dekat kantor Marsh, setelah ketawa-ketiwi Peter mengatakan "Taufik we have no problem with you, but we have to seek our head's office approval". Saya katakan tidak masalah, saya akan tunggu.
Setelah beberapa minggu menunggu, kemudian terjadilah hal yang tidak pernah saya duga termasuk juga semua orang. Justin meninggal dunia! Dia terkena serangan jantung dan sempat di rawat di rumah sakit. Saya menghadiri pemakaman Justin teman baik saya seorang Mualaf yang ingin benar-benar menjalankan agamanya dengan baik. Dengannya saya sering berlama-lama berdiskusi soal agama, tentang beberapa orang saudaranya di London sana yang juga mualaf. Setelah Justin meninggal saya tidak lagi ingin menindak lanjuti lamaran saya ke Marsh. Beberapa waktu kemudian saya dengar Peter Phillips juga pindah ke kantor Marsh di Singapura atau negara lain.
Setelah beberapa minggu menunggu, kemudian terjadilah hal yang tidak pernah saya duga termasuk juga semua orang. Justin meninggal dunia! Dia terkena serangan jantung dan sempat di rawat di rumah sakit. Saya menghadiri pemakaman Justin teman baik saya seorang Mualaf yang ingin benar-benar menjalankan agamanya dengan baik. Dengannya saya sering berlama-lama berdiskusi soal agama, tentang beberapa orang saudaranya di London sana yang juga mualaf. Setelah Justin meninggal saya tidak lagi ingin menindak lanjuti lamaran saya ke Marsh. Beberapa waktu kemudian saya dengar Peter Phillips juga pindah ke kantor Marsh di Singapura atau negara lain.
Lamaran ke ke AON dan Willis tidak banyak kemajuan, pak Junaidi Ganie CEO AON Indonesia waktu adalah bekas boss saya juga di IBS dulu mengatakan bahwa belum ada kesempatan untuk posisi seperti saya disana, beliau merekomendasikan saya untuk bertemu dengan beberapa orang teman beliau yang saat itu sedang mencari tenaga professional. Dengan Willis hampir tidak ada perkembangan, saya hanya sempat berbicara dengan pak Anton Wiyana komisarisnya tapi tidak ada tindak lanjut.
Hampir saja saya "come back" ke IBS, tapi setelah saya tunggu beberapa lama ternyata mereka ragu dengan keseriusan saya karena mereka tahu "jiwa" saya adalah seorang enterpreanure.
Sementera saya menunggu hasil lamaran, saya juga melakukan langkah kecil dengan memulai L&G. Nama L&G saya ambil dari kata LIFE dan GENERAL insurance. Saya menggunakan kata Life karena saya tertarik untuk mengembangkan asuransi jiwa. Sejak saya aktif sebagai pengurus ABAI saya sudah mengamati bahwa peluang bisnis asuransi jiwa sangat besar, pertumbuhannya setiap tahun jauh diatas pertumbuhan asuransi umum. Kemudian ditambah lagi dengan "dendam" saya untuk membuktikan bahwa saya juga bisa sukses di asuransi jiwa dan ingin membalas kegagalan saya pada saat pertama kali menjadi agen di Bumiputera 1912 pada tahun 83 lalu. Sedangkan kata General saya ambil dari asuransi umum. Sebenarnya ada alternatif nama lain yang MTA Risk Services (Muhammad Taufik Arifin) nama lengkap saya. Tujuan saya untuk menunjukkan kepada para pengkudeta saya bahwa saya bisa, tapi saya batalkan karena untuk membuktikan diri tidak harus dengan cara seperti itu.
Logo L&G saya ambil dengan meniru logo AIG yang pada waktu itu masih menjadi sponsor utama club Mancherster United (MU). Bedanya, huruf L saya beri warna merah dan L warna biru, merah warna paforit isteri saya sedangkan biru warna paforit saya. Pada saat pertama kali saya memperkenalkan nama ini banyak yang tertarik. "Wah pak Taufik nama perusahaannya bagus sekali ini bergerak di bidang Migas ya pak, kok ada LNG (Liquid Natural Gas)" kata ibu Nellywati sahabat dan klien saya dari Medco Group. Lain lagi dengan reaksi kebanyakan teman-teman saya, mereka menyamakan dengan LG (Lucky Goldstar) group bisnis asal Korea. Tapi saya juga kaget ketika saya buka-buka internet ternyata L&G mirip dengan logonya P&G group perusahaan besar bidang retail asal Amerika.
Memang saya menggunakan nama bahasa Inggris, ini sesuai dengan saran rekan saya almarhum Justin Baker. Menurut dia sebaiknya nama perusahaan itu yang mudah dikenal oleh orang asing karena dia pusing memahami nama perusahaan saya yang dulu.
Kami sudah mantap dengan nama L&G, manager kami yang sekaligus adik saya Il mengatakan bahwa "nama dan logo kita jangan diganti, ini sudah bagus dan orang sudah kenal baik". Yah saya rasa demikian, L&G sekarang sudah menjadi mereka yang dikenal, baik oleh rekan-rekan asuransi maupun oleh para klien dan sahabat-sahabat kami. Insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi brand L&G akan menyamai P&G, LG, AIG ataupun LNG, amiiin.
L&G awalnya berkantor di garasi rumah saya di Karya Indah Village II, Jurangmangu Pondak Aren Tangerang. Kantornya saya lengkapi dengan meja dan komputer bekas dari kantor lama saya yang dilelang dengan harga murah. Awalnya saya bekerja sendiri tapi kemudian ada bekas staff saya yang jadi korban perusahaan lama minta dicarikan kerja. Saya memahami kesulitannya, dia sebatangkara di Jakarta sini, tinggal di tempat kos, tidak ada kerabat dekat yang mengurusinya. Ibunya sudah meninggal dunia sejak beberapa tahun lalu, ayahnya menikah lagi dan tinggal di luar kota, adiknya kuliah di Jawa Timur dan menjadi tanggung jawabnya. Akhirnya dia bergabung dengan saya, jadilah saya berdua dengannya bekerja di dalam garasi itu.
Tidak mudah bagi saya memulai bisnis pada saat itu karena saya hampir sudah tidak punya klien lagi. Semua klien lama saya sudah saya perkenalkan kepada anak-didik saya di tempat sebelumnya dan mereka sudah menjalin hubungan baik dan mereka sudah berhasil "mencuri" hati teman-teman dari saya. Tidak enak bagi saya untuk mengajak mereka pindah kepada saya apa lagi harus bersaing dengan anak-didik sendiri.
Saya harus memulainya dari nol. Klien pertama saya dapatkan dari teman lama di Trakindo Group namanya Dremo. Dia memperkenalkan saya ke salah satu kliennya yang membeli alat berat dan dia memerlukan asuransi pengiriman dan alhamdullilah saya dipercaya. Lucunya yang menjagi klien saya bukanlah CSUL tempat Dremo bekerja, bukan pula kliennya yang membeli alat berat tapi justru perusahaan forwardernya PT LAPACA. Jadi LAPACA adalah klien resmi pertama dari L&G.
Saya juga banyak dibantu oleh pak Herman Setiadi, kakak sekaligus sahabat saya, pak Herman rekan dari Iryadi Arifin kakak saya. Dengan beliau saya sering pergi bersama ke kantor teman-teman beliau. Kami akhirnya mempunyai banyak klien seperti pak Haryanto, pak Ridwan Salim, pak Suparman dan banyak lagi yang lain. Alhamdulillah mereka itu sekarang sudah menjadi klien kami.
Hari-hari selanjutnya adalah hari penuh perjuangan dan doa, saya menghubungi klien-klien lama, tak jarang pula saya melakukan penjualan door to door ke proyek-proyek, mencari informasi lewat internet, mengirimkan proposal melalui fax, menemui teman-teman lama. Pokoknya segala macam cara saya lakukan, intinya saya harus segera mempunyai pendapatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya karena dapur harus terus mengepul sementara gaji sudah berhenti langsung pada saat saya dikudeta. Tidak ada kompensasi, tidak ada penghargaan yang ada hanya penawaran untuk membayar harga saham saya dengan setengah harga Setelah 10 tahun, dasar!
Sebagai langkah awal saya mendaftar menjadi agen di MAA General Insurance (Syariah Division) di bawah pimpinan teman lama saya mba Sri Hartati. Beliaulah yang menampung saya untuk bisa memulai beraktifitas. di dunia persilatan asuransi kembali. Rasanya canggung juga dengan karir baru sebagai agen, karena sesungguhnya saya adalah broker berlisensi CIIB yang menurut pandangan umum menjadi broker itu "kasta"nya lebih terhormat. Tapi apa boleh buat saya harus menjalaninya. Untuk menjaga agar tetap berada di "kasta" broker saya bergabung di ANTARA Insurance Broker di bawah pimpinan sahabat baik saya pak Freddy Pieloor dan ibu Lucy. Mereka berdua sahabat saya ketika sama-sama menjadi pengurus ABAI dan pengelola majalah Broker Asuransi. Mereka memberikan jabatan kepada saya sebagai Technical Advisor. Selain itu kami juga membuat kerjasama untuk case-case tertentu saya menggunakan ANTARA sebagai broker, mereka juga memberikan pinjaman modal. "Wah Taufik hebat lho, sekarang jadi Technical Advisor sama kayak Brian dan Tom Tan" kata pak Jacob Kosasih President Director IBS teman lama dan juga bekas boss saya. Pak Jacob tidak tahu kalau itu hanya sebatas kartu nama saja, tidak ada gaji dan benefit lain-lain.
Bagi saya pribadi tantangan ini tidak masalah, saya siap melakoninya karena ini sama dengan kondisi saya 20 tahun sebelumnya ketika saya memulai karir saya dan mencari kerja. Tapi sekarang situasinya lain, ada anak, isteri dan keluarga yang mengandalkan dari penghasilan saya. Mereka sudah terbiasa dengan gaya-hidup yang baik seperti yang saya berikan sebelumnya.
Dengan uang sangat terbatas saya menjalankan bisnis, saya masih punya satu mobil yang saya gunakan secara bergantian dengan isteri saya. Kalau isteri saya memakai, saya pergi naik bis, angkot atau kalau terpaksa naik taksi. Kadang tak jarang pula saya pergi naik ojek.
Alhamdulillah dalam 3 bulan pertama saya sudah berhasil mendapatkan komisi tapi jumlahnya belum mencukup kebutuhan saya tapi lumayan banyak. Dengan pendapatan itu saya semakin yakin bahwa saya bisa meningkatkan pendapatan sesuai dengan yang saya harapkan.
Menjalani hari-hari di tahun pertama terasa sangat berat, saya benar-benar bekerja sendiri sama peserti iklan ALLIANZ "insuring A-Z" saya melakukan segalanya. Mulai dari membuat janji, bertemu, mengumpulkan informasi, membuat proposal, placing, konfirmasi dan menagih premi. Masalah terbesar bukanlah bagaimana mendapatkan bisnsi tapi bagaimana mengatur keuangan. Dana yang terbatas serta saham yang dibayar secara cicilan membuat bisnis saya berjalan ndut-ndutan.
Sebagai manusia yang lemah saya hanya bisa berserah diri kepada Allah. Saya perbanyak sholat tahajud, sholat dhuha, zikir, tadarus dan semua ibadah yang bisa saya lakukan. Saya tidak punya lagi orang dekat tempat saya mengadu karena saya sudah terlalu lama berada dilingkungan perusahaan lama yang kemudian "memusuhi" saya. Namun saya sangat bersyukur saya masih mempunyai seseorang yang sangat mencitai dan memperhatikan saya. Beliaulah orang yang saya hubungi ketika saya berada pada puncak kepiliuan hati. Orang itu ialah ayah saya tercinta H. Masyur Arifin yang tinggal di Padang. Setiap kali saya menelpon beliau beliau selalu menanyakan "ha... lai ba'a usaho kalian tuh". Sering suara saya bergetar dan tersendat ketika menjawabnya. Mendengar suara saya seperti itu beliau langsung menimpali "lah iyo tuh... iyo baitu usaho itu.. indak ado nan mudah doh, satiok usao baru pasti susah, tapi kalau lah ado order walau saketek, itu namonyo lah berhasil tuh..." taruih kan sajo..lah" dan seterusnya. Wah, hati saya terasa sangat lega mendengar nasehat ayah saya. Sebagai seorang pengusaha dan wiraswasta
Untuk melancarkan kegiatan usaha saya pernah berusaha untuk mendapatkan modal. Saya buat proposal dan saya tawarkan kepada beberapa orang teman saya diantaranya tetangga saya yang sering menjadi investor di usaha tetangga yang lain tapi dia tidak berminat karena dia mau investasi yang profitnya cepat, setiap bulan sudah harus ada keuntungan, sementera bisnis saya perlu waktu lama paling cepat dua tahun. Saya tawarkan juga kepada pak Irvan Rahardjo bekas boss saya waktu di IBS, beliau berminat tapi sayang dana beliau sudah dianggarkan untuk pernikahan anak beliau. Saya tawarkan juga kepada pak Andrie teman dan sekaligus klien saya, tapi beliau belum bisa memutuskan dalam waktu singkat. Tapi alhamdullilah akhirnya saya mendapat pinjaman dana dari rekan saya ex Trakindo Ahmad Yani, lumayan dengan dana itu cukup bagi saya untuk melanjutkan perjuangan.
Logo lengkap |
Logo L&G saya ambil dengan meniru logo AIG yang pada waktu itu masih menjadi sponsor utama club Mancherster United (MU). Bedanya, huruf L saya beri warna merah dan L warna biru, merah warna paforit isteri saya sedangkan biru warna paforit saya. Pada saat pertama kali saya memperkenalkan nama ini banyak yang tertarik. "Wah pak Taufik nama perusahaannya bagus sekali ini bergerak di bidang Migas ya pak, kok ada LNG (Liquid Natural Gas)" kata ibu Nellywati sahabat dan klien saya dari Medco Group. Lain lagi dengan reaksi kebanyakan teman-teman saya, mereka menyamakan dengan LG (Lucky Goldstar) group bisnis asal Korea. Tapi saya juga kaget ketika saya buka-buka internet ternyata L&G mirip dengan logonya P&G group perusahaan besar bidang retail asal Amerika.
Memang saya menggunakan nama bahasa Inggris, ini sesuai dengan saran rekan saya almarhum Justin Baker. Menurut dia sebaiknya nama perusahaan itu yang mudah dikenal oleh orang asing karena dia pusing memahami nama perusahaan saya yang dulu.
Kami sudah mantap dengan nama L&G, manager kami yang sekaligus adik saya Il mengatakan bahwa "nama dan logo kita jangan diganti, ini sudah bagus dan orang sudah kenal baik". Yah saya rasa demikian, L&G sekarang sudah menjadi mereka yang dikenal, baik oleh rekan-rekan asuransi maupun oleh para klien dan sahabat-sahabat kami. Insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi brand L&G akan menyamai P&G, LG, AIG ataupun LNG, amiiin.
L&G awalnya berkantor di garasi rumah saya di Karya Indah Village II, Jurangmangu Pondak Aren Tangerang. Kantornya saya lengkapi dengan meja dan komputer bekas dari kantor lama saya yang dilelang dengan harga murah. Awalnya saya bekerja sendiri tapi kemudian ada bekas staff saya yang jadi korban perusahaan lama minta dicarikan kerja. Saya memahami kesulitannya, dia sebatangkara di Jakarta sini, tinggal di tempat kos, tidak ada kerabat dekat yang mengurusinya. Ibunya sudah meninggal dunia sejak beberapa tahun lalu, ayahnya menikah lagi dan tinggal di luar kota, adiknya kuliah di Jawa Timur dan menjadi tanggung jawabnya. Akhirnya dia bergabung dengan saya, jadilah saya berdua dengannya bekerja di dalam garasi itu.
Tidak mudah bagi saya memulai bisnis pada saat itu karena saya hampir sudah tidak punya klien lagi. Semua klien lama saya sudah saya perkenalkan kepada anak-didik saya di tempat sebelumnya dan mereka sudah menjalin hubungan baik dan mereka sudah berhasil "mencuri" hati teman-teman dari saya. Tidak enak bagi saya untuk mengajak mereka pindah kepada saya apa lagi harus bersaing dengan anak-didik sendiri.
Saya harus memulainya dari nol. Klien pertama saya dapatkan dari teman lama di Trakindo Group namanya Dremo. Dia memperkenalkan saya ke salah satu kliennya yang membeli alat berat dan dia memerlukan asuransi pengiriman dan alhamdullilah saya dipercaya. Lucunya yang menjagi klien saya bukanlah CSUL tempat Dremo bekerja, bukan pula kliennya yang membeli alat berat tapi justru perusahaan forwardernya PT LAPACA. Jadi LAPACA adalah klien resmi pertama dari L&G.
Saya juga banyak dibantu oleh pak Herman Setiadi, kakak sekaligus sahabat saya, pak Herman rekan dari Iryadi Arifin kakak saya. Dengan beliau saya sering pergi bersama ke kantor teman-teman beliau. Kami akhirnya mempunyai banyak klien seperti pak Haryanto, pak Ridwan Salim, pak Suparman dan banyak lagi yang lain. Alhamdulillah mereka itu sekarang sudah menjadi klien kami.
Hari-hari selanjutnya adalah hari penuh perjuangan dan doa, saya menghubungi klien-klien lama, tak jarang pula saya melakukan penjualan door to door ke proyek-proyek, mencari informasi lewat internet, mengirimkan proposal melalui fax, menemui teman-teman lama. Pokoknya segala macam cara saya lakukan, intinya saya harus segera mempunyai pendapatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya karena dapur harus terus mengepul sementara gaji sudah berhenti langsung pada saat saya dikudeta. Tidak ada kompensasi, tidak ada penghargaan yang ada hanya penawaran untuk membayar harga saham saya dengan setengah harga Setelah 10 tahun, dasar!
Sebagai langkah awal saya mendaftar menjadi agen di MAA General Insurance (Syariah Division) di bawah pimpinan teman lama saya mba Sri Hartati. Beliaulah yang menampung saya untuk bisa memulai beraktifitas. di dunia persilatan asuransi kembali. Rasanya canggung juga dengan karir baru sebagai agen, karena sesungguhnya saya adalah broker berlisensi CIIB yang menurut pandangan umum menjadi broker itu "kasta"nya lebih terhormat. Tapi apa boleh buat saya harus menjalaninya. Untuk menjaga agar tetap berada di "kasta" broker saya bergabung di ANTARA Insurance Broker di bawah pimpinan sahabat baik saya pak Freddy Pieloor dan ibu Lucy. Mereka berdua sahabat saya ketika sama-sama menjadi pengurus ABAI dan pengelola majalah Broker Asuransi. Mereka memberikan jabatan kepada saya sebagai Technical Advisor. Selain itu kami juga membuat kerjasama untuk case-case tertentu saya menggunakan ANTARA sebagai broker, mereka juga memberikan pinjaman modal. "Wah Taufik hebat lho, sekarang jadi Technical Advisor sama kayak Brian dan Tom Tan" kata pak Jacob Kosasih President Director IBS teman lama dan juga bekas boss saya. Pak Jacob tidak tahu kalau itu hanya sebatas kartu nama saja, tidak ada gaji dan benefit lain-lain.
Bagi saya pribadi tantangan ini tidak masalah, saya siap melakoninya karena ini sama dengan kondisi saya 20 tahun sebelumnya ketika saya memulai karir saya dan mencari kerja. Tapi sekarang situasinya lain, ada anak, isteri dan keluarga yang mengandalkan dari penghasilan saya. Mereka sudah terbiasa dengan gaya-hidup yang baik seperti yang saya berikan sebelumnya.
Dengan uang sangat terbatas saya menjalankan bisnis, saya masih punya satu mobil yang saya gunakan secara bergantian dengan isteri saya. Kalau isteri saya memakai, saya pergi naik bis, angkot atau kalau terpaksa naik taksi. Kadang tak jarang pula saya pergi naik ojek.
Alhamdulillah dalam 3 bulan pertama saya sudah berhasil mendapatkan komisi tapi jumlahnya belum mencukup kebutuhan saya tapi lumayan banyak. Dengan pendapatan itu saya semakin yakin bahwa saya bisa meningkatkan pendapatan sesuai dengan yang saya harapkan.
Menjalani hari-hari di tahun pertama terasa sangat berat, saya benar-benar bekerja sendiri sama peserti iklan ALLIANZ "insuring A-Z" saya melakukan segalanya. Mulai dari membuat janji, bertemu, mengumpulkan informasi, membuat proposal, placing, konfirmasi dan menagih premi. Masalah terbesar bukanlah bagaimana mendapatkan bisnsi tapi bagaimana mengatur keuangan. Dana yang terbatas serta saham yang dibayar secara cicilan membuat bisnis saya berjalan ndut-ndutan.
Sebagai manusia yang lemah saya hanya bisa berserah diri kepada Allah. Saya perbanyak sholat tahajud, sholat dhuha, zikir, tadarus dan semua ibadah yang bisa saya lakukan. Saya tidak punya lagi orang dekat tempat saya mengadu karena saya sudah terlalu lama berada dilingkungan perusahaan lama yang kemudian "memusuhi" saya. Namun saya sangat bersyukur saya masih mempunyai seseorang yang sangat mencitai dan memperhatikan saya. Beliaulah orang yang saya hubungi ketika saya berada pada puncak kepiliuan hati. Orang itu ialah ayah saya tercinta H. Masyur Arifin yang tinggal di Padang. Setiap kali saya menelpon beliau beliau selalu menanyakan "ha... lai ba'a usaho kalian tuh". Sering suara saya bergetar dan tersendat ketika menjawabnya. Mendengar suara saya seperti itu beliau langsung menimpali "lah iyo tuh... iyo baitu usaho itu.. indak ado nan mudah doh, satiok usao baru pasti susah, tapi kalau lah ado order walau saketek, itu namonyo lah berhasil tuh..." taruih kan sajo..lah" dan seterusnya. Wah, hati saya terasa sangat lega mendengar nasehat ayah saya. Sebagai seorang pengusaha dan wiraswasta
Untuk melancarkan kegiatan usaha saya pernah berusaha untuk mendapatkan modal. Saya buat proposal dan saya tawarkan kepada beberapa orang teman saya diantaranya tetangga saya yang sering menjadi investor di usaha tetangga yang lain tapi dia tidak berminat karena dia mau investasi yang profitnya cepat, setiap bulan sudah harus ada keuntungan, sementera bisnis saya perlu waktu lama paling cepat dua tahun. Saya tawarkan juga kepada pak Irvan Rahardjo bekas boss saya waktu di IBS, beliau berminat tapi sayang dana beliau sudah dianggarkan untuk pernikahan anak beliau. Saya tawarkan juga kepada pak Andrie teman dan sekaligus klien saya, tapi beliau belum bisa memutuskan dalam waktu singkat. Tapi alhamdullilah akhirnya saya mendapat pinjaman dana dari rekan saya ex Trakindo Ahmad Yani, lumayan dengan dana itu cukup bagi saya untuk melanjutkan perjuangan.
Karena saya tidak bisa menunggu sampai semuanya lengkap, tanggal 1 September 2006 secara resmi kegiatan L&G dimulai. Bermodalkan peralatan bekas dari tempat saya kerja dulu yang dilelang dan dengan satu orang staff juga bekas karyawan saya dulu yang juga menjadi korban.
Saya menggunakan telepon rumah dan telepon flexi sebagai sarana komunikasi serta menggunakan koneksi internet. Sampai saat ini nomor telepon flexi itu masih kami pakai.
Kami berkantor di garasi sampai Desember 2008, ada beberapa orang karyawan yang mengalami bekerja di sana, pertama the first employees of L&G Bobby, Nisha, Dianti,Yetti, Dwi, Iil, Meli dan Sugianto. Akhir tahun 2008 kami pindah ke Bintaro Jaya, tepatnya di jalan Bintaro Utama III No. 57A, Bintaro Jaya Sektor 3. Kantor itu pak kami dapatkan atas rekomendasi dari pak Irvan Rahardjo yang berusaha mencarikan kantor yang layak buat kami kerena beliau tahu karena kondisi kantor di garasi sudah tidak pantas buat kami. Lucu juga cara pak Irvan mendapatkan kantor itu. Setelah berusaha mencari lewat agent property dan kunjungan langsung kami belum juga mendapatkan tempat yang pas, masalahnya bukan apa-apa, apalagi kalau bukan masalah uang sewanya he..he..he... Pak Irvan membayar tukang ojek untuk menyisir sepanjang jalan dari Bintaro Sektor 9 sampai ke Sektor 1, akhirnya dia pulang membawa laporan bahwa ada tempat yang disewakan sebuah paviliun dari kafe. Kami menghubungi dan akhirnya kami putuskan karena harga sewa yang murah dan bisa dibayar secara bulanan.
Kondisi bisnis pada akhir tahun 2008 sangat buruk. Seluruh dunia sedang mengalami Krisis Ekonomi Global gara-gara kehancuran ekonomi Amerika. Ekonomi Eropah, Jepan, Korea dan beberapa negara industri hancur lebur, harga saham hancur berkeping-keping, banyak bank-bank besar di Eropah kekurangan liquidasi bahkan ada beberapa negara kaya Eropah berubah menjadi negari miskin karena investasi mereka di Amerika hancur. Negara ASEAN tak luput dari dari wabah ini, Singapura teguncang banyak pengangguran, Malaysia sebagai negara industri baru juga sempoyongan. Apalagi Indonesia! walau akibatnya tidak separah negara lain namun dampaknya sungguh sangat berat. Apalagi untuk si bayi mungil L&G! Cash flow sangat berat, bisnis yang selama beberapa bulan sebelumnya sudah mulai mengalir lancar tiba-tiba sejak awal September 2008 mengecil dan nyaris terhenti. Bisnis yang sudah di depan mata hilang melayang sementera biaya operasi tetap berjalan. Langkah kasak-kusukpun terpaksa dilakukan apapun itu, yang penting bisnis tetap berjalan. Beruntunglah bahwa team kerja kami kompak, mereka menyadari apa yang terjadi dan kami saling memahami dan mencari solusi dengan fokus L&G harus bisa bertahan!.
Krisis global itu membuat program kerja L&G berubah. Jika dengan kondisi normal seharusnya akhir 2008 L&G sudah bisa naik kelas ke status yang lebih baik duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan rekan-rekan lain.
Secara fisik suasana di kantor baru lebih baik, tapi tidak secara mental. Kondisi ekonomi belum juga membaik dan tagihan tersendat-sendat di sana-sini. Tapi langkah sudah diambil, bak pepatah lama "sekali layar terkembang, pantang surut ke tepian". Sering datang godaan untuk kembali saja ke garasi rumah, tapi kami bunuh fikiran seperti itu, kami terus bertahan. Setelah 4 bulan tekanan belum juga berkurang akhirnya kami mengambil keputusan "mengecilkan" kantor, kantor yang dua lantai kami sisakan satu saja yang satu kami sublease lagi ke orang lain.
Akibat krisis global itu selain menghadapi tantangan di L&G saya juga sedang menghadapi tantangan di rumah dan bisnis lain. Tantangan itu benar-benar menyita fikiran dan perhatian karena bebannya terasa jauh lebih berat dan dampaknya juga lebih besar. Setiap hari saya harus berbagi perhatian antara L&G dan urusan lain. Saya sangat berterima kasih kepada team kerja saya waktu itu yang dengan suka-rela mau mengambil tanggung-jawab dan meneruskan perjuangan sementara saya lebih banyak berada di luar. Bahkan pada saat pindahan kantor dari lantai 1 ke lantai 2pun saya tidak ikut dan tahu hasilnya saja.
Memasuki pertengahan 2009 kondisi ekonomi semakin baik, Alhamdulillah semakin banyak bisnis yang bisa kami dapatkan. Tidak hanya komisi langsung ada beberapa job claim consulting yang feenya lumayan besar sehingga bisa memperbaiki cash flow dan membayar hutang. Kondisi bisnis semakin membaik hingga akhir tahun 2009 sehingga kami mendapatkan hasil yang lumayan bagus.
Memasuki 2010 kami semakin optimis, ada beberapa bisnis yang sudah kami dapatkan dan tinggal realisasinya saja. Masa-masa sulit antara 2008-2009 telah memberikan manfaat lain bagi L&G. Secara mental kami mengalami pertumbuhan pesat. Banyak sekali kemajuan yang dialami oleh setiap personel L&G. Iil semakin matang sebagai Business Development, banyak sekali klien-klien baru yang berhasil di dapatkan. Itu semua karena Ill sudah lebih percaya diri, pengetahuan produknya meningkat pesat serta selling skillnya pun berkembang pesat. Demikian pula dengan Yetti, sebagai orang sudah lebih lama berpengalaman di bidang asuransi tapi lebih banyak sebagai tenaga di bidang administrasi, akunting dan keuangan sekarang bisa berkembang menjalankan fungsi Customer Service Division yaitu yang bertanggung jawab atas pelayanan terhadap klien-klien yang sudah ada kemudian mengembangkannya. Demikian pula dengan Meli, sebagai orang yang ahli di bidang administrasi dan komputer Meli dapat menyusun data dan administrasi file dengan baik sehingga memudahkan semua orang menjalankan tugasnya.
Dengan perkembangan seperti itu kami membuat target yang sangat optimis untuk tahun 2010, kami menargetkan pertumbuhuan 50% dari tahun lalu. Rasanya target itu tidak terlalu berat karena hingga pertengahan tahun 2010 lalu kami sudah mencapai 50%nya. Tinggal mengejar sisanya dalam 5 bulan mendatang.
Karena masa sewa kantor kami sudah habis sampai awal September 2010, sejak bulan Juni 2010 kami berusaha mencari tempat baru. Ada beberapa alternatif yang bisa kami lakukan. Pertama menyewa ruko di sebelah Bintaro Plaza tepatnya dekat lampu merah, secara harga dan kondisi ruangan kami tertarik. Alternatif lain kami mencari di Sentra Menteng, Bintaro Sektor 7 di samping Rumah Sakit Bintaro, tempatnya cocok, semua karywan tertarik harganyapun terjangkau bahkan kami sudah membayar tanda jadi 1 juta rupiah. Tapi setelah itu saya mendapat informasi dari seorang rekan bahwa ada ruko yang akan disewakan di Victorian Bintaro dengan sistim sewa bulanan karena kami mejadi sublease. Setelah saya tindak lanjuti dan bicara dengan mereka, ternyata benar. Tanpa fikir panjang kami langsung putuskan untuk pindah ke ruko ini. Bagi kami ini jauh lebih strategis karena lebih dekat ke rumah, tempatnya lebih luas dan mampu menampung semua barang kami hingga sampai 1 tahun ke depan, suananya sangat bisnis sekali karena semua tenance sudah penuh. Bagi saya ini sangat strategis karena tempatnya bersebalahan dengan kantor rekan saya yang lain sehingga memudahkan saya untuk mengembangkan bisnis.
L&G sekarang sudah berusia 4 tahun, sudah masuk usia remaja sebuah bisnis. Dari statistik yang pernah saya baca, dari 100 perusahaan yang didirikan 50 mati di tahun pertama, dari 50 yang hidup setengahnya mati di tahun ke 2 dan sisinya itulah perusahaan akan bertahan dan mejadi perusahaan besar. L&G sudah melewati masa-masa seleksi alam dengan selamat, bahkan sudah jauh lebih jauh. Saya yakin L&G menjadi salah satu perusahaan yang akan berkembang dan maju terus di masa mendatang, amiin.
Selama 4 tahun perjalanan ini saya sudah menemukan kunci sukses L&G yaitu nama L&G itu sendiri. Selain berarti Life and General L&G juga singkatan dari LIMA dan GEMILANG. Lakukanlah lima hal maka anda akan gemilang atau sukses. Berikut ini Lima hal yang bisa mendatangkan gemilang:
Garasi tempat lahir L&G |
Kami berkantor di garasi sampai Desember 2008, ada beberapa orang karyawan yang mengalami bekerja di sana, pertama the first employees of L&G Bobby, Nisha, Dianti,Yetti, Dwi, Iil, Meli dan Sugianto. Akhir tahun 2008 kami pindah ke Bintaro Jaya, tepatnya di jalan Bintaro Utama III No. 57A, Bintaro Jaya Sektor 3. Kantor itu pak kami dapatkan atas rekomendasi dari pak Irvan Rahardjo yang berusaha mencarikan kantor yang layak buat kami kerena beliau tahu karena kondisi kantor di garasi sudah tidak pantas buat kami. Lucu juga cara pak Irvan mendapatkan kantor itu. Setelah berusaha mencari lewat agent property dan kunjungan langsung kami belum juga mendapatkan tempat yang pas, masalahnya bukan apa-apa, apalagi kalau bukan masalah uang sewanya he..he..he... Pak Irvan membayar tukang ojek untuk menyisir sepanjang jalan dari Bintaro Sektor 9 sampai ke Sektor 1, akhirnya dia pulang membawa laporan bahwa ada tempat yang disewakan sebuah paviliun dari kafe. Kami menghubungi dan akhirnya kami putuskan karena harga sewa yang murah dan bisa dibayar secara bulanan.
Suasana di dalam kantor di Bintaro 3 |
Kondisi bisnis pada akhir tahun 2008 sangat buruk. Seluruh dunia sedang mengalami Krisis Ekonomi Global gara-gara kehancuran ekonomi Amerika. Ekonomi Eropah, Jepan, Korea dan beberapa negara industri hancur lebur, harga saham hancur berkeping-keping, banyak bank-bank besar di Eropah kekurangan liquidasi bahkan ada beberapa negara kaya Eropah berubah menjadi negari miskin karena investasi mereka di Amerika hancur. Negara ASEAN tak luput dari dari wabah ini, Singapura teguncang banyak pengangguran, Malaysia sebagai negara industri baru juga sempoyongan. Apalagi Indonesia! walau akibatnya tidak separah negara lain namun dampaknya sungguh sangat berat. Apalagi untuk si bayi mungil L&G! Cash flow sangat berat, bisnis yang selama beberapa bulan sebelumnya sudah mulai mengalir lancar tiba-tiba sejak awal September 2008 mengecil dan nyaris terhenti. Bisnis yang sudah di depan mata hilang melayang sementera biaya operasi tetap berjalan. Langkah kasak-kusukpun terpaksa dilakukan apapun itu, yang penting bisnis tetap berjalan. Beruntunglah bahwa team kerja kami kompak, mereka menyadari apa yang terjadi dan kami saling memahami dan mencari solusi dengan fokus L&G harus bisa bertahan!.
Krisis global itu membuat program kerja L&G berubah. Jika dengan kondisi normal seharusnya akhir 2008 L&G sudah bisa naik kelas ke status yang lebih baik duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan rekan-rekan lain.
Secara fisik suasana di kantor baru lebih baik, tapi tidak secara mental. Kondisi ekonomi belum juga membaik dan tagihan tersendat-sendat di sana-sini. Tapi langkah sudah diambil, bak pepatah lama "sekali layar terkembang, pantang surut ke tepian". Sering datang godaan untuk kembali saja ke garasi rumah, tapi kami bunuh fikiran seperti itu, kami terus bertahan. Setelah 4 bulan tekanan belum juga berkurang akhirnya kami mengambil keputusan "mengecilkan" kantor, kantor yang dua lantai kami sisakan satu saja yang satu kami sublease lagi ke orang lain.
Akibat krisis global itu selain menghadapi tantangan di L&G saya juga sedang menghadapi tantangan di rumah dan bisnis lain. Tantangan itu benar-benar menyita fikiran dan perhatian karena bebannya terasa jauh lebih berat dan dampaknya juga lebih besar. Setiap hari saya harus berbagi perhatian antara L&G dan urusan lain. Saya sangat berterima kasih kepada team kerja saya waktu itu yang dengan suka-rela mau mengambil tanggung-jawab dan meneruskan perjuangan sementara saya lebih banyak berada di luar. Bahkan pada saat pindahan kantor dari lantai 1 ke lantai 2pun saya tidak ikut dan tahu hasilnya saja.
Memasuki pertengahan 2009 kondisi ekonomi semakin baik, Alhamdulillah semakin banyak bisnis yang bisa kami dapatkan. Tidak hanya komisi langsung ada beberapa job claim consulting yang feenya lumayan besar sehingga bisa memperbaiki cash flow dan membayar hutang. Kondisi bisnis semakin membaik hingga akhir tahun 2009 sehingga kami mendapatkan hasil yang lumayan bagus.
Memasuki 2010 kami semakin optimis, ada beberapa bisnis yang sudah kami dapatkan dan tinggal realisasinya saja. Masa-masa sulit antara 2008-2009 telah memberikan manfaat lain bagi L&G. Secara mental kami mengalami pertumbuhan pesat. Banyak sekali kemajuan yang dialami oleh setiap personel L&G. Iil semakin matang sebagai Business Development, banyak sekali klien-klien baru yang berhasil di dapatkan. Itu semua karena Ill sudah lebih percaya diri, pengetahuan produknya meningkat pesat serta selling skillnya pun berkembang pesat. Demikian pula dengan Yetti, sebagai orang sudah lebih lama berpengalaman di bidang asuransi tapi lebih banyak sebagai tenaga di bidang administrasi, akunting dan keuangan sekarang bisa berkembang menjalankan fungsi Customer Service Division yaitu yang bertanggung jawab atas pelayanan terhadap klien-klien yang sudah ada kemudian mengembangkannya. Demikian pula dengan Meli, sebagai orang yang ahli di bidang administrasi dan komputer Meli dapat menyusun data dan administrasi file dengan baik sehingga memudahkan semua orang menjalankan tugasnya.
Dengan perkembangan seperti itu kami membuat target yang sangat optimis untuk tahun 2010, kami menargetkan pertumbuhuan 50% dari tahun lalu. Rasanya target itu tidak terlalu berat karena hingga pertengahan tahun 2010 lalu kami sudah mencapai 50%nya. Tinggal mengejar sisanya dalam 5 bulan mendatang.
Karena masa sewa kantor kami sudah habis sampai awal September 2010, sejak bulan Juni 2010 kami berusaha mencari tempat baru. Ada beberapa alternatif yang bisa kami lakukan. Pertama menyewa ruko di sebelah Bintaro Plaza tepatnya dekat lampu merah, secara harga dan kondisi ruangan kami tertarik. Alternatif lain kami mencari di Sentra Menteng, Bintaro Sektor 7 di samping Rumah Sakit Bintaro, tempatnya cocok, semua karywan tertarik harganyapun terjangkau bahkan kami sudah membayar tanda jadi 1 juta rupiah. Tapi setelah itu saya mendapat informasi dari seorang rekan bahwa ada ruko yang akan disewakan di Victorian Bintaro dengan sistim sewa bulanan karena kami mejadi sublease. Setelah saya tindak lanjuti dan bicara dengan mereka, ternyata benar. Tanpa fikir panjang kami langsung putuskan untuk pindah ke ruko ini. Bagi kami ini jauh lebih strategis karena lebih dekat ke rumah, tempatnya lebih luas dan mampu menampung semua barang kami hingga sampai 1 tahun ke depan, suananya sangat bisnis sekali karena semua tenance sudah penuh. Bagi saya ini sangat strategis karena tempatnya bersebalahan dengan kantor rekan saya yang lain sehingga memudahkan saya untuk mengembangkan bisnis.
L&G sekarang sudah berusia 4 tahun, sudah masuk usia remaja sebuah bisnis. Dari statistik yang pernah saya baca, dari 100 perusahaan yang didirikan 50 mati di tahun pertama, dari 50 yang hidup setengahnya mati di tahun ke 2 dan sisinya itulah perusahaan akan bertahan dan mejadi perusahaan besar. L&G sudah melewati masa-masa seleksi alam dengan selamat, bahkan sudah jauh lebih jauh. Saya yakin L&G menjadi salah satu perusahaan yang akan berkembang dan maju terus di masa mendatang, amiin.
L&G Crews di kantor Baru |
Selama 4 tahun perjalanan ini saya sudah menemukan kunci sukses L&G yaitu nama L&G itu sendiri. Selain berarti Life and General L&G juga singkatan dari LIMA dan GEMILANG. Lakukanlah lima hal maka anda akan gemilang atau sukses. Berikut ini Lima hal yang bisa mendatangkan gemilang:
- Sholat LIMA waktu sehari semalam (moslem only)
- Ingatlah LIMA perkara sebelum datang LIMA perkasa (Hadis Rosul)
- Lakukan minimal LIMA kunjugan setiap hari
- Lakukan setiap perkerjaan dalam hitungan kelipatan LIMA
- Bersikap LIMA S, sopan, santun, sholeh, siap, siaga
- Berhubungan dengan orang dengan prinsip LIMA S, Silaturahmi, sapa, senyum, salam, shakehand
- Bersedekah setiap hari dengan kelipatan LIMA
- Coba minimal LIMA kali sebelum berhenti
- Miliki target kelipatan LIMA
- Teleponlah minimal LIMA orang dekat anda setiap hari
3 comments:
Saya sangat tesentuh dengan tulisan pak Taufik. semoga kelak bisa berkenalan dan semoga L&G semakin sukses.
Salam,
Thomas W. AAIK
Mas, Thomas, semoga kita dapat bertemu dalam waktu dekat. tks
Sukses untuk Pak Taufik dan L&G,, dari sinilah saya bangkit menjadi Entrepreneur...
Tks pak..
Salam,
Nuurush
Post a Comment