In Action at Indonesia Master 2014
Lee Westwood, Champion of Indonesia Master 2015 |
Emeralda Jakarta |
Menyaksikan President Susilo Bambang Yudhono (baju kuning) tee off di Halim 2 |
Tentang Penulis:
Pertama kali saya bersentuhan dengan olah raga yang satu ini di pertengahan tahun 1996 ketika saya memulai perusahaan pertama saya.
Ada tiga orang "provocator" yang sangat berjasa memaksa saya memulai bermain golf. Pertama adalah kakak saya tercinta kkd Iryadi Arifin atau kami memanggilnya dengan nama kesayangan da In. Beliaulah orang pertama yang saya kenal bermain golf. Di rumahnya ada beberapa set stick golf yang sering saya amat-amati. Beliaulah yang pertama memberi tahu saya cara bermain golf, hitungan scorenya dan lain-lain. Beliau juga orang yang mendorong saya untuk segera memiliki stick golf.
Hole 9 Royale Golf and Country Club Jakarta |
In action with da In |
Orang ketiga yang memaksa saya bermain adalah teman saya Achmad Firdaus (Yusi). Setelah mengetahui saya punya stick Yusi langsung memaksa saya turun ke driving range kalau tidak salah kmai mulai di Pondok Indah. Yusi yang mengajari saya cara memukul bola, pegang stick, mengarahkan dan lain-lain. Setelah beberapa kali driving, Yusi kemudian langsung mengajak saya turun ke lapangan. Saya merasa belum siap tapi do'i paksa saya terus dan jadilah saya untuk pertama kalinya "merumput" di lapangan golf RS Fatmawati. Saya grogi sekali karena saya langsung bermain dalam kelompok 4 orang, selain Yusi, saya tidak kenal pemain yang lain salah satunya orang India... Bisa dibayangkan bagaimana hasil pukulan pertama saya? Di hole pertama saya harus memukul tiga kali baru kena, jangan ditanya arah bolanya lari kemana... Tapi saya lega karena saya sudah main golf.
Saya main di Fatmawati sekitar 5 kali sebelum Yusi mengajak pindah ke lapangan Pondok Labu, disana saya mainnya sudah mulai terarah.
Emeralda Golf and Country Club Jakarta |
Emeralda Golf and Country Club Jakarta |
Setelah mendengar saya sudah mulai turun ke lapangan, Syafrial mulai mengajak saya main di lapangan lain, temasuk di Sawangan. Demikian juga da In, kami mulai main bersama setiap week end. Seringanya di Pondok Labu karena da In member disana. Atau ikut turmanent monthly di Sawangan.
Pada tahun-tahun berikutnya saya menjadi "semi golfer" hampir setiap minggu main. Lapangan golf paforit saya adalah Permata Sentul, rasanya saya paling sering main disana. Pertama kali main pada saat lapangan itu belum selesai semua, mungkin sekitar tahun 97. Saya suka lapangan itu karena lokasinya yang sangat menantang. Hampir semua hole berada di atas bukit dan berjurang. Ini mengingatkan saya ke tempat bermain saya waktu kecil di Bukik Godang, Lurah Anau, Bukik Lengkok di Sarik Laweh. Permata Sentul juga menjadi home base dari Persatuan Golf Asuransi Indonesia (PGAI) tempat dulu saya bergabung.
Sejak 3 tahun belakangan ini saya sudah jarang bermain golf, mungkin saya hanya bermain sebanyak 5 kali saja. Pada tahun-tahun sebelumnya minimal saya main sekali sebulan karena saya member dari Persatuan Golf Asuransi Indonesia (PGAI) yang mempunya agenda rutin minimal bermain sekali sebulan. Alasan utama karena saya jarang bermain belakangan ini adalah UUD (ujung-ujungnya duit) he..he..he.. Iya, bermain golf sangat mahal (tergantung isi kantong anda). Apalagi kalau dibandingan dengan olah raga yang lain. Main tennis untuk sebulan cukup hanya dengan anggaran Rp100,000 saja sudah cukup untuk sewa lapangan, bola dan honor ball boy. Bermain badminton cukup Rp. 50,000 saja untuk sewa lapangan indoor dan cock.
Nah bagaimana dengan golf? Kalau anda bukan pemegang kartu membeship dari suatu lapangan golf atau anggota lainnya anda akan merogoh kocek anda sekali main seperti berikut ini.
Ada tiga kelas lapangan golf ada kelas utama dengan tariff green fee yang sangat tinggi. Di JABODETABEK ada beberapa lapangan yang termasuk ke dalam kelas ini antara lain Gunung Geulis, Satelindo, Bogor Raya, Permata Sentul, Palm Hill, Jagorawi, Riverside dan lain lain berada di sekitar Bogor. Sementara yang lain ada Swarna di Bandara, Modern Land Tangerang, Lipppo Karawaci, Pondok Indah, Halim Tiga, Kapuk Damai Indah dan lain-lain. Untuk sekali bermain di hari biasa (week day) anda akan mengeluarkan green fee sekitar Rp. 600,000 ditambah dengan caddie fee sekitar Rp. 100,000 plus makan dan minum secara total minimal anda keluar uang Rp. 750,000 sekali main. Belum termasuk bola golf. Satu kotak bola golf baru merek sedang-sedang saja isi 5 harganya Rp. sekitar 250,000. Kalau anda pemain baru dan pukulannya masih ngawur sehingga banyak yang menyebur ke kolam atau masuk semak-semak berarti anda harus tambahkan biaya anda untuk bola sehingga totalnya menjadi Rp. 1,000,000 sekali main.
Itu kalau di hari biasa, bagaimana kalau di hari libur atau week end? Green feenya minimal berkisar antara Rp. 1,000,000 kemudian ditambah lagi dengan segala biaya-biaya lain-lain tadi. Yah, lumayan anda paling tidak keluar sekitar Rp. 1,250,000 sekali main. Bagaimana, mahal atau tidak? Yah itu kembali ke kondisi kantong anda. Kalau anda punya penghasilan Rp. 2 juta sebulan gaji anda hanya cukup untuk sekali main saja dan sisanya anda gunakan untuk kebutuhan lain-lain. Kalau gaji anda Rp. 20 juta lumayan anda bisa main 2 kali sebulan. Kalau gaji anda lebih besar dari itu yah, anda tidak perlu pikir panjang untuk main.
Ada lapangan kelas dua dan kelas tiga. Kelas dua mungkin seperti yang ada di Senayan, Halim 1 dan 2 sedangkan kelas tiga mungkin seperti Sawangan, Pondok Labu dan lain-lain. Biaya sekali main di hari biasa sekitar Rp. 350,000 sedangkan weekend bisa sekitar Rp. 500,000. Lumayan masih terjangkau. Tapi itu sekali main lho ya....
Kebanyakan pemain golf adalah pemain "bayaran" bukan pemain yang mendapatkan uang karena jago main tapi mereka dibayari oleh kantor, termasuk saya dulu. Jarang sekali orang biasa-biasa yang mampu membayar biaya golf. Kalau bukan dibayari oleh kantor, mereka yang mampu main golf adalah pengusaha mampu dan kelas atas. Mereka bermain bukan karena hobby tapi karena itu sarana untuk mengembangkan bisnis. Mereka mengajak partner bisnis untuk main sekaligus membicarakan bisnis. Karena ini saat yang tepat dimana selama hampir 7 jam berbicara bersama-sama di lapangan golf.
Bagaimana kemampuan saya bermain golf? Biasa-biasa saja. Handicap (HC) yang saya pasang kalau main adalah 24 he..he..he.... Ya HC adalah yang tertinggi yang berani saya pasang. Kalau dilihat dari kemampuan HC 24 sama dengan minimal tapi bukan yang terburuk, yang lebih parah dari itu adalah HC 28 biasanya ini untuk mereka-mereka yang baru turun yang pukulannya masih "pantung seliwer" atau pukulan ngawur. Tapi saya juga pernah mencapai skor yang luar biasa saya bermain 43 - 43 atau setiap putaran saya memukul 34 dari 36 yang seharusnya. Hitung-hitung dengan skore itu HC saya 14 atau jauh di bawah HC saya. HC 14 ini saya raih sekitar tahun 2001 di lapangan golf Senayan, waktu itu saya bermain dengan pak Kurnia dari asuransi Ramayana.
Sekarang saya membayangkan kembali turun ke lapangan golf secara rutin, insya Allah mulai tahun depan setelah proyek Family Financial Restructuring Project (FFRP) saya selesai.
Informasi ini dipersembahkan oleh:
All 3 near to birdie at hole 6 Par 5 Halim 3 (Gerry, my Self, Basuki and bang Isman) |
Glenmarie Golf and Country Club Kuala Lumpur |
Near to hole in one at par 3 Bukit Tunggul, Malaysia |
Sekarang saya membayangkan kembali turun ke lapangan golf secara rutin, insya Allah mulai tahun depan setelah proyek Family Financial Restructuring Project (FFRP) saya selesai.
Informasi ini dipersembahkan oleh:
4 comments:
Cerita nya bagus ya
Cerita bagus pak...
Cerita Bagus
Luar biasa
Post a Comment