Genetic Defect

Pernahkah anda mendengar istilah di atas? mungkin sudah tapi mungkin juga belum. Saya mendengar istilah itu ketika seorang pembicara dari luar negeri menyindir orang-orang yang tidak bisa mengikuti program dan sistem kerja yang sudah dibuat. Mereka katakan " wah pantas saja mereka tidak bisa karena mereka memang cacat genetik". 

Terjemahan langsung dari Genetic Defect adalah cacat secara gen atau cacat secara keturunan. Mereka memang sudah dari "sononya" mengalami kesalahan alamiah dari jiwa dan tubuhnya. Tentu saja istilah ini sangat menyakitkan jika ada orang yang mengatakan hal itu kepada kita. Itu artinya bahwa tidak ada kesempatan lagi untuk berubah dan membetulkan kesalahan dan kekurangan mereka karena secara fisik dan mental mereka mengalami kecatatan.


Apakah istilah ini benar? Dulu saya mengatakan tidak benar karena saya yakin bahwa setiap orang bisa berubah, setiap orang bisa belajar, setiap orang bisa berusaha dan lain-lain. Setelah sekian lama mengembangkan kepemimipinan saya menemukan bahwa memang tidak setiap orang mampu mengikuti program dan sistem sukses yang sudah dibuat. Setiap orang mempunyai keterbatasan yang memang sudah dari sononya. Jadi memang tidak semua orang bisa berhasil.

Ayah saya adalah orang yang sudah dari lama meyakini prinsip-prinsip ini, tapi saya selalu membantahnya karena saya rasa itu sangat rasialis dan ada kesan melecehkan orang lain. Sebagai orang yang pernah belajar mendalami ilmu Etnologi 60 tahun di Universitas Indonesia ayah saya sangat paham tentang hal ini. Beliau bisa menjelaskan karakter-karakter orang berdasarkan suku, asal-usul dan garis keturunannya. 
Beberapa hari lalu beliau mengingatkan saya tentang orang baru yang saya rekrut "ah... bimbing bona inyo ado darah maleh jo......... tuh.." kata beliau. Lebih kurang beliau mengingatkan bahwa di dalam jiwa orang baru ini ada unsur negatif yang berasal dari perilaku sikap dari keluarganya.
Dulu ayah saya juga mengingatkan saya ketika saya akan bekerjasama dengan beberapa orang teman saya yang berasal dari suku lain. Beliau mengatakan bahwa mereka itu tidak ragu-ragu mengorbankan saya pada satu saat ini. Ayah saya benar, ternyata memang terbukti saya merasakan akibat dari kelakuan teman yang satu ini, saya dijegalnya.
Ayah saya bahkan bisa menjelaskan berbedaan antara satu suku bangsa secara fisik, jiwa dan kebiasaan. Beliau mengatakan bahwa ciri khas suara suku Jawa adalah bariton sedangkan orang Cina lain lagi. Beliau tidak hanya bisa mengetahui tentang suku-suku di Indonesia, asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang bernama Drafida yang berasal dari Afrika. Beliau juga mengetahui tentang etnis-etnis di dunia. Ada yang menakjubkan saya bahwa orang Iran itu ternyata sama sukunya dengan orang Jerman dan Polandia, mereka berasal dari suku bangsa Aria, nama yang  menjadi asal dari nama negara Iran. Beliau juga mengatakan bahwa orang Turki berasal dari bangsa Mongol atau sama dengan orang China. Setelah saya search di internet ternyata beliau benar.

Sekarang saya semakin yakin dengan pengajaran ayah saya ini, apalagi setelah saya menerima kiriman  e-mail tentang proses kelahiran manusia sejak mulai pertemuan sperma dengan sel telur. Saat bayi mulai bereaksi terhadap suasana di luar, saat pendengarannya mulai berfungsi dan seterusnya sampai ia terlahir.
Ternyata bayi sejak beberapa minggu berada di dalam kandungan sudah mendengar suara dari ibunya. Jiwa dan karaker ibunya mulai diserap, dia juga mendengarkan pembicaraan ayah dan keluarganya. Itulah kata-kata pertama yang masuk ke dalam jiwanya. Setelah itu dia menyimak terus kebiasaan ibunya. Secara langsung ataupun tidak dia meniru kebiasaan ibunya dan keluarganya. Lama-lamaan hal itu menjadi karakter yang melekat di dalam dirinya. Pada saat dia lahir semuanya sudah terbentuk, proses perawatan setelah lahir tinggal mengembangkan saja apa yang sudah ada sejak ada di dalam kandungan. 

Nah, kalau seseorang dibesarkan di dalam keluarga yang berfikiran sempit maka dia juga akan berfikiran sempit, sebaliknya jika mereka dibesarkan di dalam keluarga berfikiran terbuka maka dia akan menjadi orang yang terbuka. Jika mereka dibesarkan di dalam keluarga dan lingkungan yang mudah putus asa, dia kan menjadi orang yang putus asa. Jika dia dibesarkan oleh keluarga saleh maka dia akan menjadi anak yang taat.

Mencari rekan kerjasama atau bahkan pasangan hidup yang bebas dari Genetic defects tentulah tidak mudah. Tidak ada orang yang sempurna atau no body perfect. Lalu bagaimana caranya karena kita tetap harus menjalin kerjasama dengan sebanyak orang? Caranya sederhana, kenali mereka, pahami karakternya, kenali apa kelebihan dan kekurangannya. Bekerja dan ambilah kelebihanannya dan maafkan kekurangannya. Cari dan usahakan untuk menutup kekuranganya. 
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: