Orang Biasa yang menjadi Luar Biasa


Sejak 2 bulan terakhir ini saya banyak mendengar sharing dari rekan-rekan yang dulunya adalah orang sangat biasa-biasa saja bahkan kalau menurut ukuran umum mereka termasuk orang di bawah rata-rata secara ekonomi maupun pendidikan. Namun sekarang mereka menjelma menjadi orang sukses baik secara materi dan sosial. Rumah mewah, mobil bagus, keluarga bahagia, perjalanan ke luar negeri beberapa kali dalam setahun serta keimanan yang meningkat. Usia mereka masih mudah, mereka rata-rata masih berusia di bawah 35 tahun. Penghasilan mereka rata-rata setiap bulan di atas Rp. 100 juta rupiah! Bandingkan dengan penghasilan mereka dulu. Latar belakang mereka dulunya adalah pelayan toko di pasar, bagg sitter, pegawai restoran. Gaji seorang penjaga toko sekarang sekitar Rp. 25,000/hari, gaji baby sitter lebih kurang sama mungkin gaji restoran siap saja mungkin bisa lebih besar. Waktu pencapaian kesuksesan mereka juga sangat cepat berkisar antara 3 sampai 5 tahun saja. Kesuksesan mereka itu nyata atau real, semua mereka membuktikan dengan bukti setoran pajak yang mereka bayarkan setiap bulannya beda dengan orang-orang sukses yang pernah kita dengar di industri lain. Mereka sangat tertutup dan kalau ditanyakan berapa penghasilan mereka, mereka jawab dengan jawaban mengambang "luar biasa" besarnya tapi secara fisik tak terlihat buktinya. Tidak jelas apakah luar biasa banyak atau luar biasa sedikitnya?

Saya baru kenal dekat dengan 5 orang dan ternyata jumlah orang-orang seperti ini sungguh sangat banyak jumlahnya ribuan orang. Bahkan sudah ada yang mencapai penghasilan sebesar Rp. 1 milyar/bulan dan jumlah mereka lebih dari 80 orang!

Perjalanan mereka mencapai sukses ternyata tidak mudah tapi berkat kemauan untuk berubah akhirnya mereka sampai jua di puncak keberhasilan. Ada dua perubahan mendasar yang mereka lakukan, pertama merubah cara bicara yang kedua tindakan.
Cara bicara kita ternyata sangat besar pengaruhnya bagi kesuksesan. Orang sukses selalu bicara yang baik baik saja, tutur katanya santun, materi pembicaraanya selalu yang positif dan jika tidak ada yang dibicarakan dia memilih diam. Dia selalu membicarakan hal-hal baik tentang orang lain dan menjauhi kebiasaan bergunjing.
Mereka juga merubah cara mereka bertindak, mereka melakukan apa yang sudah mereka pikirkan dengan baik dan tidak menunda-nunda, istilahnya mereka melakukan walk the talk, menjalankan apa yang sudah diucapkannya. Karena mereka telah mempunyai program kerja, mereka menjalankan rencana kerja mereka dengan sungguh-sungguh jadi mereka jauh dari sikap “omong doang” atau asal omong.

Mereka berani bertindak. Inilah yang menjadi masalah bagi kebanyakan orang, mereka mempunyai keinginan dan cita-cita, mereka telah menyusun program dengan baik tapi mereka takut bertindak. Orang tua di Jawa mengajarinya anaknya dengan mengatakan “kudu wani” harus berani. Ketakutan itu hanya ada pada saat langkah pertama saja, selanjutnya ketakutan akan hilang semuanya. Sama seperti ketika seorang belajar mengemudi, mereka sangat ketakutan ketika akan mulai menggerakkan mobil akan tetapi setelah mobil bergeraka ketakutan mereka mulai hilang dan lama-lama mereka jadi berani karena sudah terbiasa. Nah, demikian pula dengan setiap ketakutan untuk bertindak. Kuncinya mulai!, just do it.

Setelah mereka melakukan perubahan dengan cara bicara dan cara bertindak mereka, perjalanan sukses mereka menjadi mudah. Sudah barang tentu banyak tantangan akan tetapi dengan terus bergerak dengan cara fikir dan bicara yang positif mereka selangkah demi selangkah bergerak menuju impian mereka. Semakin hari pergerakan sukses mereka semakin cepat karena mereka semakin mahir, semakin banyak orang yang mendukung, semakin lengkap sarana, semakin tinggi percaya diri dan semakin sempurnalah kesuksesan mereka.

Usia mereka masih relatif mudah, jalan mereka masih panjang, kesempetan usaha masih sangat luas dan jika tidak ada hal-hal yang mengganggu tentulah mereka semua akan semakin sukses di bisnis, sosial dan tentunya bagi keluarga mereka sendiri.
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: