Berjuang Sampai Akhir


Sudah lama saya ingin menuliskan kisah mengenai pak Abdul Muis dan ibu Nurmah atau kami memanggilnya dengan panggil pak Odang Muis odang Narumah. Kalau menurut ukuran orang Indonesia pasangan ini termasuk berusia lanjut, sekarang usianya sudah mendekati 80 tahun. Pak Muis adalah sahabat ayah saya dan keluarga. Mereka dari kecil sudah bersahabat walau mereka berasal dari kampung yang berbeda. Ayah kami dari desa Sarik Laweh sedangkan pak Muis dari desa Simpang Sigiran. Orang tua ayah saya dan orang tuanya pak Muis juga sudah bersahabat. Pak Muis tinggal di Kreo, Larangan Kota Tangerang tidak jauh dari rumah kami di Jurangmangu Pd, Aren Kab. Tangerang Selatan.

Hingga sekarang bersahabatan keluarga kami dengan keluarga beliau terus berjalan akrab, ayah saya setiap datang maka orang pertama yang beliau cari adalah pak Muis dan mereka langsung hanyut dengan cerita nostagia, canda gurau serta diskusi hangat mengenai peluang usaha dan proyek!


Pak Muis sejak muda adalah seorang yang penuh cita-cita dan berani bekerja keras untuk mengejar cita-citannya. Beliau juga pandai bergaul sehingga banyak sekali sahabat dan kenalannya baik sewaktu masih di Payakumbuh ataupun setelah pindah ke Jakarta.

Awal karir beliau adalah di Depertemen Penerangan RI di Bangkinang dan kemudian beliau pindah ke kantor propinsi di Padang ibu kota propinsi Sumatera Tengah waktu itu. Beliau pindah ke Jakarta sekitar akhir tahun 50an dan tinggal di Gryaloka di Jalan Teluk Betung, di tempat it sekarang berdiri gedung perkantoran megah yang baru selesai tahun 2008 lalu.



Saat beliau bekerja di Deppen itu beliau mengalami musibah, entah siapa yang menfitnah beliau akhirnya beliau termasuk orang yang dikirim dan di buang oleh rezim pemerintahan lama. Selama bertahun-tahun beliau dipisahkan dari isterinya. Barulah sekitar awal tahun 80an beliau bisa kembali berkumpul dengan keluarga.

Selama masa itulah isteri beiliau odang Narumah bekerja keras berjuang mempertahankan hidup keluarga mereka. Banyak kegiatan dan usaha yang beliau lakukan sehingga berhasil membeli rumah sendiri dan usaha lain di Kreo dekat tempat tinggal beliau sekarang.

Meski kondisi ekenominya berat, tapi mereka mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi. Beliau senantiasa membantu banyak keluarga dan saudara mereka yang mengalami kesulitan ataupun memberikan jalan keluar atau paling tidak memperkenalkan dengan rekan-rekan beliau. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya bisa bekerja ataupun mempunyai bisnis yang besar. Setelah pak Muis kembali dari pembuangan pada awal tahun 80an mereka berdua terus bekerjasama berusaha.


Kebiasaan bekerja keras itu terus mengalir di dalam darah mereka hingga kini di usia yang sudah tua ini. Mereka berdua masih aktif mencari peluang usaha, mulai dari jual beli rumah-tanah, katering, jual beli bahan textile dan apa saja yang bisa mereka bisniskan.

Minggu lalu ketika beliau mampir ka kantor kami, beliau melihat ada brosur salah satu program asuransi kami beliau langsung tertarik "wah ini bagus nih, kenapa kalian tidak memberitahu dari dulu, ini cocok untuk si anu teman baik kami" katanya. Saya jelaskan bahwa produk itu hanya cocok untuk orang tertentu saja tapi beliau tidak menangkapnya.

Pagi kemarin beliau datang lagi dan melaporkan, "ternyata kita sudah terlambat, teman bapak itu telah mengambil asuransi itu dari tempat yang lain" katanya. Sementara sang isteri odang Narumah mengatakan bahwa sebenarnya si teman itu bukannya tidak tertarik tapi sang suami salah karena brosur itu adalah bukan untuk orang itu. Kami memang tidak mengharapkan beliau menjualkan produk itu.



Yang menarik adalah bagaimana semangat juang mereka berdua. Meski usia sudah sangat lanjut tapi intuisi, visi bisnis serta semangat kerja mereka tidak pernah redup.
Saya sebagai yang lebih muda menjadi malu karena kadang saya merasa sudah tua untuk mengerjakan hal-hal tertentu. Memang tidak ada kata berhenti untuk berusaha seperti isi hadis Rosul yang mengatakan bekerjalah engkau untuk hidupmu seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah engkau seolah-olah engkau akan mati besok pagi.

Setiap hari mereka masih aktif bekerja, naik kendaraan umum ke berbagai tempat berdua dan tak jarang pula mereka dikerjai orang. Beliau bercerita beberapa minggu lalu mereka ditawari bantuan angkutan, ada seseorang anak muda dengan kendaraannya menawarkan "ayo pak naik, bapak mau kemana saya antarlah" kata orang itu. Tapi setelah mereka masuk kendaraan kemudian setelah beberapa diturunkan kembali dan beliau periksa dompeknya sudah hilang. Sering pula mereka mengeluh karena banyak orang yang meminjam uang dari mereka tapi hingga saat ini belum dikembalikan juga.


Semoga perjuangan mereka tidak sia-sia, mereka sebenarnya telah meraih apa yang mereka cita-citakan, tapi karena berjuang sudah menjadi bagian dari hidup maka mereka tidak ingin berhenti berjuang, mereka berjuang terus sampai akhir. Semoga Allah melindungi mereka bedua, amin.



Selamat berjuang
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: