Dashboard, Why is it important?





Coba bayangkan ketika anda mengendara sendirian di jalan yang sepi di tengah hutan  malam hari di sebuah negeri antah-berantah? Anda tidak tahu dimana posisi saat itu, jarak pemukiman penduduk terdekat, pompa bensin masih berapa kilo lagi atau restoran ada dimana? Pasti anda merasa galau dan ketakukan. Tidak tahu mau kemana, bensin anda tinggal berapa liter lagi, apakah cukup untuk mencapai pompa bensin selanjutnya. Perut anda sudah mulai lapar tapi tidak tahu dimana letak restoran terdekat dari lokasi anda.

Tapi jika di dalam kendaraan ada petunjuk berupa dashboard menginformasikan segala yang ingin anda ketahui secara lengkap. Disana terlihat bahwa anda sedang berada di desa A berjarak 10 km ke kota B, bensin anda tersisa masih 4 strip cukup untuk berjalan sejauh 100 km. Di kota B terdapat ada 5 restoran termasuk restoran ikan bakar yang anda suka. Cuaca di tempat tujuan juga cerah. Bandingkan bagaimana perasaan anda sekarang? 

Saya tetarik untuk menuliskan tentang Dashboard ini sesudah tadi pagi kami berdiskusi secara intens dengan my son ketika mengantarnya ke kampus. Sekarang my son kuliah di jurusan International Marketing di BINUS Alam Sutra berjarak 45 menit dari rumah. Dia memulai diskusi tentang marketing. Menurutnya marketing lebih banyak dipengaruhi oleh intuisi dari seorang marketer. Jiwa bisnis dan semangat dari seorang marketer dan sales. Saya katakan untuk beberapa hal itu benar. Lebih tepatnya itu jiwa dari seorang enterpreanuer. Tapi untuk menjadi seorang pebisnis yang tangguh itu belum cukup, dia perlu mempunyai informasi dan data yang akurat agar dia bisa bekerja efektif. Meski dia mempunyai ide yang cemerlang dan kelihatannya bagus tapi jika belum ada data dan perhitungan yang cukup, idenya sulit untuk dijalankan. 

Untuk bisnis, ada beberapa informasi penting yang diperlukan, antara lain permintaan dan peluang. Apakah masyarakat memerlukan produk tertentu, berapa besar permintaannya. Biaya produksi dan distribusi. Peraturan pemerintah yang harus diikuti. Dan tidak kalah pentingnya adalah apakah ada pesaing atau barang substusinya. Untuk itu diperlukan informasi lengkap berupa “dashboard” bisnis. Berupa informasi tingkat inflasi, nilai tukar/kurs, indikasi pertumbuhan ekonomi, kondisi politik, tingkat bunga dan informasi bisnis lainnya. Informasi ini sangat membantu untuk mengambil keputusan bagi marketing dan manajemen perusahaan.
Saya sampaikan juga, meski my son fokus di bidang marketing bukan berarti dia tidak perlu menguasai bidang finance dan yang lainnya. Untuk jadi jagoan marketing dan menjual saja memang keahlian finance tidak begitu diperlukan. Karena sales/marketing focus dengan pendapatkan income. Tapi untuk menjadi pengusaha atau CEO kita harus  menguasai semua bidang. Jika hanya menguasai penjualan saja, keuangan bisa berantakan. Jika menguasai keuangan saja maka penjulan tidak maksimal karena akan cenderung hitung-hitungan. Seorang CEO juga harus menguasai ‘core” produk dari perusahaannya. 


Bahkan di bidang pertanian pun diperlukan dashboard. Rekan saya pak Muhamimin Iqbal CEO dari Igrow Asia sebuah startup kelas dunia yang sudah mendapat penghargaan dari PBB baru saja menemukan sebuah alat yang berfungsi sebagai dashboard pertanian. Alat itu menggunakan konsep Internet Of Thing (IOT) yang direncang sendiri oleh team beliau yang tergabung di Indonesia Startup Center (ISC). Produk itu dinamakan Growy. Growy dapat memberikan  informasi yang diperlukan oleh seorang petani untuk bisa mengambil keputusan terbaik  memanfaatkan lahannya. Growy berupa alat dalam kaleng plastik di dalamnya sudah dipasang sensor elektronik yang dapat membaca kondisi tanah. Kadar dan komposisi dan struktur kimia tanah, kadar keasaman, intensitas cahaya matahari, siklus cuaca dan lain-lain. Data dikirim dari Growy ke HP si petani setiap saat dia perlu. Dengan data itu petani bisa mengambil keputusan terbaik apakah dia akan menanam padi, jagung, kedele dan lain-lain diatas lahan itu. Dengan demikian petani bisa meningkatkan efektifitas hasil pertanian. Growy saat ini dalam tahap diproduksi secara massal. Bagi yang berminat silakan kunjungi ww.Igrow Asia


Perusahaan kami L&G sejak awal sudah menggunakan data-data untuk mengukur aktifitas  berdasarkan aktifitas setiap individu. Kami mencatat aktifitas penting dari perusahaan kami antara lain kunjungan, telepon, email, proposal, surat perkenalan, quatation, placing dan invoice. Setiap kegiatan dicatat secara otomatis oleh sistim komputer. Setiap hari angka kegiatan berubah sesuai dengan tingkat aktifitasnya. Setiap minggu total point kami tayangkan di dalam rapat, hasilnya akan terlihat klasmen point minggu itu. Ada yang naik tapi ada pula yang turun. Minggu berikutnya angkanya berubah lagi. Terjadi persaingan sehat atau kami menyebutnya sebagai fastabkhul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Manfaat dari kegiatan seperti ini, setiap individu berusaha menjadi lebih baik. Jika mereka minggu ini ada di dasar klasmen maka minggu berikutnya mereka akan meningkatkan aktfitasnya agar naik klasmen. Kemudian karena setiap kegiatan ada pointnya maka setiap orang ingin mengerjakan tugas itu. Kegiatan ini kami sebut sebagai 100 Pointers karena setiap orang harus minimal mengumpulkan 100 point. Setiap akhir bulan ditentukan juaranya, dan sang juara mendapat hadiah berupa cash, lumayan, satu jutar rupiah. 

Mungkin karena kami sudah menjalankan program ini selama lebih dari 6 tahun, sekarang ada semacam kebosanan dari manajer dan karyawan. Akibatnya beberapa bulan terakhir penghitungan point ini terhenti. Akibatnya saya sebagai CEO kehilangan dashboard aktifitas. Saya menyadari bahwa saat ini kami tidak berlari sekencang yang kami harapkan. Sementara waktu kerja efektif tahun 2017 tersisa tinggal 2 bulan lagi. Solusinya, dashboard harus segera dipasang lagi. Meski waktu tinggal sedikit, tapi jika kami tahu posisi kami ada dimana saat ini, kami pasti bisa berlari kencang menuju batas finisih dengan hasil maksimal.

Bagaimana dengan anda, apakah dashboard anda sudah terpasang? 


Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: