Menjadi Saksi Keperkasaan GARUDA MUDA Under 19

Ide ini tiba-tiba saja datang, "son ntar malam kita nonton Indonesia vs Korsel yuk" kata saya pada my son. Eh my son begitu bersemangat mendengar ajakan saya, "yuk pa berangkat jam berapa? balas my son. "Jam 5, mainnya jam 7" jawab saya.

Belakangan ini saya memang sangat senang karena saya bukan lagi satu-satunya penggemar sepakbola di rumah. My son juga tiba-tiba mulai menyukai olahraga yang digemar oleh lebih dari setengah penduduk dunia ini. Padahal sebelumnya dia termasuk orang yang "anti sepakbola" apalagi kalau ada pertandingan antara Timnas lawan team luar negeri. "papa pegang siapa, pegang Indonesia kan, percuma pa pasti kalah" katanya. Alih-alih mendukung Timnas justru dia sebaliknya senang kalau timnas kalah.
Tapi sejak kejuaraan AFF under 19 di Sidoarjo bulan lalu dia mulai berubah. Dia mulai tertarik tentang sepakbola. Dia justru yang selalu up date dengan perkembangan sepakbola. Tidak hanya mengenai Timnas tapi dia juga sudah mengikuti perkembangan sepakbola dunia, club-club top dunia. 


Jam 5 sore Sabtu 12 Oktober 2013 kami berangkat meninggalkan rumah kami di Jurangmangu Pondok Aren Tangsel menuju ke stadion Gelora Bung Karno (GBK). Dalam keadaan normal dapat ditempuh dalam waktu 45 menit paling lama. Tapi baru saja kami sampai di perempatan Pondok Betung sudah terjebak kemacetan. Kemacetan berlanjut sampai di exit tol Tanah Kusir. Jam enam kami baru sampai di jalan Kesehatan Bintaro. Kemacetan masih berlanjut dan mendekati jam 7 kami baru bisa sampai di dekat pertigaan jalan Ciputat Raya. Kami  sholat magirib di mesjid Al Isitqomah. Baru saja kami selesai sholat magrib hujan turun begitu deras. Tak lama kemudian azan isya berkumandang. Saya sudah mulai ragu dan malas untuk meneruskan perjalanan. "son gimana, kita sudah terlambat, kick off jam 7.15, hujan deras lagi" kata saya. "terus aja pa, kita sudah terlanjur berangkat" kata my son. Saya setuju, kami lanjutkan perjalanan. Sepertinya curah hujan mulai mereda. Ketika kami melewati jl Pakubuwono sampai kawasan Senayan hujan tidak terlalu lebat. 

Saya terus memonitor pekembangan pertandingan melalui layar Samsung Galaxy S4 saya. Kick off sudah dimulai, kami terus melanjutkan perjalanan ke SGBK. Hujan kembali turun semakin deras. Mendekati kawasan SGBK terjadi kemacetan panjang dari para penonton yang antri memasuki kawasan parkir. Hujan turun semakin deras sementara antrian tidak bisa bergerak. Sinyal hp juga semakin meredup sehingga streaming siaran dari Galaxy tidak bisa. Saya semakin putus asa. "Son kita pulang aja yuk, kita sudah terlambat bangat nih,  macet lagi, kalaupun kita terus kita sudah terlambat".  "ah gak ah pa, percuma aja kita buang-buang bensin kesini" kata my son. Hampir saja saya putuskan untuk berjalan lurus menuju ke jalan Sudirman kemudian mengarah pulang. Tapi tiba-tiba di depan pintu satu Senayan saya belokkan mobil ke kiri untuk antri untuk membayar tiket parkir. Begitu memarkirkan kendaraan di parkir timur hujan turun semakin deras. Saya coba mencari payung. Saya buka garasi untuk mencari payung golf yang biasana senantiasa ada di dalam bag golf, tapi ternyata tidak ada. Saya tanya lagi my son "gimana son gak ada payung" kata saya. "yah udah pah kita hujan-hujan aja" katanya. Luar biasa semangat my son ini. Akhirnya kami berjalan di bawah guyuran hujan deras di atas genangan air yang menutupi tempat parkir. Sampai di loket kami membeli tiket kelas tiga seharga Rp. 100,000/lembar. 

Dengan badan basah kuyup kami masuk di pintu IV. Begitu kami sampai di tempat duduk kami melihat ke tengah lapangan, tidak ada pertandingan yang ada para petugas sedang mengeringkan lapangan. Rupanya pertandingan sedang dihentikan karena lapangan tergenang air. Sementara di papan score tertulis Republic Korea 1 Indonesia 1 1st Half.

Hampir seluruh stadion di kelas 4 di sebelah atas penuh. Tak ada lowongan. Sementera di kelas 3 tempat kami lumayan masih cukup lega. Sementara menunggu permainan dilanjutkan kami hanyut dengan riuh-rendahnya teriakan penonton. Kami ikut menyanyikan lagu-lagu penyemangat timnas. Bertepuk tangan, duduk, berdiri dan menari-nari.

Tiba-tiba my son bertanya "pa, papa menyesal ga datang kesini" dengan sedikit agak mesem-mesem saya bilang tidak. Justru saya menikmati sekali bisa hadir di pertandingan penting ini.

Pertandingan ini adalah partai terakhir dari penyisihan Piala Asia Under 19 2014. Indonesia berada di group G berisikan Laos, Philipina dan Korsel. Indonesia dan Korea menjadi paforit di group ini. Indonesia melibas Laos dengan skore 4-0, Philipina takluk 2-0. Di lain pihak Korsel tak kalah trengginas. Philipina mereka hajar dengan skor 4-0 dan Laos 5-1. Dalam klasmen sementara Korsel barada di puncak unggul selisih gol dari Indonesia. Juara group berhak lolos ke putaran final di Myanmar tahun 2014 sementera runner up dipilih enam team terbaik. Jadi pertandingan ini sangat penting bagi Indonesia. Ini kesempatan baik bagi Indonesia sebagai tuan rumah. Menjadi juara group. 

Mengalahkan Korsel adalah tantangan berat karena Korsel adalah juara bertahan, mereka menjuarai turnamen ini dua tahun lalu. Korsel sekarang sudah menjelma menjadi kekuatan sepakbola dunia. Mereka pernah menjadi juaran 4 piala dunia. Selalu lolos ke putaran final piala dunia. Pemain Korsel sekarang menjadi andalan dari klub-klub besar Eropah.
Meskipun demikan, pelatih timnas Under 19 Indonesia Indra Syafri tidak gentar dengan semua itu. "Tidak ada yang istimewa dari Korsel" demikian komentarnya sebelum pertandingan. Indra sudah mengetahui kelemahan dari tim Korsel. Mereka lemah di lapangan tengah dan mengndalkan kecepatan dengan umpan panjang. Untuk menghadapi itu Indra sudah melatih anak buahnya untuk bermain dengan sentuhan pendek one-two touch. Pemain dilarang berlama-lama dengan bola.  Jika bisa mengalahkan Korsel ini adalah sejarah baru bagi Indonesia karena sudah hampir tiga puluh tahun Indonesia tidak pernah lagi mengalahkan Korsel. Padahal dulu Indonesia sering mengalahkan mereka dan Indonesia termasuk yang disegani di Asia.

Sektor 4 GBK berada di sebelah utara. Posisi kami persis di belakang tiang gawang. Setelah duduk beberapa lama, terlihat wasit dan diikuti pemain memasuki lapangan. Korsel berada di sebelah utara membelakang kami. Kiper Korsel tak jauh dari tempat kami duduk. Baru beberapa detik bermain dimulai, ada serangan cepat dari Indonesa, terjadi screamage di mulut gawang Korsel, keepernya sudah out of position. Tendangan dari pemain timnas membentur tiang gawang dan bola jatuh di atas garis gawang. "Goal, goal, goal teriak penonton" tapi wasit tidak menunjuk titik putih sebagai bukti telah terjadi goal. Ada pemain timnas yang protes. Tapi tidak digubris. Tidak beberapa lama kemudian pertandingan dihentikan. Saya kira ada protes dari pemain atau official, ternyata itu adalah lanjutan dari babak pertama yang sempat tertunda karena hujan lebat tadi. 

Sementara menunggu babak kedua dimulai kami istirahat sambil membeli air minum dan mengeringkan badan. 
Babak keduapun di mulai, timnas sekarang membelakangi kami, keeper timnas Ravi berdiri di depan kami. Sesekali dia menoleh ke arah kami sambil mengajak untuk bertepuk tangan dengan menepukkan kedua tangannya. 
Suasana semakin tegang karena beberapa kali pemain Korsel melakukan serangan berbahaya. Untung semuanya bisa dimentalkan oleh pemain belakang termasuk beberapa kami Ravi berhasil menangkap dan memblok tendangan penyerang Korsel. Anak-anak timnas tak kalah garang, mereka melakukan serangan yang berbahaya. Instruksi dari coach Indra benar-benar mereka laksanakan dengan baik. Mereka melakukan umpan-pumpan pendek membuat pemain Korsel kehilangan fokus dan mereka kecolongan ketika penyerang sayap kanan dan kiri timnas mempunyai celah untuk berlari menyisir tepi lapangan dan memberikan umpan ke tengah. 
Taktik ini terbukti sakti, dalam sebuah serangan dari sayap kanan setelah melewati dua pemain lain umpan dilepaskan ke tengah. Umpun itu diterima dengan baik oleh Evan Dimas dan dengan sedikit kontrol ia melepaskan tendangan keras mendatar ke sesisi kiri gawang Korsel dan goal. Seluruh isi stadion BGK bersorak. Bunyi terompet dan tabuhan gendrang cetar membahana memekakkan telinga. Kami juga larut dalam suasana yang mengharukan ini. Sejalah baru sudah diukir, untuk sementara Indonesia sudah mampu mengalahkan Korsel. Setelah goal ini Korsel berusaha mengejar ketinggalan dengan melakukan serangan berbahaya tapi kembali pemain belakang timnas mampu menggagalkan.
Alih-alih bisa menyamakan kedudukan justru malah Korsel yang kembali kecolongan. Kembali goal ini hasil serangan dari sayap kanan. Yang mengirimkan umpan adalah pemain yang baru masuk Yabes anak muda asal pulau Alor yang baru direkrut masuk dimnas U 19. Kembali umpannya ini dimaksimalkan oleh Evan Dimas sang kapten, ia berhasil untuk ketiga kalinya merobak gawang Korsel. 3-1. Kembali stadion BGK seperti mau runtuh karena histeria penonton. 
Benerapa menit menjelang wasit meniup peluit akhir Korsel berhasil memperdaya Ravi Murdianto penjaga gawang Indonesia skor berubah menjadi 3-2. Itu adalah skor akhir dari pertandingan yang paling bersejarah dalam sejarah persepakbolaan Indonesia moderen.

Meski wasit sudah menghentikan pertandingan, tapi penonton tak ingin beranjak meninggalkan stadion. Semua larut dalam eporia kemenangan atas raksasa sepakbola Asia Korsel. Mereka menyanyi, saling berangkulan dan menyalakan kembang api. Sementara di lapangan anak-anak Timans U19 berlari berkeliling lapangan sambil membawa bendera Merah Putih kebanggan bangsa. 

Kami beranjak meninggalkan stadion sementara penonton yang lain masih betah. Setelah menuruni anak tangga stadion BGK kami masih asyik mengulas hasil pertandingan tadi. Ketika kami sampai di luar hujan sudah reda. Sementara badan kami juga sudah kering. Untuk melepas haus kami kembali membeli minuman dan beberpa gorengan sebelum kami sampai kembali ke mobil. Ada ribuan mobil antri ke luar dari kawasan SGBK. Kami baru benar-benar meninggalkan kawasan SGBK sekitar jam 23.30. Kami baru sampai di rumah kam 24.00.

Meski perjuangan kami tidak mudah untuk bisa hadir di SGBK tapi kami bersyukur bisa hadir menjadi saksi peristiwa penting bagi bangsa Indonesia ini. Menyaksikan anak-anak muda menunjukkan kebolehan mereka. Mereka mempunyai fisik yang kuat, semangat juang yang tinggi dan kemampuan teknik yang tinggi. Semakin hari semakin terlihat peningkatan kemampuan mereka. Semua ini memberikan harapan besar untuk meraih keberhasilan yang jauh lebih besar. Menjadi yang terbaik di Asia dan menjadi wakil Benua ini di kejuaran Piala Dunia 

Kepergian kami ini juga menjadi pembuktian dari "kegigihan" atau persistensi. My son mempunyai goal yang begitu kuat untuk menyaksikan pertandingan ini secara langsung di SGBK. Kondisi alam dan kemecatan tidak sanggup menghalangi tujuannya. Termasuk rayuan saya untuk kembali pulang ke rumah. Dia gigih agar kami tetap hadir di SGBP. 
Gigih adalah kunci untuk sukses. Untuk meraih cita-cita kita perlu gigih. Tidak berhenti mengejar meski banyak halangan dan rintangan yang menghadang.

Dari kesuksesan timnas Under 19 ini saya menarik pelajaran dari proses persiapan yang dilakukan terutama kepemimpinan yang dilakukan oleh Indra Syafri. Pemain ini benar-benar dicari dan diseleksi dengan baik. Mereka berasal dari seluruh negeri. Dari Aceh seperti Zulfiandi, Yabes dari pulau Alor, Udin Armayn dari Ternate, Evan Dimas dari Surabaya dan lain-lain. Mereka adalah anak-anak terbaik. Mereka kuat secara fisik, sikap mental yang bagus, teknik bola yang mapuni serta memiliki jiwa patriotisme yang tinggi. Lihatlah bagaimana mereka berjuang tak kenal takut dan lelah. Bahkan di final piala AFF lalu mereka berlari selama 120 menit dan tidak ada satupun yang  cidera dan keram otot. Mereka mempunyai jiwa spritual yang tinggi. Lihatlah selebrasi mereka selepas mencetak goal, mereka berlari ke sudut lapangan dan bersujud. Subhanallah.... Begitu juga ketika pertandingan berakhir dengan kemenangan mereka semua bersujud atau berdoa dengan cara agama lain. Inilah ajaran yang diterapkan oleh Indra Syafri. Sikap seperti inilah yang menghasilkan keyakinan yang begitu besar dari Indra Syafri "tidak ada yang tidak bisa dikalahkan, kecuali Tuhan"

Timnas under 19  telah membuktikan, kini giliran yang lain. Terbang tinggilah  GARUDA KU...
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: