Ahli Pialang Asuransi Dari Desa - Riwayat mu kini



Akhir Desember 2012 silam saya datang ke kantor perusahaan itu untuk menjenguk pemilik mayoritas. Ia sempat di rawat di rumah sakit beberapa hari tapi saya tidak sempat menjenguknya. Setelah beberapa kali berputar-putar akhirnya saya sampai juga di kantornya. Sebuah rumah tinggal dengan ukuran sekitar 500 meter persegi dengan halaman yang sangat luas di selatan Jakarta. Ada beberapa pohon rambutan besar tumbuh di halamannya. Jika tidak dibantu dengan pengarahan dari salah satu manajer kantor saya  yang pernah bekerja di sini saya yakin saya tidak akan pernah sampai. Tidak ada tanda-tanda bahwa itu adalah kantor sebuah perusahaan broker asuransi yang sempat sangat dikenal di industri asuransi Indonesia. Di halaman yang luas itu waktu tidak ada satupun mobil yang diparkir membuat saya  ragu untuk masuk. Setelah memarkir kendaraan, saya berjalan menuju bangunan rumah, semua pintu dan jendela tertutup rapat, saya sempat berjalan dari ujung ke ujung untuk mengintip apakah benar ini kantor  yang sedang saya cari. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang berada di tengah-tengah. Ternyata tidak terkunci sehingga saya bisa mendorongnya. Begitu kepala saya masuk, mata saya menangkap sebuah ruangan yang cukup besar. Berisi banyak sekali meja, kursi, lemari dan file-file. Ada dua orang di dalam ruangan yang besar itu. Seorang wanita yang duduk di dekat pintu masuk dan seorang pria di meja belakang. 

Saya menyapa karyawan wanita dengan mengatakan bahwa saya ingin bertemu dengan pimpinannya yang beberapa hari sebelumnya di rawat di rumah sakit. Dengan ramah wanita muda itu mengatakan kepada saya bahwa si boss hari ini tidak datang ke kantor. Gagallah rencana saya untuk bertemu sekaligus menjenguk sahabat lama. Karena saya  punya agenda lain maka saya tidak berlama-lama di kantor itu. Meskipun demikian mata saya sempat menyapu semua isi kantor. Ah, ternyata hampir semua isinya adalah barang-barang yang dulu saya kenal dengan baik. Hampir tidak ada yang baru. Demikian juga meja receptionist yang diletakkan pesis di depan pintu yang kelihatannya sudah mulai lusuh. Di atasnya ada sebuah benda yang menarik hati saya. Benda itu punya nilai kenangan tinggi bagi saya. Benda itu milik pribadi saya yang sewaktu saya pergi dulu tidak sempat saya bawa. Sebuah kalender meja berisi tanggal dan nama hari selama satu tahun. Ukurannya kira-kira sepanjang 10 cm. Setiap hari harus dibalikkan halamannya pertanda hari sudah berganti. Yang paling menarik, disetiap halamannya berisi kata-kat bijak dalam bahasa Inggris. Benda itu adalah hadiah ulang tahun saya dari sabahat saya di IBS dulu Dilly Manurung. Ah, hati saya terenyuh, ingin rasanya meraih dan membawa pulang benda penuh kenangan saat itu juga. Tapi saya tidak berani melakukan meski saya punya alasan yang kuat untuk mengambilnya.


Sejak saya tinggalkan di akhir 2006 silam banyak sekali perubahaan yang terjadi disana. Ruang kantor yang dulu seluas 600 m2 semakin lama semakin dikecilkan. Mulanya berkurang menjadi 400m2, kemudian dipersempit lagi menjadi kurang dari 100m2 sebelum akhirnya mereka  meninggalkan gedung perkantoran yang cukup representif itu untuk pindah ke sebuah rumah tinggal. Kondisinya kembali seperti enam tahun sebelumnya ketika perusahaan itu berkantor di sebuah rumah di kawasan Tebet. Direktur, Manajer dan karyawannya juga sudah banyak berganti mereka masuk dan keluar silih berganti. Ada nama-nama besar yang diharapkan akan mampu mengangkat perusahaan. Mulai dari yang berasal dari perusahaan asing, perusahaan nasional bahkan orang dulu dianggap musuh bagi perusahaan pun pernah direkrut.
Saya tidak tahu seperti apa kondisi perusahaan itu saat ini. Sebagai anggota asosiasi broker yang aktif baik sebagai anggota di APPARINDO dan pengurus di APARI saya belum pernah bertemu dengan salah seorang wakil dari perusahaan itu baik sebagai pengurus, peserta training atau yang lain. 

lngrisk.co.id
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: