|
Me and Noe |
Rabu dan Kamis 17 dan 18 Juli 2013 lalu kembali saya menginjakkan kaki di tambang batubara. Ini yang ketiga kali. Pertama di Bengkulu tambang batu bara milik Danau Mas Hitam tahun 1997 silam. Kedua pada tahun 2009 di tambang milik Borneo Multi Resources di daerah Senipah dekat Samarinda.
Kali ini saya berkunjung ke daerah Bangun sekitar 30 km arah utara dari kota Berau Kalimantan Timur. Saya berangkat bersama dengan sahabat saya Wisnu Wardhana atau orang mengenalnya dengan panggilan Noe. Kami sudah bersahabat sejak tahun 25 tahun silam ketika Noe masih bekerja di Trakindo dan saya di IBS. Sekarang Noe menjadi konsultan tambang batubara dan pendiri dari Indonesian Mining Network. Di lokasi tambang ini Noe in charged sebagai advisor yang bertanggung jawab merancang, mengendalikan dan memastikan bahwa tambang mampu berproduksi secara maksimal.
Rabu 17 Juli 2013 jam satu siang saya sudah sampai di bandara Kalimarau di Berau. Bandara baru yang beroperasi secara resmi sejak Januari silam. Ini pengganti dari bandara lama yang letaknya bersebelahan. Bagi saya ini adalah kunjungan kedua ke Berau. Bertama saya datang tahun 2006 silam.
Saya datang naik Wings Air perusahaan penerbangan Group Lion Air dari Balikpapan sementara Noe datang naik Sriwijaya Air dari Balikpapan juga. Noe sudah berada di Balikpapan sejak Selasa sementara saya terbang hari itu juga dari Jakarta. Sebenarnya saya ingin naik pesawat yang sama dengan Noe tapi sudah tidak kebagian tiket. Saya menunggu Noe sekitar tiga jam di Bandara setelah itu baru kami sama-sama berangkat menuju kantor klien saya Energi Alam di tengah kota Berau. Disana saya bertemu dengan para pimpinan di lapangan. Saya berbincang-bincang mengenai kondisi tambang saat ini sementera Noe langsung berkoordinasi dengan rekan-rekan disana. Kunjungan ke lokasi tambang akan dilaksanakan besok harinya karena diperlukan waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai di lokasi.
Malam itu kami menginap Derawan Indah tak jauh dari kantor. Selepas sholat shubuh atau jam enam pagi waktu setempat kami sudah siap-siap berangkat menuju lokasi. Kami menggunakan Mitsubishi Strada double cabin. Mobil ini memang sangat cocok untuk medan di tambang. Setelah melewati jalan bagus dan beraspal selama sekitar setengah jam, kemudian kami berbelok ke kiri masuk ke jalan tanah melewati hutan. Setelah melewati jalan tanah ini barulah terasa betapa cocoknya mobil jenis ini untuk dikendarai di jalan yang licin dan berlumpur. Mobil menggunakan sistim double gardan sehingga bisa mengatasi segala rintangan.
Sesekali kami melewati kampung penduduk setempat. Mereka menempati rumah panggung yang terbuat dari kayu. Hampir di setiap rumah saya melihat para pria sedang duduk-duduk santai sambil melonjorkan kaki. Yah ini masih pagi, mungkin mereka menunggu embun mengering sebelum mereka berangkat ke ladang. Kami juga melewai kampung transmigrasi yang sudah mapan. Tampak rumah-rumah dan bangunan lainnya sudah berganti dari rumah jatah yang mereka dapatkan semula. Anak-anak mereka juga sudah besar. Beberapa kilometer menjelang lokasi tambang saya melihat anak-anak berwajah gelap. Saya bertanya dalam hati, apakah penduduk disini ada yang keturunan India atau dari Afrika? Setelah saya tanya kepada Yohanes yang mengemudikan mobil, dia katakan anak-anak itu transmigran asal Nusa Tenggara.
Setelah melewati desa terakhir kami masuk ke jalan yang dibangun khusus oleh perusahaan tambang. Melewati hutan sekitar satu kilometer. Begitu sampai di pintu masuk tambang, kami diperiksa satu persatu.
Berikut ini hasil jepretan saya selama berada di dalam tambang:
|
Batubara adalah lapisan tanah yang berwarna hitam. Lapisan diatasnya dibuang atau istilah Overburden. Di bawah lapisan ini masih ada lagi kandungan batubaranya. |
|
Jalan tambang harus dibuat sebagus mungkin untuk kelancaran produksi. Motor grader digunakan untuk membersihkan tambang dari tanah dan batubara yang tumpah di jalan |
|
Untuk memindah tanah dari batubara digunakan excavator |
|
Lihatlah lapisan hitam paling bawah, itulah batubara yang sangat potensial ketebalannya mencapai 8 meter. Air harus dipompa terus agar tidak terjadi penggenangan |
|
Excavator sejenis ini (kelas 40 ton) adalah yang paling ideal untuk ukuran tambang sedang seperti ini |
|
Demikian juga dengan yang ini, kelas 40 ton dari Hitachi |
|
Dump truck digunakan untuk mengangkut batubara ke stock pile (tempat pengumpulan batubara) Sementera truck tangki air digunakan untuk menyiram jalan dimusim panas agar tidak berdebu yang mengganggu padangan pengemudi |
|
Stock Pile dan truk yang siap sedia untuk mengangkut batu-bara |
|
Jalan menuju tongkang pengangkut batubara yang berada di sungai dipinggir tambang |
|
Tongkang yang siap mengangkut batubara. Truk bisa naik ke tongkang melalui jembatan ponton |
|
Alat Berat yagn sedang diperbaiki di workshop |
|
Peringatan pentingnya Sefety... |
|
Stockpile dan Tongkang yang berada di tepi sungai |
|
Beginilah kotornya kaki... Makanya perlu pakai sepatu boot |
0 comments:
Post a Comment