Tentang Penulis:
Hanya dalam waktu tiga bulan setelah saya menjalani masa pensiun dan menikmati tugas sebagai anggota komisaris, tiba-tiba saya mendapatkan laporan bahwa kondisi keuangan perusahaan semakin berat. Antara percaya dan tidak saya dengan laporan itu. Saya percaya karena memang kondisi keuangan perusahaan sudah memburuk sejak Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bulan April ditandai dengan perusahaan tidak bisa membayar deviden. Di lain pihak saya agak meragukan karena menurut perkiraan saya, mereka sudah bekerja keras dengan team yang menurut mereka sudah bagus, seharusnya mereka sudah bisa menghasilkan pendapatan yang lumayan. Salain itu ada kekhawatiran saya bahwa ini mungkin semacam agenda tersembunyi untuk memasukkan pemegang saham baru dengan modal yang lebih besar. Sehingga saham yang lain menjadi mengecil atau terdelusi.
Sepertinya
kondisi keuangan memang sudah buruk. Mulai bulan itu gaji saya sebagai
komisaris diturunkan menjadi kurang dari setengahnya. Saya yakin ini memang
tindakan terpaksa yang harus mereka lakukan. Diadakan RUPS Luar Biasa untuk
mencari solusi. RUPS LB memutuskan bahwa untuk menyelamat perusahaan diperlukan
tambahan modal. Kepada pemegang saham lama ditawarkan untuk menambah saham,
selain itu ditawarkan pula kepada pemodal baru untuk memanamakan modalnya.
Pemegang saham lama hampir tidak ada yang mau menambah sahamnya. Hanya saya dan
dua orang pemegang saham lain yang bersedia menyetorkan tapi jumlah itu belum
cukup untuk menyelamatkan perusahaan.
Akhirnya
diputuskan bahwa perusahaan perlu mendatangkan pemegang saham baru. Calon
pemegang saham baru itu diundang hadir di RUPSLB. Beliau ini mertua
dari salah satu pemegang saham lama. Orang sukses, anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan bahkan pernah menjadi menteri kabinet Republik Indonesia. Beliau ini bersedia menanamkan modalnya dalam jumlah besar. Dengan adanya
penanaman modal sebesar itu langsung ia menjadi pemegang saham mayoritas.
Selanjutnya beliau mengambil kendali perusahaan. Pengangkatan
direksi dan komisaris dia yang menentukan. Saya masih tetap ditunjuk
sebagai anggota komisaris. Berakhirlah
sistim pemegang saham simbang seperti sediakala, dimana tidak ada yang
mayoritas tunggal. Semua keputusan diambil secara musyawarah.
Sementara
itu direksi terus berusaha meningkatkan pendapatan perusahaan. Salah satunya dengan
memanfaatkan jasa seorang konsultan di bidang penjualan. Konsultan ini diyakini
akan mampu meningkatkan pendapatan. Ia berasal dari perguruan tinggi
ternama. Mungkin mereka baru menyadari bahwa cara-cara yang saya lakukan dulu dengan menekannkan pada training dan latihan dianggap
lebih baik perlu diulang kembali. Tapi mereka lebih memilih orang itu dari pada meminta bantuan
saya.
Setelah
beberapa bulan ternyata pendapatan perusahaan tidak kunjung meningkat. Justru
yang terjadi suasana kerja menjadi memburuk. Para karyawan marketing tidak
cocok dengan cara-cara yang terapkan sang konsultan. Saya dapat mengerti karena karyawan diperlakukan sebagai salesman. Mereka dituntut untuk mendapatkan
penghasilan tapi tidak dibekali dengan strategi dan informasi yang memadai.
Mereka dibiarkan sendiri mencari jalan yang dapat mereka lakukan. Yang penting
mereka harus mampu menghasilkan. Kalau mereka tidak berhasil maka perusahaan akan memberikan
hukuman kepada mereka. Cara ini jauh sekali berbeda dengan cara yang pernah
saya lakukan. Menurut saya, cara seperti ini tidak cocok untuk industri broker asuransi. Bisnis broker asuransi adalah “people’s business” bisnis
mengembangkan manusia. Bisnis bisa berkembang kalau kita bisa mengembangkan
kemampuan manusia. Saya yakin siapapun yang bekerja di marketing, kalau
dibekali dengan informasi, strategi dan people's skill yang baik mereka pasti
berhasil. Syaratnya yang mengajarkan harus orang yang pernah berhasil di bidang broker asuransi.
Selain
pengembangan manusia, perusahaan harus mempunyai program pemasaran yang jelas.
Segmen pasar yang cocok untuk dikembangkan, sarana pendukung, pengetahuan
produk dan teknik asuransi yang sesuai, strategi yang tepat. Semua itu harus disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu pimpinan perusahaan broker asuransi haruslah orang yang
mengerti betul dengan seluk-beluk bisnis broker asuransi. Selain itu perusahaan juga perlu mempersiapkan
solusi dan alternatif jika strategi tidak berjalan dengan baik. Salah satu cara
yang tepat adalah dengan mengenali karakter bisnis perusahaan dengan
memanfaatkan data dan statistik.
Direksi saat itu hanya mengandalkan jasa konsultan untuk mengatasi masalah
seberat itu. Sementera sang konsultan bukan berasal dari kalangan broker
asuransi, selama ini konsultan hanya sebagai seorang
akademisi. Nabi Muhammad mengatakan “serahkanlah satu urusan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancuran”. Kemudian salah satu leader saya di network
marketing dulu mengatakan “kalau mau tahu bagaimana caranya membuat roti yang
empuk, bertanyalah kepada tukang roti jangan bertanya pada tukang batu, nanti
rotinya keras semua seperti batu”. Itulah yang
terjadi. Direksi menyerahkan kepada orang yang hanya tahu secara teori tapi
tidak mempunyai pengalaman dalam penerapannya. Suasana
kantor menjadi semakin runyam. Puncaknya sekitar tiga bulan kemudian datang
lagi masalah baru. Karyawan mengancam salah satu direktur dan yang akhirnya
memaksa direktur ini berhenti dari perusahaan itu. Tapi masalah kekurangan pendapatan tidak juga kunjung
teratasi. Akhirnya diadakan lagi RUPS LB lagi dengan agenda memilih direksi baru. Diputuskan bahwa tidak ada lagi direktur marketing sekaligus bisa
menghemat pengeluaran.
Tahun itu
kembali kinerja perusahaan jeblok. Tidak ada pembagian deviden. Kondisinya semakin sulit karena banyak karyawan yang keluar dan berubah menjadi
pesaing. Mereka berhasil merenggut klien dari perusahaan karena
mereka tahu posisi perusahaan semakin lemah. Tidak mampu lagi memberikan pelayanan
yang maksimal.
Siapapun yang bekerja dengan
suasana seperti ini, dijamin pasti tidak ada yang betah. Mereka semakin hari semakin
tertekan. Puncaknya menjelang pertengahan tahun hampir semua karyawan marketing
keluar dan pindah ke perusahaan pesaing. Tentu saja mereka tidak pindah begitu
saja tapi juga membawa semua klien dan prospek yang selama ini mereka kerjakan.
Sekali lagi
diadakan RUPSLB membahas mengatasi masalah baru yang terjadi. Kesimpulannya
saya diminta untuk kembali menjalankan perusahaan sebagai direksi. Saya terima
permintaan itu dengan senang hati karena saya juga merasa terpanggil untuk menyelamatkan “anak” yang
pernah saya lahirkan dan besarkan itu, sekaligus menyelamatkan investasi saya.
“Suhu
kembali turun gunung” begitulah komentar beberapa teman sesama broker mengomentari
come back saya. Mereka tahu sebelumnya saya sudah memutuskan untuk pensiun dari
dunia “persilatan" Ini bukan
tugas yang mudah tapi bisa diatasi dan perlu waktu. Saya perkirakan paling cepat dua tahun.
Kalau dulu pada saat memulai perusahaan tantangan utama saya adalah bagaimana
membangun keyakinan untuk bisa berhasil. Sekarang, tantangannya adalah bagaimana bisa
bertahan dan mengatasi kesulitan. Dulu tugasnya hanya untuk
meyakinkan nasabah agar mereka percaya. Sekarang saya harus bisa meyakinkan
bahwa kami bisa memberikan pelayanan yang terbaik setelah mereka dikecewakan. Tantangan
terberat adalah menghadapi pesaing yang nota-bene adalah mantan karyawan
sendiri yang sudah tahu segalanya tentang kekurangan kami.
Beberapa
hari setelah saya kembali bekerja sebagai direktur saya mengikuti seminar khusus mengenai
stategi pemasaran. Dari seminar ini saya mendapatkan ilmu dan ilham yang bagus untuk
mengatasi masalah. Saya membeli buku bagus yang berjudul “Bagaimana meningkatan
pendapatan tanpa beriklan”. Solusi yang
dibahas di buku itu sangat cocok dengan kondisi yang saya hadapi. Saya harus mampu
meningkatkan kembali pendapatan perusahaan di tengah sekian banyak masalah pelik
yang dihadapi khususnya dalam
pemasaran.
Masalah pertama, masalah kekurangan karyawan
pemasaran. Dari hampir lima belas orang pegawai inti di pemasaran, kini tinggal hanya tiga
orang. Merekapun masih yunior dan belum
berpengalaman banyak. Masalah kedua hilangnya kepercayaan dari nasabah karena sudah
lebih dari satu tahun mereka tidak mendapatkan pelayanan yang terbaik. Masalah
ketiga yaitu hilangnya kekuatan pasar, perusahaan tidak lagi mempunyai segemen
pasar khusus yang diunggulkan. Sementera anggaran perusahaan sangat terbatas, tidak
mungkin lagi melakukan iklan, pemasaran, perekrutan besar-besaran.
Senjata
yang masih tersisa adalah insurance broking system yang dapat menampilkan
berbagai bentuk informasi untuk mengetahui berbagai aspek penting dari
pemasaran. Daftar klien yang ada, jenis asuransi yang menjadi unggulan, rekan
asuransi yang utama yang masih bersedia mendukung, wilayah pemasaran dan
lain-lain. Dengan data itu saya susun strategi baru yang tepat.
Untuk
mengatasi kekurangan karyawan pemasaran saya merangkul seluruh karyawan tersisa.
Karyawan marketing yang ada saya kembangkan. Yang sudah berpengalaman saya
promosikan menjadi manager. Yang lain saya promosikan, karyawan dari bagian
lain saya pindahkan dan dilatih menjadi karyawan marketing. Karyawan tambahan hanya untuk posisi staff. Kembali saya
terapkan cara kerja saya sebelumnya dengan melakukan training secara rutin,
pelatihan dan mengirimkan mereka mengikuti kursus di luar. Untuk memudahkan
mereka menejelaskan produk asuransi
kepada nasabah, saya buatkan brosur produk-produk asuransi.
Setiap
klien yang ada saya hubungi. Saya kunjungi satu-persatu. Banyak yang dapat
memahami kondisi dan kembali menjadi nasabah kami. Tapi tidak sedikit pula yang
sudah patah arang. Tidak mau lagi menjalin bisnis bahkan bertemu saja mereka
tidak mau. Apalagi setelah mereka berhasil“dikompori”oleh mantan karyawan. Saya hanya
fokuskan pada klien-klien yang paling potensi saja. Sesuai yang diajarkan oleh
buku itu, lebih baik mencari klien baru dari pada meyakinkan klien
lama yang sudah putus hubungan. Saya kembali membangun fokus
pada segemen pasar yang menjadi unggulan. Saya kembali mengembangkan hubungan
dengan rekan-rekan saya di industri alat berat. Mereka terheran dengan
kembalinya saya. Khusus di industri alat berat nyaris saya sudah kehilang
semua jaringan karena mereka semua sudah dirangkul oleh mantan karyawan. Demikian juga dengan
industry oil and gas. Cuma disini kami masih punya akses yang cukup baik di industri
ini karena pemegang saham dan komisaris kami masih mempunyai network yang
bagus.
Setelah
hampir tiga bulan hasil kerja saya sudah mulai kelihatan. Karyawan marketing
sudah mulai “tuned ini” dengan tugas baru mereka. Mereka sudah berhasil membina
hubungan baik dengan klien-klien. Karyawan yang dipindahkan dari
departemen lain juga mulai menunjukkan kontribusinya. Mereka sudah bisa
menawarkan produk-produk asuransi baru. Hubungan saya dengan teman-teman di
industri alat berat juga mulai membaik. Kepercayaan dari industri oil and gas
juga demikian. Sementara presiden komisaris, pemegang saham mayoritas
juga memberikan sejumlah calon klien yang meminta saya untuk mengembangkan. Harus saya akui untuk mengarap prospek yang diberikan pak presiden komisaris
tidaklah mudah. Beberapa perusahaan BUMN, BUMD, perusahaan swasta yang ternyata
hampir semuanya sudah mempunyai program asuransi. Meski para direktur mereka
mengeiyakan presiden komisaris, tapi para pelaksanaannya tidak demikian. Tidak semua anak buah mereka
manut dengan direksinya. Sementera perusahaan swasta yang direkomendasikan hampir sebagian besar bergerak dibidang perkayuan yang waktu itu
sedang mengalami masalah. Bahkan salah satu dari pimpinan perusahaan itu
termasuk DPO (daftar pencarian orang) dari POLRI.
Selama masa
awal come back saya, saya hanya fokus untuk mengatasi masalah pemasaran sesuai
dengan posisi saya sebagai direktur marketing. Saya tidak begitu banyak
mengikuti perkembangan disisi yang. Hubungan saya dengan
teman-teman direksi yang lain biasa-biasa saja. Sejak saya pindah
menjadi komisaris setahun sebelumnya, komunikasi saya dengan teman-teman tidak sedekat sewaktu saya aktif dulu. Saya
merasa seperti orang lain bagi mereka. Saya jarang duduk dan berdiskusi membahas hal-hal
di luar pekerjaan. Saya juga jarang makan siang bersama karena saya
rata-rata ke luar kantor lebih dahulu. Saya harus segera berangkat ke mesjid
untuk sholat zuhur begitu saya mendengar azan karena saya mengikuti keyakinan dari
hadis rosulullah yang mengatakan“tidak diterima sholat seorang sendirian, jika
dia mendengar azan dari mesjid”. Sementara mereka ke luar makan siang setelah
terdengar azan, atau mereka makan dulu baru sholat. Akhirnya saya jarang sekali
bisa makan siang bersama mereka. Mungkin karena itu saya kurang mempunyai kedekatan
dengan mereka.
Akibatnya,
seperti ada gap antara saya dengan mereka. Ini terlihat pada saat pembahasan
program penghematan biaya. Karena saya memang begitu fokus untuk mengembalikan kejayaan
perusahaan saya mengusulkan agar standard kendaraan direksi, biaya transportasi
serta biaya perawatan kesehatan diturunkan. Saya usulkan agar direksi cukup naik
mobil Avanza saja atau biaya operasional yang ditanggung oleh kantor diganti
hanya setara dengan pengeluaran mobil Avanza. Saya juga usul untuk menghemat
biaya rental mobil agar semua mobil milik direktur juga bisa digunakan untuk
operasional perusahaan. Karena praktis dua mobil direksi itu tidak dipakai sama
sekali. Saya juga usul agar hanya anak yang masih dan berada dalam tanggungan
karyawan saja yang dijamin asuransinya. Sebagai bukti keseriusan saya, saya
meminta agar jatah mobil saya Toyota Kijang Innova diganti dengan Avanza. Tapi semua usulan saya tidak diikuti,
hanya saya sendiri saja yang dengan suka-rela mengganti kendaraan operasional
dengan Avanza sama dengan yang digunakan oleh manager.
Mengembalikann
kondisi perusahaan ke kondisi puncak
seperti sebelumnya sangat tidak mudah. Siapapun yang menjalankan tugas ini pasti
merasa berat. Karena hampir semua faktor kesuksesan bisnis mengalami kerusakan
parah. Faktor utama adalah sumber daya manusia. Perusahaan tidak lagi mempunyai
tenaga yang handal yang dapat menciptakan klien baru dan melayani klien lama.
Faktor kedua adalah tidak tersedianya pasar atau lebih spesifiknya nasabah.
Lebih dari enam puluh persen nasabah sudah pergi bersama dengan perginya
karyawan dibagian pemasaran. Pasar oil and gas dan heavy equipment sudah dirusak
karena kompanye negatif dari kompetitor. Selain itu dukungan dari perusahaan
asuransi juga menurun karena mereka tidak melihat lagi ada orang-orang yang
bisa memberikan kontribusi bisnis bagi mereka.Tugas itu ternyata
lebih surat dari membangun perusahaan baru karena kini harus berhadapan dengan
“musuh dalam selimut”. Mantan karyawan yang sudah tahu a sampai z dari setiap
nasabah. Menurut perkiraan saya, paling cepat dua tahun baru perusahaan kembali
ke jalur kesuksesan seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya
menjalankan program pengembangan bisnis baru sembari mencoba menyelamatkan
nasabah lama dengan orang-orang baru. Bisnis baru saya kembangkan dengan
memanfaatkan informasi bisnis yang saya dapatkan dengan berlangganan informasi
bisnis secara online.
Sepertinya para komisaris tidak
dapat memahami bahwa tugas ini sebenarnya sangat berat. Mereka merasa terlalu lama waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan kejayaan perusahaan. Mereka mulai mengkritik saya karena waktu yang terlalu lama bagi saya dalam medapatkan
orang-orang bagus dan tidak tegas untuk membuang
karyawan sisa-sisa dari rezim masa lalu. Menurut mereka orang ini tidak loyal. Untuk
membuang karyawan lama tidak sulit tapi saya tidak punya alasan untuk mengeluarkan
mereka. Saya yakin dengan pressure yang yang berikan dalam waktu yang tidak
terlalu lama dia pasti akan keluar juga.
Komisaris utama juga merasa saya tidak
intensif menggarap prospek-prospek yang ia berikan presiden komisaris karena tidak ada satupun yang mau menggunakan jasa kami. Mungkin ketika presiden komisaris bertemu dengan direktur perusahaan prospek mereka katakan akan memberikan bisnis, tapi ketika di belakang mereka berbuat
lain. Anak buah mereka juga punya kepentingan lain.
Selama enam
bulan pertama, saya sudah berhasil
memperbaiki sistim pemasaran, merangkul kembali beberapa klien-klien lama,
meningkatkan kemampuan tenaga pemasaran yang baru. Sampai akhir tahun,
Alhamdulillah secara umum pendapatan perusahaan kembali meningkat. Tapi belum
terlalu besar. Sebelum
akhir tahun beberapa kali diadakan rapat antara direksi dan komisaris untuk
memonitor perkembangan perusahaan. Di dalam setiap pertemuan saya sampaikan bahwa perusahaan berjalan sesuai jalur alias on the track.
Bahkan fundamental bisnis yang kokoh sudah terbangun kembali. Tinggal menunggu
waktu untuk perusahaan dapat kembali ke jalur cepat. Tapi tanggapan komsaris tetap negatif. Dari
kata-kata presiden komisaris, saya mulai merasakan ada semacam misi lain disimpannya. Mereka sepertinya tidak mau
mengerti dengan penjelasan saya. Awalnya
dia menekankan mengenai penghematan biaya. Yang sudah saya sampaikan bahwa saya
sudah lakukan tindakan nyata dengan berinisiatif secara suka rela menguranginya dengan menggunakan mobil Avanza.
Sementara teman-teman direksi yang lain masih belum melakukan penghematan.
Awal tahun
2006 salah seorang teman direktur pergi melaksanakan ibadah haji. Pada
kesempatan itu juga sekaligus ia mengajukan pengunduran diri. Saya dapat
mengerti keinginan rekan saya ini karena secara usia ia memang sudah saatnya pensiun. Mungkin ini juga bukti perhatiannya untuk memenuhi permintaan
presiden komisaris untuk pengurangan biaya. Mulai Januari itu beliau tidak lagi
masuk ke kantor, sampai pelaksaan haji dan satu bulan kemudian baru kembali.
Jadi total selama tiga bulan beliau tidak masuk ke kantor. Selama tiga bulan
tidak masuk ke kantor, selama itu pula kepemimpinan di perusahaan tidak menentu
karena komisaris juga tidak memberi pengarahan. Bagi saya, sebenarnya tidak
masalah karena saya tetap bekerja sesuai dengan anggaran dan rencana kerja.
Setelah tiga
bulan tidak datang ke kantor, dan pada saat diadakan rapat direksi dan
komisaris dan ternyata permintaan pengunduran diri dari rekan saya tidak
disetujui. Padahal selama tiga bulan lebih sudah tidak memberikan kontribusi
apa-apa kepada perusahaan. Saya tidak mengerti apa yang menyebabkan direksi
tidak mengizinkannya keluar segera. Inilah keanehan kedua yang saya temukan.
Sejak Maret
itu, setiap bulan diadakan rapat koordinasi antara komisaris dan direksi.
Tempatnya pun berpindah-pindah. Kadang di rumah komisaris dan lain waktu di
kantor. Dalam setiap rapat saya selalu merasakan keganjilan dari sikap para
komisaris ini. Awalnya saya berfikir karena mereka tidak mempunyai latar
belakang bisnis broker asuransi sama sekali, jadi sikap mereka seperti tidak nyambung
dengan penjelasannya. Sejak itu saya mulai mengalaman tekanan batin alias
stress. Saya tidak memahami apa yang sebenarnya yang mereka inginkan.
Mereka seolah-oleh melecehkan setiap penjelasan saya. Saya sudah tahu persis apa yang
saya kerjakan dan saya juga sudah buktikan bahwa saya mampu menjalankan pekerjaan
ini. Akibat perasaan stress ini saya mulai merasakan keanehan pada tubuh saya.
Di kepala saya tumbuh bisul beberapa biji yang sangat ngilu. Bengkak dan
mengeluarkan nanah! Inilah pertama kali yang menderita penyakit seperti ini.
Saya tetap
berkeyakinan bahwa perusahaan akan kembali ke jalur cepat dalam tahun ini juga
walau selama tiga bulan perusahaan seperti kehilangan arah karena presiden direktur sebagai nahkoda tidak ada di kantor.Selain itu salah satu manager juga sedang mengambil cuti hamil sehingga hanya dua group saja yang berjalan secara efektif.
Puncaknya
terjadi tanggal 24 Juli 2006 diadakanlah Rapat Umum Pemegang Salah Luar Biasa (RPUPSLB). Dalam rapat itu saya sampaikan fakta-fakta kemajuan perusahaan sejak saya mulai menangani perusahaan kembali tepat sejak satu tahun yang lalu. Saya sampaikan dalam bentuk presentasi power point yang hingga saat ini masih saya simpan. Saya sampaikan bahwa di bandingkan dengan tahun 2005 antara bulan Januari sampai dengan Juli telah terjadi kenaikan pendapatan secara signifikan antara 77% sampai dengan 180% tiap bulannya. Selain itu perusahaan juga mempunyai potensi bisnis baru sebesar Rp. 3 milyar sementara pada tahun sebelumnya tidak ada sama sekali. Tapi mereka keukeuh dengan alasan bahwa perusahaan tidak juga kunjung
membaik mereka tetap mengatakan bahwa diperlukan RUPSLB untuk mengambil tindakan yang lebih
nyata. Rapat diadakan di ruang rapat kantor.
Beberapa hari sebelumnya saya sudah mulai mencium apa agenda mereka sesungguhnya di balik semua itu. Dari pembicaraan saya dengan beberapa orang pemegang saham yang lain, sepertinya mereka ingin perusahaan ini dimiliki dan dikendalikan oleh keluarganya. Saya sempat mencoba membuat perhitungan persentasi besarnya saham yang mungkin bisa menggagalkan agenda mereka. Ah ternyata, tidak ada yang bisa menghalangi mereka karena kalau keputusan diambil dengan suara terbanya sudah pasti merekalah yang akan memenangkan karena merekalah sekarang yang menjadi pemegang saham mayoritas.
Beberapa hari sebelumnya saya sudah mulai mencium apa agenda mereka sesungguhnya di balik semua itu. Dari pembicaraan saya dengan beberapa orang pemegang saham yang lain, sepertinya mereka ingin perusahaan ini dimiliki dan dikendalikan oleh keluarganya. Saya sempat mencoba membuat perhitungan persentasi besarnya saham yang mungkin bisa menggagalkan agenda mereka. Ah ternyata, tidak ada yang bisa menghalangi mereka karena kalau keputusan diambil dengan suara terbanya sudah pasti merekalah yang akan memenangkan karena merekalah sekarang yang menjadi pemegang saham mayoritas.
Akhirnya
rapat RUPSLB pun diadakan. Tidak semua pemegang saham hadir. Ada satu kelompok
pemegang saham yang sengaja tidak hadir karena sudah tahu agendanya. Mereka kecewa. Presiden
direktur membuka rapat dengan menjelaskan agenda rapat. Ternyata satu-satunya
agenda hari itu adalah penggantian direksi. Dengan alasan bahwa perusahaan perlu
perubahan. Awalnya saya berfikir bahwa inilah saatnya yang tepat untuk menerima
pengunduran direktur utama yang sejak Januari sudah mengajukan pengunduran ini.
Sehingga dengan demikian tinggal dua orang direksi yaitu saya sebagai direktur pemasaran sementara
teman saya yang mantu sang president direktur akan menjadi president direktur sekaligus
bertanggung jawan mengurus keuangan. Itu yang terpikir oleh saya. Anggota
komisaris yang lain yang juga pernah menjadi orang nomor satu di salah satu perusahaan
minyak terbesar di negeri ini mengelurkan laptopnya. Kemudian dia mengeluarkan
program exel untuk voting yang sudah dia siapkan sebelumnya. Dia katakan, bahwa pemintaan pengunduran
diri direktur utama disetujui. Kata saya dalam hati, “wah benar dugaan saya”. Sesudah itu
sang anggota komisaris menawarkan lagi kepada peserta rapat. Untuk penghematan
yang lebih besar, sekarang kita perlu memutuskan apakah perusahaan akan
dipimpin oleh dua orang direksi, atau cukup satu orang saja. Kemudian diadakan
voting.
Akhirnya sesuai dengan hasil voting diputuskan bahwa perusahaan akan dipimpin oleh satu orang direksi
saja. Wah, jantung saya seperti mau copot. Kuping saya perdengung kencang. “Wah,
kok begini jadinya” kata saya dalam
hati. Setelah itu dengan cepat sang anggota komisaris mengatakan. “Sekarang
sudah kita sudah putuskan bahwa kita hanya memerlukan satu orang direksi saja, selanjutnya
mari kita putuskan siapa yang akan menjadi direksi, pak Taufik atau pak "A”
katanya mengakhiri pembicaraan. Wah dalam hati saya berfikir, mestinya sayalah
yang akan terpilih karena saya yang paling siap untuk menjadi direktur. Saya berpengalaman dan mempunyai
persyaratan yang cukup untuk menjadi direksi karena saya sudah memiliki sertifikat Ahli Pialang
Asuransi (APAI) dan Certified Indonesian Insurance Broker (CIIB). Dada saya
semakin bergemuruh, rasanya napas saya sempat tertahan beberapa detik saat
voting diadakan. Hasilnya di luar perkiraan saya. Mereka memutuskan bahwa yang menjadi direktur adalah
A menantu dari pak presiden komisaris!
Saya merasa seperti melayang di awang-awang. Hati saya panas, jiwa saya geram. Bagaimana tidak, saya dibuang begitu saja dari
perusahaan yang saya dirikan dari nol. Saya dipermainkan selama berbulan-bulan.
Mereka yang meminta saya untuk kembali, mereka pula yang mencampakkan saya setelah
saya berhasil membangun kembali perusahaan yang telah luluh lantak. Saya
tidak punya persiapan sama sekali untuk menghadapi kondisi ini. Jiwa, raga dan
uang selama satu tahun itu sudah saya curahkan untuk menyelamatkan perusahaan. Dengan keputusan
ini berarti saya harus pergi dengan tangan hampa. Bulan
itu menjadi bulan terakhir saya menerima gaji. Saya belum pernah membayangkan
kondisi ini kepada isteri saya. Bagaimana cara memberitahu, apa reaksinya? Bagaimana kami akan memenuhi kebutuhan hidup
setelah ini karena kami sudah tidak mempunyai sumber bisnis yang lain. Semua sudah saya
curahkan ke perusahaan ini.
Inilah yang
dinamakan office politic atau politik kantor. Rupanya pak presiden komisaris
yang anggota DPR RI itu membawa gaya politik ke dalam ranah bisnis. Demi untuk mewujudkan
keiinginannya dia tidak sungkan-sungkan untuk mengorbankan orang yang telah
membangun perusahaan itu dari nol. Saya tak pernah menyangka
begitu teganya mereka melakukan itu kepada saya. Hanya untuk menggulingkan seorang anak desa ternyata diperlukan kombinasi dua orang yang hebat selama berbulan-bulan.
Kalau saja
para anggota komisaris yang terhormat itu memahami bisnis broker asuransi dengan baik,
saya yakin pastilah mereka tidak akan melakukan hal seperti itu. Bagaimana mungkin mereka
memilih seseorang yang tidak berpengalaman di bidang pemasaran asuransi,
tidak mempunyai pengetahun teknik-teknik asuransi bahkan tidak mempunyai
sertifikat APAI dan CIIB untuk ditunjuk menjadi direktur perusahan broker asuransi?
Padahal di dalam peraturan pemerintah dan Surat Keputusan Menteri Keuangan
dengan tegas menyatakan bahwa sebuah perusahaan asuransi harus mempunyai tenaga
ahli dan dipimpin oleh seseorang yang lulus ujian fit dan proper test. Sementera seseorang yang sudah terbukti berhasil membangun perusahaan itu dari nol sampai menjadi perusahaan besar. Ketika perusahaan itu jatuh, dia mampu membangkitkannya kembali, mereka buang.
Hampir semua perusahaan broker asuransi yang sukses di dunia maupun di Indonesia selalu mempunyai minimal seorang broker asuransi handal di dalamnya. Karena dia menjadi mascot dan magnet pagi perusahaan. Mash Mc Lennan, Willis Corron, Alexander and Alexander, Mitra Iswara Rorimpandey dan beberapa nama besar lainnya merupakan sederetan nama besar yang telah menjadi icon dari perusahaan broker terbesar saat ini. Merekalah yang menjadi tulang punggung sekaligus garansi untuk keberhasilan sebuah perusahaan broker. Mereka itu tidak serta-merta dan sekonyong-konyong langsung menjadi icon perusahaan tapi melalui proses yang panjang. Dengan reputasi dan komitmen yang tinggi. Jadi tidak bisa seorang dengan tiba-tiba masuk ke industri broker asuransi langsung sukses.
Hampir semua perusahaan broker asuransi yang sukses di dunia maupun di Indonesia selalu mempunyai minimal seorang broker asuransi handal di dalamnya. Karena dia menjadi mascot dan magnet pagi perusahaan. Mash Mc Lennan, Willis Corron, Alexander and Alexander, Mitra Iswara Rorimpandey dan beberapa nama besar lainnya merupakan sederetan nama besar yang telah menjadi icon dari perusahaan broker terbesar saat ini. Merekalah yang menjadi tulang punggung sekaligus garansi untuk keberhasilan sebuah perusahaan broker. Mereka itu tidak serta-merta dan sekonyong-konyong langsung menjadi icon perusahaan tapi melalui proses yang panjang. Dengan reputasi dan komitmen yang tinggi. Jadi tidak bisa seorang dengan tiba-tiba masuk ke industri broker asuransi langsung sukses.
0 comments:
Post a Comment