Pesta Piala Dunia sepakbola 2010 tinggal 2 bulan lagi. Afrika Selatan sebagai tuan rumah tampaknya sudah siap menjadi tuan rumah. Inilah pertama kalinya benua hitam Afrika menyelenggarakan pesta olah raga sepak bola terbesar sejagad itu. Gaungnya sudah menggema di seluruh dunia, tak ketinggalan di Indonesia.
Orang Indonesia termasuk anak-anak sudah tidak sabar menunggu pesta satu bulan penuh itu. Mereka menunggu aksi dari pemain top dunia mengolah sikulit bundar. Banyak bintang-bintang sepakbola dunia yang akan bersinar di Afrika Selatan nanti. Dari Brazil ada Ricardo Kaka, dari Argentina ada Lionel Messi, dari Inggris ada Wayne Rooney, dari Portugal ada Cristiano Ronaldo.
Anak-anak Indonesia sudah mulai terserang "demam" sepakbola. Anak saya walau bukan penggemar sepakbola tetap tidak bisa menghindar dari jangkitan virus sepakabola. Dia saat ini sedang sibuk melengkapi koleksi boneka pemain bola yang dijual oleh jaringan minimarket Indomaret. Kemarin saya sampai harus pergi ke Telukjambe, Karawang untuk mendapatkan koleksinya karena di sekitar Jabotabek hampir tidak ada lagi bintang-bintang yang belum dia miliki.
Anak-anak yang memang penggemar dan pemain bola apa lagi, mereka sudah "berlatih" bermain bola setiap hari walau nanti hanya menjadi penonton saja.
Lihatlah foto sebelah ini. Foto ini saya ambil sekitar 3 minggu lalu sebuah jalan kecil di Komplek AURI di depan landasan bandara Husein Sastranegera Bandung. Beberapa jam sebelum PERSIB kesebelasan kebanggaan warga Bandung (termasuk saya juga) bertanding melawan Persiba Balikpapan (kalau tidak salah). Lihatlah aksi mereka, sangat atraktif walau memainkan bola plastik di atas aspal.
Berikut ini gambar anak dan keluarga bermain bola di tanah lapang di halaman sebuah gedung tua di dalam taman Kebon Raya Bogor Ahad lalu. Lihatlah gaya dan semangat mereka.
Gambar berikut ini saya ambil kemarin di sebuah jalan pabrik di Teluk Jambe, Karawang ketika saya datang ke sana untuk melihat bekas banjir. Lihatlah gairah dan semangat anak-anak ini.
Sepakbola adalah olahraga kegemaran bangsa ini. Permainan ini sudah menjadi darah daging. Buktinya begitu lahir anak laki-laki sudah mencari bola sebagai teman bermain. Ketika sudah bisa bermain bersama teman, mereka berkumpul memainkannya bersama-sama. Beda usia tidak mengapa yang penting barmain bola.
Sepakbola Indonesia dibanding tahun-tahun sebelumnya sudah banyak kemajuan. Lihatlah kompetisi Liga Indonesia sudah bergulir lebih teratur, jadwalnya sudah mulai terkendali. Sebelumnya terserah pengurus saja, mau ditunda atau mau jalan tergantung kondisi. Sekarang sudah lebih terjadwal walau masih ada yang meleset. Hasilnya juga cukup lumayan, banyak pemain muda Indonesia yang mampu memperlihatkan bakatnya. Mereka siap untuk mengganti pemain senior yang sudah menurun kemampuannya. Kalau tahun-tahun sebelumnya kita dipertontonkan oleh adegan tawuran antar pemain atau kejar-kejaran dengan wasit atau tendangan kungfu kepad wasit. Tapi Alhamdulillah adegan itu sudah jarang terlihat.
Kalau Tim Nasional (Timnas) Indonesia, harus diakui belum banyak kemajuan. Belum ada satu trophypun yang berhasil di persembahkan kepada bangsa ini sejak 20 tahun terakhir. Tidak juga medali emas baik dari SEA Games, Asian Games apalagi Olimpiade. Lolos kwalifikasi kejuaraan bergengsipun belum. Tidak pernah lolos kwalifikasi group piala dunia. Tidak lolos pula kwalifikasi piala Asia.
Tapi ada catatan positif yang cukup membanggakan ketika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 3 tahun lalu. Timnas mampu mengimbangi permainan tim-tim kuat ASIA. Kalau tipis dari Saudi Arabia, kalau tipis juga dari Macan Asia Korea Selatan dan menang lawan tim kuat Qatar.
Meski tak pernah berjaya, tapi bangsa ini tetap mencintai sepakbola. Mereka tetap memenuhi stadion sepakbola di seluruh negeri. Marah-marah ketika tim mereka kalah. Membela klub ketika dihukum oleh Komdis atau mengumpul uang agar tim tetap utuh. Tak merasa malu walau timnas kalah dari tim Kamboja yang dulu kwalitas jauh di bawah.
Untuk kemajuan, saya usul agar pengurus disegarkan. Mungkin ketua umum PSSI Nurdin Halid sudah saatnya mundur dan diganti oleh orang lain yang lebih fresh. Nurdin sudah banyak memberi untuk kemajuan kepada PSSI tapi untuk kemajuan yang lebih besar PSSI butuh ketua dan pengurus yang lebih kuat.
Dengan perbaikan di berbagai sudut PSSI, saya yakin prestasi sepakbola Indonesia akan meningkat dan kembali menjadi tim yang ditakuti di kawasan Asia seperti jaman-jaman tahun 50an ketika Ramang menjadi pemainnya.
Kalau perbaikan sudah dimulai saya yakin Indonesia siap menjadi Tuan Rumah Pialah Dunia 2020.
Berikut ini gambar anak dan keluarga bermain bola di tanah lapang di halaman sebuah gedung tua di dalam taman Kebon Raya Bogor Ahad lalu. Lihatlah gaya dan semangat mereka.
Gambar berikut ini saya ambil kemarin di sebuah jalan pabrik di Teluk Jambe, Karawang ketika saya datang ke sana untuk melihat bekas banjir. Lihatlah gairah dan semangat anak-anak ini.
Sepakbola adalah olahraga kegemaran bangsa ini. Permainan ini sudah menjadi darah daging. Buktinya begitu lahir anak laki-laki sudah mencari bola sebagai teman bermain. Ketika sudah bisa bermain bersama teman, mereka berkumpul memainkannya bersama-sama. Beda usia tidak mengapa yang penting barmain bola.
Sepakbola Indonesia dibanding tahun-tahun sebelumnya sudah banyak kemajuan. Lihatlah kompetisi Liga Indonesia sudah bergulir lebih teratur, jadwalnya sudah mulai terkendali. Sebelumnya terserah pengurus saja, mau ditunda atau mau jalan tergantung kondisi. Sekarang sudah lebih terjadwal walau masih ada yang meleset. Hasilnya juga cukup lumayan, banyak pemain muda Indonesia yang mampu memperlihatkan bakatnya. Mereka siap untuk mengganti pemain senior yang sudah menurun kemampuannya. Kalau tahun-tahun sebelumnya kita dipertontonkan oleh adegan tawuran antar pemain atau kejar-kejaran dengan wasit atau tendangan kungfu kepad wasit. Tapi Alhamdulillah adegan itu sudah jarang terlihat.
Kalau Tim Nasional (Timnas) Indonesia, harus diakui belum banyak kemajuan. Belum ada satu trophypun yang berhasil di persembahkan kepada bangsa ini sejak 20 tahun terakhir. Tidak juga medali emas baik dari SEA Games, Asian Games apalagi Olimpiade. Lolos kwalifikasi kejuaraan bergengsipun belum. Tidak pernah lolos kwalifikasi group piala dunia. Tidak lolos pula kwalifikasi piala Asia.
Tapi ada catatan positif yang cukup membanggakan ketika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 3 tahun lalu. Timnas mampu mengimbangi permainan tim-tim kuat ASIA. Kalau tipis dari Saudi Arabia, kalau tipis juga dari Macan Asia Korea Selatan dan menang lawan tim kuat Qatar.
Meski tak pernah berjaya, tapi bangsa ini tetap mencintai sepakbola. Mereka tetap memenuhi stadion sepakbola di seluruh negeri. Marah-marah ketika tim mereka kalah. Membela klub ketika dihukum oleh Komdis atau mengumpul uang agar tim tetap utuh. Tak merasa malu walau timnas kalah dari tim Kamboja yang dulu kwalitas jauh di bawah.
Untuk kemajuan, saya usul agar pengurus disegarkan. Mungkin ketua umum PSSI Nurdin Halid sudah saatnya mundur dan diganti oleh orang lain yang lebih fresh. Nurdin sudah banyak memberi untuk kemajuan kepada PSSI tapi untuk kemajuan yang lebih besar PSSI butuh ketua dan pengurus yang lebih kuat.
Dengan perbaikan di berbagai sudut PSSI, saya yakin prestasi sepakbola Indonesia akan meningkat dan kembali menjadi tim yang ditakuti di kawasan Asia seperti jaman-jaman tahun 50an ketika Ramang menjadi pemainnya.
Kalau perbaikan sudah dimulai saya yakin Indonesia siap menjadi Tuan Rumah Pialah Dunia 2020.
0 comments:
Post a Comment