Sepekan di Surga Dunia, Tromso, Norwegia

Selepas menghabiskan dua hari berwisata di  Oslo, kami terbang ke Tromso menyusuri ujung bumi paling utara. Terbang di tepi pantai laut Norwegian Sea selama 1,5 jam arah ke utara mendekati kutup. Ini perjalanan lanjutan dari paket tour kami bersama ASM. Inilah pengalaman saya yang sangat luar biasa yang tak tahu apakah akan pernah terulang lagi.



Bulan Terbit
Matahari barus terbeam

Kami menumpang pesawat Scandinivian Airline System (SAS). Saya sudah mengetahui nama airline ini sejak 45 tahun lalu. Tapi tidak pernah melihat apalagi menjadi penumpangnya. Nama SAS itu sama dengan merek dagang dari tetangga dan saudara saya pak Samsyir Alam Syamsudin (SAS)yang sudah ada sejak awal tahun tujuh puluhan. Nama SAS menjadi sangat fenomenal di daerah kami kami karena inilah satu-satu bisnis asal desa kami yang  sukses dan exist  sampai sekarang. Mereka memliki usaha rice milling, perdagangan beras, angkutan dan lain-lain. Saking kagumnya dengan nama SAS satu hari saya  membaca di sobekan koran dan ada nama SAS airline, wah ternyata sama dengan nama SAS merek dagang usaha saudara saya. 


Pesawat terisi penuh, sepertinya kebanyakan turis yang akan berlibur di Tromso. Saya beruntung dapat duduk di pinggir sebelah kiri menghadap ke utara. Dari ketinggian saya terpukau dengan pemandangan warna kuning keemasan pancaran sinar matahari senja di belahan bumi paling utara. Memanjang dari barat ke timur diatas awan dan salju. Yang lebih membuat saya lebih kagum sekaligus kaget, ketika matahari menghilang dan tenggelam, kira-kira 15 menit kemudian muncul bulan bulat penuh di tempat yang hanya berjarak sejengkal dari terbenamnya matahari. Subhanallah, tempat terbenam matahari dan terbitnya bulan hanya perjarak sejengkal saja! Aneh... Bandingkan dengan yang terjadi di Indonesia. Matahari tenggelam di ufuk barat sementara bulan terbit di ufuk timur. Letaknya berlawan. 
Inilah fenomena alam yang unik di bumi bagian utara. Di musim dingin, matahari terbit di pagi hari jam 6an kemudian ia  seolah-olah berhenti bergerak dan naik hanya sampai setinggi pukul 7 pagi seperti di Indonesia. Kemudian bertahan diketinggian seperti itu sampai sore. Sekitar jam 5an matahari bergeser sedikit agak ke kiri dan kemudian tenggelam. 


Kami mendarat di bandara Tromso sekitar jam 7 malam. Bandara kecil dengan satu gate saja. Udara dingin dari laut utara menyambut kedatang kami. Mungkin minus 7 derjat celcius. Tromso adalah sebuah kota kecil dengan penduduk hanya sekitar 72 ribu orang. Kota ketujuh terbesar di Norwegia. Yang unik Tromso adalah kota yang berada paling utara di planet bumi ini. Berada sekitar 350 km di sebelah utara dari Artic Circle atau lingkaran Antartika. Di kota ini juga terdapat mesjid paling utara di belahan bumi.
Kami menuju ke hotel Scandic di pusat kota sekitar setengah jam naik bus dari bandara. Dalam perjalanan terlihat bahwa Tromso memang  sebuah kota kecil. Jalanan sepi, hanya satu dua mobil yang melintas. Bangunan rumah dan kantor juga jarang. Kondisi sarana jalan juga sederhana saja.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hotel Scandic berada di pelabuhan. Sepertinya ia dibangun di atas jetty persis 50 meter di sebelahnya ada kapal laut yang sedang sandar. Scandic, hotel termewah yang ada di Tromso. Setelah sampai dan menurunkan bagasi kami berjalan kaki ke restoran Jepang berjarak sekitar satu kilometer dari hotel untuk makan malam. Angin laut bertiup kencang menghembuskan hawa yang sangat dingin  membuat tubuh menggigil. Mungkin udara turun sampai minus 10 derjat malam itu. Selepas makan malam yang lezat dan nikmat kami check in di hotel. 



Seperti malam-malam sebelumnya, jam 1 atau jam 2 waktu di Norwegia, mata saya sudah tidak bisa tertidur. Ini masalah jet lag dan perbedaan waktu. Ada 6 enam jam perbedaaan waktu, jam 2 waktu Tromso berarti jam 8 pagi waktu di Jakarta.  Mata saya tidak bisa terpejam lagi sampai waktu sholat shubur sekitar jam 5 waktu Tromso. Saya mencoba mencari lokasi mesjid dengan menggunakan applikasi "near mosque". Ada mesjid terdekat berjarak sekitar 800 m dari hotel. Tapi saya putuskan untuk sholat di hotel saja. Meski dekat tapi untuk berjalan di tengah kegelapan, kedinginan ke tempat yang belum saya tahu di negeri orang, itu resiko tinggi. 

Dari balik jendela saya melihat pancaran sinar matahari terbit balik bukit bersalju di bawah langit biru. Sangat indah terlihat. Membuat saya untuk segera turun memburu moment yang indah itu. Yah, kami beruntung hari itu udara cerah, salju tidak turun dan langit biru cerah. Saya bergegas ke bawah dan keluar hotel untuk merekam dengan camera Samsung Note 3 saya. Begitu saya sampai di bawah ternyata sudah ada dua orang rekan saya sesama "tukang potret" sibuk mengabadikan momen itu. Semua senjata mereka gunakan, camera DSL dengan telenya, camera video serta gopro yang mungil. Ada pula camera yang bisa memotret secara otomatis selama 1 jam. Meski udara dingin terasa menusuk sampai ke tulang sumsum, tapi tidak dapat menghentikan kami untuk mengabadikan momen itu. Langit biru, perbukitan berwarna putih tertutup salju, ada warna biru dicelah-celahnya, temaran lampu kota yang masih menyala, rumah kayu di atas bukit, jembatan Tromso bridge yang membentang. 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selepas sarapan enak dengan menu roti dan biji-bijian khas Eropah ditambah dengan berbagai variasi sajian ikan salmon, sekitar jam 10 kami meninggalkan hotel menuju ke tempat bermain ski di luar kota Tromso. Melewati jembatan Tromso Brigde yang terkenal itu ke arah timur. Selepas jembatan tangan saya benar-benar tak bisa diam untuk menjempret pemandangan indah di kiri kanan. Udara pagi yang cerah, itu modal utamanya. Ada rumah kayu warna coklat berukuran besar dengan atapnya tertutup salju. Ada  tepi laut yang membeku. Ada danau fjord yang berubah menajdi padang es dan kendaraan yang diparkir diatasnya. Ada pohon pinus  penuh dengan salju. Pergunungan di kiri-kanan berselimut salju. Jalan raya beraspal salju. Saya seperti anak kecil yang sedang mendapatkan mainan baru. Norak.. 


Meski ada alat pemberish salju dijalan, ternyata tidak seluruh jalan dibersihkan dari salju oleh petugas. Kira-kira 10 km dari pusat kota, bus kami mulai berjalan di atas salju tebal. Semua terlihat putih, kalau bukan orang yang sudah kenal dengan kondisi jalan, pasti mereka sulit membedakan antara mana yang jalan dan mana yang bukan. Karena semua terlihat putih. Meski berjalan diatas salju tapi bis kami masih bisa berlari kencang, kira-kira 60 km/jam. Sekitar jam satu siang kami tiba di lokasi bermain ski. Letaknya sekitar 10 km dari jalan utama melalui pinggir gunung bersalju. Acara pertama kami adalah makan siang di dalam tenda khas orang Tromso. Seperti rumah orang Eskimo. Dengan ujung lancip, bulat bisa memuat sekitar 50 orang. Di dalam tenda ada perapian sebagai pemanas. Makanan yang dihidangkan juga khas yaitu daging rusa. Pengelola restoran juga mengenakan pakaian tradisional. Terus terang saya tidak bisa menikmati makan disini. Selain porsinya yang kurang tapi saya juga menghindari memakan daging rusa. 


Selepas makan kami mengganti baju kami dengan pakaian khusus yang akan digunakan untuk mengendari kendaraan snowmobile. Tidak mudah mengganti pakaian dengan pakaian milik camp, karena kami harus melepas pakaian yang ada terutama jaket dan sepatu. Perlu perjuangan untuk bisa melakukannya. Setelah semua selesai mengenakan pakaian khusus, kami mengikuti training singkat bagaimana cara mengendarai snow mobile. Cara menghidupkan mesin, berbelok, menjaga keseimbangan, dan langkah keselamatan. Setiap motor terdiri dari dua orang. Saya bersama dengan adik saya. Baru saja motor bergerak, saya sudah kehilangan keseimbangan, motor saya berlari ke kiri memasuki semak-semak. Untung ada pelatih yang sigap mengarahkan. Ternyata pola pikir saya salah. Ini berbeda dengan sepeda motor. Kendaraan ini terdiri dari dua track seperti track alat berat di belakang. Dua besi seperti alat ski di depan. Motor ini tidak akan jatuh walau miring. Sementara saya, begitu motor miring saya panik takut jatuh. Setelah berjalan sekitar 100 meter, saya mulai bisa menguasinya. Selanjutnya adalah penikmatan berkendara yang luar biasa.

Berjalan diatas salju tebal menyelurusi kaki bukit, lembah yang memanjang sejauh 5 km di kesunyian musim salju. Tidak ada manusia. Yang ada hanya pohon pinus dan semak-semak yang berbalut  salju. Syahdu, itulah perasaan yang tepat. Kagum dengan ciptaan Allah. Saya membandingkan suasana seperti ini yang pernah saya rasakan sekitar 45 tahun lalu. Ketika saya sendirian di Rawang, di Bukit Lengkok atau di Bukik Badok di kampung saya ketika saya mengembalakan kerbau saya sendirian. Ada perasaan ciut menyelinap dalam hati. Jika tersesat dan tidak tahu jalan pulang, sementara badan berada di negeri antah berantah... apa yang akan terjadi? 

Menjelang magrib kami selesai bermain ski. Kami bersiap-siap untuk meninggalkan lokasi di sore menjelang gelap. Letih, lelah dan pegal-pegal setelah hampir tiga jam bermain ski. Ingin rasanya cepat-cepat kembali ke hotel dan tidur. Kami makan malam di sebuah restoran dalam perjalanan di tengah-tengah padang salju.  Jam sembilan malam kami berangkat meninggalkan restoran. Tiba-tiba ada ide untuk mencari Aurora Borieli yaitu temaran cahaya malam seperti pelangi yang terlihat di malam hari yang hanya bisa ditemukan di sebelah utara Artic Circle. Kami pun pergi ke sebuah lokasi tempat Aurora sering terlihat. Sementara teman-teman menunggu saya tertidur di dalam bis. Katanya mereka sempat melihat Aurora.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Besok pagi, hari terakhir kami di Tromso. Salju turun, udara berubah menjadi gelap. Tak banyak yang bisa dilihat. Pagi-pagi saya coba berjalan kaki menyelusuri jalan-jalan di tengah kota. Mampir ke toko membeli SC card yang sudah penuh, membeli sikat gigi karena ternyata hotel tidak menyediakannya seperti di Indonesia. Ternyata harga barng-barang disini tiga kali sampai lima kali lebih mahal. Sebotol air minum harganya sekitar 3 Euro atau sekitar 50 ribu rupiah. SD card Rp. 300 ribu padahal di Jakarta 90 rupiah. Sikat gigi Rp. 50 ribu. Harga barang paling kecil sekitar 3 Uuro atau Rp. 50 ribu. Di Jakarta dengan 5 ribu masih bisa membeli barang yang yang memadai. Itulah perbedaan nilai uang antara negara "surgawi' dengan negara kita Indonesia. Jam 11 siang di tengah guyuran salju kami meninggalkan hotel Scandic melalui Tromso Bridge ke arah timur menuju Finland. Meninggalkan kenangan  terukir indah di atas salju putih.


Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: