Visit Manado May 2014

Tentang Penulis:
Jika saja Gorontalo tidak memisahkan diri dan membentuk propinsi sendiri, seharusnya saya sudah bisa mengklaim bahwa saya sudah menuntaskan menjelajahi seluruh propinsi di pulau Sulawesi. Karena pada tanggal 22 dan 23 May 2014 saya sudah berada di kota Manado dan Minahasa Utara (MINUT) propinsi ke empat yang saya kunjungi di pulau Sulawesi.

Pertama kali saya menginjakkan kaki di tanah Sulawesi sekitar tahun 2002 silam. Waktu itu saya  survey ke lokasi tambang nikel milik PT Aneka Tambang di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Saya terbang dari Jakarta, transit di Makassar kemudian pindah naik pesawat kecil ke Pomalaa Kolaka. Perjalanan menaiki pesawat kecil itu sangat berkesan karena terbang rendah di atas perbukitan dari Makasar diatas perbukitan di Maros, menyebarangi selat Bone dan mendarat di Kolaka. Pesawat kecil dengan isi kurang dari 10 orang. Tidak ada jarak antara penumpang dengan ruang pilot. 

Berikutnya pada tahun 2009 ketika saya mengadakan survey ke proyek pembangunan pembangkit listrik di Takalar, berjarak sekitar 3 jam dari Makassar. Setelah itu saya sempat beberapa kali ke Makassar termasuk ke kota Pare Pare. Tahun 2013 saya ke kota Palu, tepatnya ke Talise untuk melakukan survey pembangkit listrik milik klien saya. 

Pulau Manado Tua, Laut Sulawesi
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keberangkatan saya ke Manado tujuannya juga untuk mengadakan survey tepatnya di daerah Likupang, Minahasa Utama berjarak sekitar 60 km di luar kota Manado arah ke utara. Sebelum berangkat saya sudah mengatur jadwal dengan baik. Dari Jakarta pagi-pagi saya akan terbang ke Silae, Palu terlebih dahulu untuk mengadakan survey di pembangkit listrik yang baru saja diambil alih oleh klien saya. Sorenya saya akan terbang ke bawah ke Makassar untuk menginap karena besoknya saya akan terbang ke Manado. Hal ini terpaksa saya lakukan karena tidak ada pesawat langsung dari Palu ke Manado. Tapi apa hendak di kata, saya ketinggalan pesawat. Saya baru bangun jam 04.15 sementara pesawat Lion Air yang akan saya tumpangi berangkat jam 05.00. Saya berusaha mengejar ke bandara. Tampa mandi saya langsung berangkat ke bandara dengan mobil. Saya baru sampai di counter check in jam 05.09. Sudah tidak bisa lagi boarding. Pesawat sudah ditutup. Tapi saya tetap harus berangkat. Saya coba mencari informasi ke Lion Air, ternyata pesawat berikutnya baru ada jam 4 sore dan ternyata juga sudah penuh. Saya mencoba menenangkan diri. Saya sholat subuh dulu. Kemudian saya coba tanya ke Sriwijaya Air, ternyata mereka tidak ada jalur penerbangan ke Palu. Saya putuskan bahwa saya tidak mungkin hari itu berangkat ke Palu, tapi saya harus tetap berangkat Makassar karena tiket Makassar Manado sudah dibooking. Akhirnya saya dapat membeli tiket Sriwijaya Air ke Makassar berangkat jam 10 pagi. Awalnya petugas counter mengatakan bahwa seat pesawat sudah penuh. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang terlihat sibuk di bangku tamu menawarkan tiket. "Wah pak saya ada tiket pesawat ke Makassar, bapak bisa pakai punya saya ajah" katanya. Haraganya Rp. 1,5 juta rupiah. Akhirnya saya beli tiket itu. Sepertinya si pemuda ini memang "specialist" penjual tiket dadakan kepada orang yang membutuhkan. Dia sudah booking tiket atas nama dia, kemudian dengan bantuan petugas counter nama tiket itu dirobah menjadi nama saya. Ternyata dia juga berhasil menjual kepada penumpang lain yang memerlukan tiket mendadak hari itu. Pada saat duduk di dalam pesawat ternyata pesawatnya tidak penuh, banyak tempat duduk yang kosong. 

Karena survey di Palu batal maka saya rubah menjadi survey di Makassar. Kebetulan nasabah saya yang di Takalar polis asuransinya akan habis bulan depan. Sekalian saya akan survey pembangkit listrik milik dari klien kami yang lain di Talassa. Pemiliknya sama dengan yang ada di Palu dan Manado yang akan saya survey. Jam setengah satu waktu Makassar yang keluar dari Pesawat. Langsung sholat jamak lohar dan ashar. Makan siang, setelah itu langsung berangkat menumpang mobil Avanza carteran ke Takalar. Sewa mobil sekali jalan Rp. 250,000 karena pulang-pergi saya tawar akhirnya mereka setuju Rp. 400,000 bensin dan tol mereka yang bayar. Tapi untuk menjaga hubungan baik saya ajak si sopir makan dan saya kasih tip Rp. 50,000. Jam setengah empat sore saya sampai di lokasi. Langsung saya bertemu dengan manager. Mengadakan sedikit interview, melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa saat kemudian saya sudah selesai. Setelah itu saya pindah ke lokasi pembangkit yang lain yang tidak jauh dari lokasi itu.

Senja kala di Talassa

Azan magrib terdengar berkumandang menemani kami menelusuri jalan desa Talassa menuju Takalar untuk kembali ke Makassar. Meski sudah berada di luar kota, kondisi jalan raya cukup penuh dari kedua arah sehingga kendaraan tidak bisa dipacu. Jadi rencana pembukaan jalur kereta api dari Makassar ke Takalar sungguh sangat tepat untuk mengatasi kemacetan. Saya mulai melihat sang sopir sudah mulai kehilangan kesabaran. "Nanti kalau sudah sampai di Makassar, kita cari makan yang enak yah" kata saya. Ternyata tawaran saya membuat dia lebih tenang. Sekitar jam delapan kami sudah memasuki kota Makassar. Di kawasan Panakukkang saya melihat ada restoran seafood yang bagus. Tadinya si sopir menawarkan makan di kawasan Losari, tapi karena terlalu jauh saya putuskan makan malam di Panakukkang saja. Selesai makan kami terus menuju hotel transit di samping bandara Hasanuddin yang sudah saya pesan sebelum berangkat. Menjelang jam sembilan malam saya sudah masuk di kamar hotel. Kondisinya hotelnya sangat sederhana, walau bangunannya terlihat bagus tapi interiornya biasa-biasa saja. Harganya juga termasuk mahal. Untuk kamar type deluxe yang saya pesan harganya Rp. 320,000. Tapi cukup lumayan karena ada fasilitas antar jemput ke Bandara.

Jam 10 pagi saya sudah siap terbang ke Manado menaiki pesawat Lion Air. Sekarang saya baru menyadari betapa sempitnya tempat duduk di pesawat Lion Air. Lutut saya menempel di bangku depan sementara tangan saya harus saya dekap agar tidak menyebarang ke bangku sebelah. Berbeda dengan posisi di Sriwijaya Air dan Garuda yang jauh lebih lega. Sepanjang penerbangan selama satu setengah jam saya tidak bisa istirahat dengan baik karena tempat duduk yang sempit itu. Saya putuskan bahwa ini saatnya saya mulai meninggalkan Lion Air pindah ke Garuda. Selama ini saya tidak begitu memperhatikan kenyamanan di Lion Air. Hampir seluruh penerbangan saya selama bertahun-tahun menggunakan Lion Air. Disamping harganya lebih murah dan juga pesawatnya baru. Tapi demi kenyamanan untuk berikutnya saya akan pindah ke Garuda. Terima kasih Lion Air, thanks for all nice flights. Saya akan jarang bertemu lagi dengan gadis-gadis cantik, tinggi, ramping, berbaju batik merah. Rok sobek sampai sejengkal di bawah paha dan pinggang putih mulus terlihat ketika mereka menaikkan tas penumpang ke dalam bagasi.... bye all.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pantai depan Supermall

Saya mendarat di Manado menjelang jam 12 siang, tepatnya jam 11.30 hari Jumat tanggal 23 May 2014. Sinar matahari cukup terik. Saya langsung mencari mesjid untuk sholat jumat. Meski sebenarnya saya mendapat fasilitas sholat qodha karena berstatus  musafir tapi saya tetap ingin melaksanakan sholat Jumat di Manado ini. Karena Manado di kenal sebagai kota seribu gereja, tidak mudah untuk mendapatkan mesjid di kota ini. Ternyata tidak jauh dari pintu masuk Bandara Sam Ratulangi ada mesjid di komplek angkatan udara. Mesjid yang dibangun oleh yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila di jaman pak Harto dulu. Saya berangkat dengan mencarter mobil Avanza yang di kemudian oleh Leo orang Asli Manado. Leo yang mengantar dan menunggu saya sampai selesai sholat. Sewa Avanza sekali jalan ke Likupang Rp. 200,000, pulang-pergi Rp. 400,000. Sebelum ke luar dari kota Manado saya makan siang dulu bersama Leo di sebuah restoran khas ikan. Leo tahu bahwa dia tidak akan mengajak saya makan di restoran yang menjual paniki, B2 dan lain-lain yang menjamur di dalam kota Manado. 

Bandara Samratulangi
Mobil bergerak arah ke utara melalui jalan mendaki menuju ke Likupang. Kondisi jalan beraspal dan terawat. Pemandangan di kiri-kanan jalan mirip dengan yang ada di Ranah Minang kampung saya. Jalan berbelok, turun-naik. Ada rumah penduduk dan kebun kelapa. Menurut pengalaman saya selama ini, kebun kelapa yang luas dan banyak hanya ada di Ranah Minang dan di Minahasa ini. Kalau di Ranah Minang buah kelapa sebagian besar untuk langsung di konsumsi untuk gulai dan membuat rendang, sementara di Manado untuk dijual dalam bentuk kopra. Rumah penduduk tidak terlalu rapat dan rumahnya besar-besar. Satu persatu masih tampak rumah kayu tradisional. Tapi yang membuat perbedaaan besar antara Ranah Minang dengan Minahasa adalah bangunan tempat ibadah. Kalau di Ranah Minang di setiap desa berdiri mesjid besar dan bagus sementara di Minahasa berdiri gereja besar-besar dan megah. Bahkan di beberapa desa terlihat ada beberapa gereja dengan jarak yang tidak terlalu jauh, bahkan ada tiga gereja berjejer. Menurut Leo, masing-masing gereja mempunyai jemaat yang berbeda. Ada gereja Protestan, Katolik dan Advent. Ada pemandangan yang menarik ketika saya melewati beberapa gereja itu, dipinggir jalan ada ibu-bu meminta sumbangan untuk pembangunan gereja. Ini sama dengan yang kita temui di Jakarta maupun di daerah lain untuk pembangunan mesjid. Menurut karyawan pembangkit listrik yang saya survey, ternyata tidak jauh dari lokasi mereka ada satu desa yang penduduknya beragama Islam. Mereka bisa sholat jumat disana.Di pasar kecil Likupang saya juga melihat ada beberapa wanita menggunakan penutup kepala dengan leluasa di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas Kristen. Ada satu kesamaan lagi antara orang Minang dengan Manado. Hanya di Manado dan di kota-kota di ranah Minang yang ada (angkutan kota) angkot dengan hiburan "full music" yang hingar-bingar. Setiap angkot memasang sound system yang mengeluarkan alunan musik dengan berbagai jenis lagu. Kondisi seperti ini hampir tidak ada di kota-kota lain di Indonesia. 
Kebon Kelapa
Sepanjang perjalanan Leo memutar lagu-lagu di tape mobilnya. Awalnya saya kira dia sengaja memutarkan lagu-lagu Minang karena dia tahu saya orang Minang. Tapi ternyata lagu yang dia putar adalah lagu-lagu khas Manado. Wow... ternyata  syair dan melodinya hampir sama dengan lagu-lagu Minang. Bagaimana mungkin ini terjadi? Ada jarak yang begitu jauh antara Minahasa dan Minang. Saat ini nyaris tidak ada keterkaitan budaya antara keduanya. Tapi inilah pembuktian sejarah bahwa suku Minahasa adalah bagian dari suku Melayu yang menghuni kawasan Asia Tenggara ini. Menurut ayah saya yang ahli sejarah, Nenek moyang orang Minahasa mempunyai asal yang sama dengan orang Dayak di Kalimantan, orang Batak dan orang Minang Asli di Sumatera. Meski sudah terpisah oleh jarak dan waktu yang begitu lama, tapi  banyak persamaan yang masih ada.
Poster Prabowo.. putra Manado

Ada pemandangan yang langka dan saya yakin tidak akan pernah ditemui di tempat manapun di dunia ini. Hampir disepanjang jalan berkibar bendera dari berbagai bangsa di dunia. Ukurannya dari yang kecil sampai ukuran besar. Awalnya saya berfikir bendera ini berkaitan dengan aliran agama yang mereka ikuti. Karena ada bendera Itali, Jerman, Prancis, Brazil, Uruguay bahkan bendera Jepang juga ada. Saya tanya kepada Leo, ternyata bendera itu adalah bendera negara yang mereka jagokan di kejuaraan Piala Dunia 2014 yang akan digelar di Brazil mulai awal Juni 2014 ini. Wah ternyata orang Manado lebih gila bola dari orang di daerah lain...

Desa, gereja dan bendara negara piala dunia
Bendera bangsa peserta piala dunia
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya kembali ke Manado jam lima sore.  Saya menginap di hotel Aston. Harga kamarnya Rp. 650,000 semalam, mestinya bisa lebih murah jika saya pesan sebelumnya lewat AGODA. Lokasi hotel ini dekat ke pelabuhan Manado dan komplek Megarmall Manado yang dbangun oleh group Lippo. Saya hanya ke luar hotel sebentar saja mencari makan malam sambil berjalan-jalan. Ternyata susah juga mencari makanan halal di kawasan ini. Akhirnya saya menemukan sebuah warung tak jauh dari hotel. Sepertinya pemiliknya orang Jawa. Warungnya ramai. Saya segera kembali ke hotel untuk menyusun survey report karena Senin sudah harus dikirimkan ke rekan-rekan asuransi. Paginya saya berjalan kaki ke tepi pantai berjarak kira-kira 500 m dari hotel. Masih jam 7 pagi. Udara sejuk dan pemandangan laut yang begitu indah. Ada pulau Manado atau Manado tua terlihat begitu indah dari pantai. Sementara di kawasan Megamall sudah mulai ramai dikunjungi oleh warga Manado untuk berolahraga di hari libur. Ada yang jogging, berjalan-jalan, senam, bersepeda,  menemani anjing kesayangannya atau hanya untuk sekedar cucimata. Menjelang jam sembilan saya sudah kembali ke hotel untuk melanjutkan penyelesaian survey report. Saya memang sengaja menyelesaikan report sebelum balik ke Jakarta karena kalau sudah sampai di Jakarta susah untuk berkonsetrasi karena banyak hal lain yang  harus dikerjakan. 

Manado Supermall
Angkot, Full Music
Saya diingatkan oleh pegawai hotel untuk bersiap-siap check out. Saya minta diperpanjang sampai jam satu siang mereka bersedia. Setelah menyelesaikan report saya berkemas meninggalkan hotel menuju ke bandara. Pesawat saya berangkat jam 4, naik Garuda. Masih ada waktu tiga jam untuk berkeliling kota dan membeli oleh-oleh. Saya menumpang taxi Blue Bird dari depan hotel. Sang sopir orang Gorontalo keturunan Arab. Dia mengantar saya ke tempat penjual oleh-oleh bertempat di Merciful Building di bagian utara  dari hotel Aston. Sepanjang jalan saya perhatikan tata-kota Manado. Saya melihat kota ini cukup ramai. Banyak bangunan-bangunan berukuran besar, hotel bertingkat, kantor pemerintah dan bangunan komersial lainya. Sepintas saya melihat ukuran kota Manado hampir sama dengan kota Padang, Denpasar atau mungkin dengan Bandar Lampung. Saya membuktikan bahwa nama yang disematkan sebagai kota Seribu Gereja sangat pas. Hampir di sepanjang jalan kiri-kanan dalam jarak yang tidak terlalu jauh ada bangunan gereja. Sekitar 60% dari warga Manado beragama Kristen Protestan, sementara yang memeluk agama Islam sekitar 30%. Kerukunan beragama sangat terjaga. Tidak ada gesekan antara pemeluk agama di kota ini. Semua menjalankan agama dan keyakinan masing-masing tampa ada gangguan. Hampir  di sepanjang jalan saya melihat wanita-wanita muda mengenakan celana pendek ketat... hm.hm. Tapi saya juga banyak melihat para wanita muslimah dengan leluasa berjalan dengan hijab menutupi kepala dan baju panjang. Pemandangan ini juga terlihat di bandara, direstoran atau dimanapun. Semua damai. Saya melihat banyak restoran padang di Manado, salah satu yang cukup besar saya lihat adalah yang terletak di jalan menuju bandara, kira-kira 1 km menjelang gerbang bandara.

Gereja dari arah Supermall

Setahun lalu saya pernah berangan-angan untuk melakukan Tour Sulawesi dengan mengendarai mobil dari ujung selatan sampai ke ujung paling utara. Pasti menyenangkan karena jalannya bagus, pemandang alamnya indah dan yang paling mengasikan adalah jalannya sepi. Tidak banyak sepeda motor bersileweran di jalan baik di kota maupun di desa. Semoga angan-angan ini bisa terwujud.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda memerlukan jaminan Pengiriman barang atau Pengangkutan Barang dengan biaya ringan.   Hubungi L&G Insurance Broker. Broker dan konsultan asuransi khusus bank garansi terbaik di Indonesia. Segera call/WA segera ke 081283987016 sekarang juga
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
lngrisk.co.id


Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: