Tentang Penulis:
Anda pernah menonton penyerahan
Piala Oscar, atau piala Gramy Awards kan? Itu adalah penghargaan kepada para
artis dan penyanyi berprestasi tingkat dunia. Kalau anda pernah, anda pasti
akan melihat dan mendengar mereka mengucapkan “ thank you to my dad, may mom,
may partners, my directors” dan banyak lagi. Hampir semua orang yang telah
berkontribusi atas keberhasilan sang artis mereka sebutkan namanya satu-persatu.
Dalam satu buku marketing yang
bulan lalu saya beli, penulisnya menulis seperti ini pada bagian pendahuluan “pohon
besar tempat kita berlindung ini, ia ada, karena dulu ada yang menanamnya”. Ini
adalah gaya bahasa yang sangat indah yang digunakan penulis untuk mengungkapkan
rasa terima kasihnya yang begitu besar kepada orang-orang yang telah
memungkinkannya untuk menyelesaikan penulisan buku itu.
Saya berniat menulis judul ini
sejak dua tahun lalu ketika saya menghadir training dimana salah satu pembicaranya
seorang yang sudah sangat sukses di industri asuransi Indonesia bapak
Syaifullah Prasodjo. Beliau membahas secara khusus tentang masalah ini.
Pepatah lama itu ini benar
adanya, dan akan terus berlaku di sepanjang kehidupan kita. Bahwa kita tidak
mungkin berhasil menjadi seperti kita sekarang ini tampa ada orang yang
membantu kita. Untuk melengkapi pembahasan ini saya akan akan sampaikan contoh
mengenai seorang anak laki-laki bernama Jhon yang ditemukan di sebuah hutan di
Uganda. Ini kisah nyata. Kisah ini saya saksikan di program TV BBC Knowlege
beberap bulan lalu. Jhon sewaktu dia berumur sekitar 6 bulan tertinggal di
dalam hutan pada saat orang tua mereka mengunsi karena ada keributan di desa
mereka. Jhon kemudian menghilang dan tidak pernah lagi ditemukan. 10 tahun
kemudian ada penduduk yang melihat keanehan di tengah kerumun monyet-monyet di
hutan. Ada salah satu anggota keluarga monyet itu yang menyerupai manusia.
Akhirnya kecuigaan penduduk itu terbukti bahwa, benar ia adalah seorang
manusia, seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun. Tapi anehnya anak ini
tidak bisa berdiri dan berjalan layaknya manusia biasa, dia merangkak seperti
monyet. Dia tidak bisa bicara seperti manusia tapi mengeluarkan pekikan dan
jeritan seperti monyet. Akhirnya masyarakat desa menyadari bahwa anak lelaki
ini adalah bayi yang dulu sempat hilang dan kemudian dibesarkan di dalam
kelompok monyet. Anak ini dibawa pulang ke kampung oleh masyarakat. Tapi
perilakunya justru sangat aneh. Selain tidak bisa bicara dan berJalan seperti
manusia biasa, dia juga tidak bisa makan dan tidur seperti manusia normal. Setelah
melalui pelatihan selama bertahun-tahun barulah anak laki-laki yang waktu kecil
bernama Jhon ini mulai bisa mengikuti cara hidup seperti manusia normal walau
tidak bisa sempurna.
Apa yang menarik dari kisah ini.
Kalau kita tidak diajari berjalan, berbicara, makan dan segala kepandaian yang
kita miliki saat ini, kita akan seperti si Jhon kecil itu. Oleh karena itu kita
perlu bersyukur bahwa kita dibesarkan, dididik oleh orang tua kita, keluarga
kita dan guru-guru kita hingga akhirnya kita bisa menjadi seperti sekarang ini.
Menjadi karyawan sukses, menjadi pengusaha, menjadi pedagang, menjadi aparat
pemerintah, dokter dan segalah macam proses yang membuat kita bisa hidup
bahagia seperti sekarang ini.
Melihat kisah di atas dan
bagaimana para penerima penghargaan tertinggi di dunia Musik dan Film itu,
dimana mereka selalu mengucapkan rasa terima kasih mereka kepada semua orang
yang telah membantu mereka untuk berhasil. Kita juga seharusnya demikian. Entah
berapa banyak orang-orang yang telah berjasa mengantarkan kita sampai kepada
kondisi seperti sekarang ini. Semakin lama kita hidup, semakin tinggi prestasi
kita semakin banyak orang-orang yang telah berkontribusi kepada kita.
Pertanyaannya adalah apakah kita sudah mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Memberi penghargaan kepada mereka. Kapan kita sebut nama mereka sebagai bagian
dari kesuksesan kita. Jujur, banyak diantara kita yang tidak melakukan itu.
Kita bersikap “take it for granted” ya itu memang sudah seharusnya seperti itu.
Itu memang kewajiban orang tua kita untuk membesarkan kita. Itu memang sudah
kewajiban guru untuk mengajari kita. Itu memang sudah kewajiban atasan kita untuk mengajari kita untuk bisa bekerja.
Itu memang sudah kewajiban saudara kita untuk menolong kita. Itu memang sudah
seharusnya seorang teman membantu kita. Hei... sesungguhnya tidaklah demikian.
Orang-orang ini mau membantu kita karena mereka mempunyai “hati” untuk kita. Mereka
mempunyai pilihan, antara membantu kita atau tidak. Tidak semua orang tua
mempunyai hati yang tulus seperti urang tua kita. Buktinya berapa banyak orang
tua yang pergi meninggalkan anak-anaknya. Berapa banyak guru-guru yang mengajar
hanya sekedar menjalankan tugas. Berapa banyak pimpinan perusahaan atau tempat
berkerja yang tidak mengajarkan hal-hal yang bisa meingkatkan keahlian kita.
Mereka hanya mengharapkan tenaga dan pemikiran kita tanpa harus memberi
pendidikan. Kita memang harus secara tulus dan nyata mengucapkan terima kasih
kepada orang-orang yang telah berjasa kepada kita. Tak peduli apakah mereka bersikap
baik kepada kita atau tidak. Kewajiban kita adalah membalas kebaikan mereka.
Sungguh indah ajaran Islam
tentang ini. Pertama, bagaimana Islam mengajarkan bahwa kita harus menghormati
kedua orang tua kita. Adalah termasuk dosa besar jika kita melawan dan durhaka kepada
orang tua kita, walau mereka mungkin sikapnya tidak layak. Surga di bawah
telapak kaki ibu, demikian bunyi dari salah satu hadis Rasullullah.
Dulu ketika mendengarkan ceramah
agama, saya mengira bahwa ketika penceramah memulai ceramahnya dengan mengajak kita
bersyukur kepada Allah SWT dan bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW itu adalah
sebuah adab dan tata-tertib biasa dalam berceramah. Tapi setelah saya pelajari
ternyata itu tidak sesederhana itu, itu adalah ajakan dan ajaran yang mendalam
bahwa kita perlu harus bersyukur kepada yang Tuhan yang Maha Kasih, Maha Penyayang
kepada kita. Dan memanjatkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW setiap saat
untuk menunjukkan rasa terima kasih kita atas jasa beliau dalam mengajarkan
agama Allah ini dengan perjuangan dan kasih sayang sehingga kita dan miliaran
umat Islam sebelum kita, yang hidup saat ini dan hidup setelah kita menikmati
hidup dalam kondisi terang-benderang, beradab, bermartabat dan bahagia. Anda coba
bayangkan jika kita tidak mendapatkan ajaran iman Islam seperti yang diajarkan
oleh nabi Muhammad SAW. Akan seperti apakah kehidupan kita? Hidup dalam
kegelapan, bergelimang maksiat, keluarga yang berantakan, permusuhan, hanyut
dalam hiruk-pikuk kehidupan duniawi yang melelahkan. Tak bisa membedakan mana
yang baik dengan yang buruk, antara halal dan haram.
Saya termasuk orang yang harus
terus-menerus diingatkan mengenai hal ini. Meski saya terus berusaha dan mencoba
untuk selalu menghargai setiap orang yang telah berjasa kepada saya. Tapi saya
tahu, saya tidak pernah mampu menunjukkan rasa terima kasih saya kepada mereka
dengan baik. Dalam blog ini saya telah berusaha menuliskan dan menyebutkan
nama-nama orang yang telah berjasa kepada saya. Itu baru sebagian kecil dan
dengan cara yang mungkin kurang baik. Tapi itulah yang dapat saya lakukan saat
ini.
Bagaimana dengan anda. Apakah
anda sudah mulai memperbanyak mengucapkan terima kasih kapada orang-orang yang
berjasa kepada anda. Ayolah, coba ingat tulisan pembuka saya diatas, saya yakin
anda tidak akan pernah ragu lagi untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Temui mereka, telepon, sms, bbm, kirim e-mail atau paling tidak doakan mereka
semoga. Semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment