Ramadhan "University of Life" by Dr. Andian Parlindungan



Saudaraku, berikut ini catatan ceramah  Ahad pagi 21 Juli 2013, Mesjid Pondok Indah Jakarta oleh Dr. Andian Parlindungan.

Karena nikmat dan anugerah Allah kepada kita selalu kita rasakan setiap detik di setiap detak jantung kita. Bermohonlah kepada Allah supaya kita menjadi hamba yang pandai bersyukur. Orang kaya adalah orang paling banyak bersyukur, orang miskin adalah orang yang tidak pernah bersyukur.  Orang yang kaya adalah yang kaya hati, kaya mentalnya. Orang miskin adalah orang yang miskin hati, miskin jiwanya. Shalawat dan takarob senantiasa diberikan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Mudah-mudahan kita menjadi pengikut beliau sampai akhir hayat kita. Amin ya robbal alamin.
Di dalam hadis Rosulullulah mengatakan pada saat janin  berusia 120 hari atau empat bulan di dalam kandungan, manusia mulai memiliki  jasad yang kemudian Allah meniupkan ruh ke dalamnya. Kemudian Allah berkata kepadanya  “Alastu birobbikum” Bukankah aku ini tuhanmu?. Maka kemudian roh mengatkan “Kolu bala syaiah, kami bersaksi bahwa memang Engkaulah tuhan kami". Ketika ruh itu hadir, Allah meniupkan yang pertama sekali adalah akal, kedua hati yang ketiga adalah jiwa. Tapi karena roh ini dututupi oleh jasad yang didominasi oleh hawa nafsu dimana hawa nafsu ini bersumber dari syaitan maka manusia sering kehilangan esensi kehidupannya sebagai makhluk yang paling mulia. Karena tidak berfungsinya akal, hati dan jiwa yang sesungguhnya, akibatnya  manusia didominasi oleh hawa nafsu. Seharusnya manusia lahir dalam keadaan mulia “kullu maududdin ilal fitra”. Lahir dalam kedaan suci. Seharusnya manusia berusaha mensucikan dirinya, tapi faktanya ketika manusia menghadapi kesulitan hidup justru dia dikendalikan oleh hawa nafsu. Allah sayang kepada manusia maka untuk menjaga kesucian diri manusia Allah perintahkan manusia untuk berpuasa di bulan Ramadhan agar manusina senantiasa dalam kesucian. Dalam surat Ali Imran 102, surat Al Hasyar ayat 18, Al Anfal ayat 29, Allah perintahkan manusia bertakwa. “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dengan sungguh-sungguh bertakwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam kedaan muslim” Begitu juga perintah dalam surat-surat yang lain. 

Perintah takwa ini mencakup tiga hal penting. Pertama meningkatkan kwalitas iman, kedua meningkatkan kwalitas Islam dan yang ketika meningkatkan kwalitas ihsan. Iman itu akidah, Islam itu ibadah dan syariah, ihsan itu akhlak. Jadi dalam Alquran ada perintah agar manusia bertakwa, perintah takwa itu memuat perintah meningkatkan kwalitas keyakinan kita kepada Allah, kepada Rosul, kepada akhirat, kepada Alquran. Perintah takwa ini juga berisi perintah untuk meningkatkan kwalitas ibadah yang sesui dengan syariah. Ada ibadah puasa, sholat, zakat, haji. Dalam surat Albaqarah ayat 183. Allah memberitahu cara kita bertakwa, yaitu “diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Bagi orang yang bertakwa, sebagai bukti imannya meningkat maka ibadah meningkat. Ibadah itu bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban tapi untuk mencapai ketakwaan. Apa indicator orang bertakwa? Surat Ali Imran 133-135, al mukiminin, 1-11, surat Al Baqarah 177 dan lain-lain. Ada beberapa indikatornya?  Kepedulian sosial, orang yang memelihara diri dari ketakwaan dan dari perbuatan yang sia-sia, orang yang memelihara kemaluannya, orang yang khusuk di dalam sholatnya, orang yang memelihara amanah dan  janjinya, orang yang rendah hati, orang yang sabar, orang yang syukur dan lain-lain. 


Jadi yang ingin dicapai dalam ibadah kita adalah peningkatan iman dan ibadah. Maka seharusnya bukti dari ibadah itu berkwalitas terlihat dari peningkatan ketakwaannya. Puncak dari ketakwaan yang berkwalitas adalah peningkatan seperti dari hal-hal di atas. Kalau hasil itu tidak ada, maka ibadah ramadahan kita gagal. Puncak dari ibadah itu adalah menghasilkan perasaan positif, menghasilkan fikiran positif, menghasilkan perbuatan positif, menghasilkan kebiasaaan positif menghasilkan akhlak mulia. Orang-orang yang memelihara diri dari perkataan yang sia-sia. Ibadah Ramadhan bukan hanya sekedar menghapus dosa. Di luar ramadhan banyak sekali ibadah yang bisa menghapus dosa. Perumpamaan orang menjadikan ramadhan sebagai penghapus dosa, seperti orang yang membesihkan lantai, setelah bersih kemudian dia taburkan kotoran dan kemudian dia bersihkan lagi. Setelah Ramadhan yang jadi serigala kembali menjadi serigala, yang menjadi kancil, kembali jadi kancil, yang jadi penjahat kembali menjadi penjahat. Kata Allah bahwa Ramadhan itu untuk mengantarkan manusia kepada derajat yang paling tinggi yaitu maqomman mahmudah, tempat yang paling mulia. Fikirannya positif, perbuatannya positif, kebiasannya positif yang menghasilkan kepribadian positif. Inilah yang dimaksud dengan takwa. Maka Allah akan menghadiahkan kado yang paling indah kepada orang yang bertakwa seperti yang dijelaskan dalam surat Attalak "bagi  mereka yang bertakwa, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan dari pintu yang dia tidak pernah duga” Orang beriman itu tidak boleh cemas, tidak boleh phobia, takut. 


Ketika Allah memerintahkan supaya manusia beribadah, seharusnya manusia harus melibatkan dua unsur penting, pertama unsur jasmani dan yang kedua unsur rohani. Ketika manusia hanya melibatkan hanya jasmani tanpa rohani, maka yang terjadi akal, hati dan rohani tidak rersentuh oleh ibadah. Kalau ibadah itu menyentuh jiwa maka akal, hati dan rohani maka ibadah itu menjadi sempurna. Ketika orang puasa, akalnya ikut puasa, hatinya ikut puasa dan ruhnya pun ikut puasa. Akal menjadi cerdas. Kalau puasa kita benar, akal kita makin pintar. Satu tahun orientasi kita dunia menjadi kaya. Masuk Ramadhan orientasi kita ibadah, sholat, membaca Al quran. Kita menyadari bahwa kita perlu bekal untuk hari akhirat. Kita menyadari bahwa dunia ini bukan segala-galanya. Tapi ada orang yang beribadah hanya sekedar ibadah, sekedar menggugurkan kewajiban. Pendidikan hati, melahirkan jujur, ikhlas, sabar, tawakkal, amanah, rendah hati, amanah, syukur dan lain-lain. Tazkia fin nafsu, penyucian jiwa. Selama satu tahun jiwanya mengajak ke perbuatan negatif berbuat dosa, maksiat dan lain-lain. Selama ramadhan jiwanya berubah mengikuti jiwa yang tenang, jiwa yang damai. Tapi ini hanya dirasakan oleh orang yang mengikuti pengajian, sholat tarawih, sholat sunah dan membaca quran. Mereka mengikuti pendidikan hati, jiwa dan ruh. Yang sering terjadi selesai Ramadhan mereka kembali ke habitatnya masing-masing. Bebas. Orang-orang yang mengikuti tazkia fin nafs, mereka sedih ketika Ramadhan berakhir. Takut bahwa ini adalah Ramadhan terakhir. Kalau ada orang yang mengatakan bahwa “yes” Ramadhan telah berakhir. Ramadahan itu adalah sekolah kehidupan. Kita boleh jadi tamat Universitas Indonesia, Harvard, Melbourne tapi belum tentu kita bisa tamat universitas kehidupan. Karena kalau tamat universitas resmi hanya bisa mencerdaskan akal. Trainin-training hanya bisa mencerdaskan akal.  Satu bulan kita kuliah di universtias kehidupan Ramadhan, kita tidak hanya diberikan pendidikan teori tapi juga pengalaman dan hakekat kehidupan yang sesungguhnya. Universitas kehidupan ramadhan, sholat dan haji yang menghasilkan kesempurnaan kehidupan. Zaman rosullullah tidak ada tranining, tapi rosul berhasilkan orang-orang yang mempunyai ketakwaan yang tinggi, daya juang yang hebat, rasa social yang tinggi. Kebanyakan kita terjebak melakukan ibadah dasar. Makanya kata Allah banyak orang yang berpuasa tapi dia tidak dapat hanya lapar dan haus saja. 


Hati kita bakda Ramadahan, apakah ibadah Ramadhan menghasilkan kasih sayang diantara kita, melihirkan orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati tidak sombang. Apakah kita menjadi orang yang amana, yang menepati janji, menghasilkan etos kerja yang baik, menjadikan kita menjadi orang yang baik untuk keluarga kita. Kehadiran kita ditunggu-tunggu, orang merasa kehilang jika kita tidak ada. Kita menjadi cahaya bagi orang sekitar kita. Senyum dan sikapnya sangat mengyenangkan.  Kita akan bekorban untuk kehidupan orang lain. Muhammad Abduh salah seorang ulama Mesir pergi ke Eropa mengatakan “ku lihat banyak Islam tapi tidak ada muslimin” ketika ia kembali ke Mesir ia mengatakan “ku lihat banyak muslimin di Mesir tapi tidak kelihatkan Islam”. Karena iman dan ibadah kita belum mampu merubah sikap umat muslim.
Kalau kita berpuasa karena iman dan mengharapkan ridho Allah, Allah pasti akan menghapus dosa-dosa kita. Yang belum pasti apakah ibadah Ramadhan mampu melahirkan sikap kita yang lebih baik. Itulah yang perlu kita perjuangkan selama Ramadhan ini. Seharusnya orang Islam mempunyai karakter yang baik, sikap amanah, istiqomah, etos kerja yang baik, disiplin. Kalau kita tahajud tidak ada yang tahu, membaca alquran yang tahu. Tapi manfaat dari ibadah itulah yang bisa dilihat orang lain. Hasilnya disaat kita datang semua orang senang, di saat kita kita pergi orang sedih. Wisuda akbar dari dari Ramadhan.


Kalau Ramadahan ini yang terakhir, bagaimana sikap kita? Kematian seperti yang kita harapkan. Jadikan ramadhan ini yang terbaik sepanjang hayat kita. Karena kematian itu hak hak Allah, kapan saja Dia. Tapi kalau kita mati dalam keadaan iman yang sempurna sehingga kita menjadi seorang khusnul khotimah.
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: