Nama lengkapnya ibu Sri Mulyani Indrawati, tapi izinkan saya memanggil dengan panggilan akrab Mba saja. Rasanya lebih enak bagi saya memanggilkan kata Mba karena terasa lebih akrab. Lagi pula Mba memang lebih tua 2 tahun dari saya, jadi pantas-pantas saja kalau saya memanggil Mba.
Sudah lebih dari 100 hari Mba menjadi bulan-bulanan pemberitaan di negeri ini. Kalau sebelumnya Mba dipuja dan dipuji setinggi langit karena kepiawaian Mba mengendalikan perekonomian negeri ini dari terpaan krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh bagian dunia mulai dari negara-negara maju di Eropah sana sampai ke negeri berkembang di sekitar negeri kita ini. Masih segar dalam ingatkan saya bagaimana kepanikan yang dihadapi kepala-kepala negara Eropah menanggulangi dampak krisis global yang begitu dahsyat melanda seluruh dataran Eropah. Industri keuangan, pembankan berdarah-darah, pasar modal mengerusung sampai nilai terendah. Nilai mata uang menguap dalam sekejap, tak sedikit orang kaya tiba-tiba jadi miskin, milyuner jadi pengutang. Negara kaya menjadi negara miskin. Hanya dalam beberapa hari saja. Masih ingat bagaimana presiden Prancis Nicholas Sarkozy pontang-panting mengatasi masalah negerinya dan negara-negara Eropah. Mengggalang potensi dan kekuatan bersama mengatasi krisis.
Badai krisis pun begerak ke Asia. Singapura, Hongkong, Jepang, Thailand, Korea dan beberapa negara industri di kawasan ini juga turut mengalami terpaannya Bahkan Singapura mengalami dampak krisis ekonomi paling buruk yang menyebabkan industri dan keuangan negara itu menurun tajam. Banyak orang kehilangan pekerjaan.
Sepertinya badai besar itu terhenti sampai di Singapura dan mulai melemah ketika memasuki wilayah negeri kita. Ekonomi kita masih bisa berjalan normal.Tentu, kita tidak imun terhadap krisis ini. Tetap ada beberapa sektor yang terkena langsung, termasuk sektor yang menjadi pasar bisnis saya yaitu pertambangan dan energi.
Import barang-barang industri dan pemesinan menurun tajam. Penjualan alat berat berhenti tiba-tiba, padahal sesaat sebelum krisis itu datang penjualan alat berat lagi tinggi-tingginya, bahkan banyak distributor yang kehabisan stock dan banyak pembeli yang masuk waiting list sampai 1 tahun ke depan.
Tulisan di atas saya buat bulan Maret 2010 lalu ketika mba menjadi bulan-bulanan anggota panitia pansus Century.
Kemarin siang saya terkejut ketika di layar televisi ada tulisan Mba mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan RI. Saya terkejut dan kaget, bukan saya saja, tapi para pengusaha juga merasakan demikian. Pagi ini saya baca begitu banyak ketua-ketua asosiasi pengusaha menyayangkan pengunduran diri Mba. Kami pengusaha benar-benar menikmati hasil jerih payah Mba mengendalikan moneter negeri kita sehingga bisa berjalan stabil dan bahkan semakin hari semakin kuat. Kami khawatir, siapatah lagi yang bisa menjalankan tugas menkeu sebagus yang Mba lakukan. Yang bisa mungkin banyak, tapi yang hebat dan independen seperti mba tentulah sedikit.
Mba Ani, sebagai seorang profesional saya dapat memahami perasaan Mba bagaimana rasanya bekerja di bawah tekananan orang-orang yang sebenarnya tidak paham dengan tugas Mba. Mereka tidak menghargai betapa tugas yang Mba kerjakan memerlukan keahlian, keberanian dan kepemimpinan yang kuat untuk mengatur ekonomi negeri yang belum mempunyai sistim yang baik. Masih amburadul akibat diobok-obok oleh rejim pemerintah sebelumnya. Tidaklah mudah menyeimbangkan ekonomi negeri ini dengan ekonomi negeri tetangga yang sudah lebih dahulu kuat.
Para politisi itu tidak menghargai keahlian seseorang, mereka tidak tahu menahu tentang seberat apa masalah yang dihadapi. Yang mereka tahu hanyalah apa yang mereka mau. Mereka tidak hanya mencari hal-hal yang sepele yang sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap keputusan. Benar, apa yang pernah dikatakan oleh Albert Einstein, beda antara orang pintar dengan orang goblog adalah, orang goblog adalah orang yang membuat hal-hal yang sederhana menjadi rumit sementera orang pintar adalah membuat hal yang rumit menjadi sederhana. Mereka mempesoalkan prosedur, mereka mempersoalkan apakah seseroang harus hadir dalam rapat atau tidak dan lain-lain. Sementera Mba sudah menjalani semuanya dengan baik sesuai dengan tanggung jawab Mba.
Sebagai ekonom saya sangat dapat memahami semua kebijaksanaan yang Mba ambil. Saya kagum dengan kemampuan, keberanian dan terobosan yang Mba ambil di dalam memajukan ekonomi negeri ini. Penjelasan Mba dalam setiap seminar ataupun press conference sangat jelas dan menakjubkan. Mungkin bagi para bagi politisi semuanya itu tidak ada nilainya. Mereka hanya tahu apa yang mereka mau.
Saya pernah berada di dalam suasana mirip seperti itu sekitar 4 tahun lalu. Saya memimpin perusahaan yang saya dirikan bersama teman-teman. Setelah delapan tahun berjalan perusahaan kami berkembang pesat dan hal ini membuat salah seorang rekan saya yang notabene menantu dari salah seorang anggota DPRI RI dan mantan menteri. Mereka mempolitisasi perusahaan, akhirnya mereka menjadi mayoritas di dalam perusahaan. Kemudian dengan cara "voting" dia menyingkirkan saya dan teman lain sebagai pimpinan dan mengambil alihnya dan diberikan kepada menantunya itu. Mereka fikir memimpin perusahaan broker asuransi itu mudah. Alhasil perusahaan itu hingga saat ini jalan ditempat bahkan menurut saya perusahaan itu mundur.
Ternyata politisi dan profesionalisme tidak bisa bekerjasama, kalau boleh menggunakan istilah sekarang ini "kemistrinya" tidak nyambung. Saya jadi bertanya-tanya pengusaha seperti apa yang masih mau memanfaatkan politisi untuk bisnisnya?
Mba Ani, tentulah kami pengusaha akan sangat merasa kehilangan anda, tidak ada lagi pejabat yang pernyataanya yang paling kami tunggu-tunggu. Tentang penurunan suku bunga, penambahan pemberian kredit, pelonggoran pengucuran kredit perbankan, stablitas moneter, kebijaksanaan perpajakan, penyederhanaan kepaeanan dan lain-lain.
Namun di lain pihak saya secara pribadi tetap merasa bangga ketika tahu Mba diangkat menjadi Managing Director di Bank Dunia (World Bank). Sebuah lembaga keuangan terbesar di dunia. Itulah pengakuan atas kehebatan Mba sebagai ahli ekonomi sekaligus penghargaan atas keberhasilan Mba membangun ekonomi negeri ini dari carut-marut menjadi moderen seperti sekarang ini. Kehadiran Mba memimpin World Bank adalah bukti pengabdian Mba kepada negeri ini. Memang di negeri sendiri oleh para poliltisinya yang "kurang pintar" mba tidak dianggap. Tapi dunia mengakui Mba. Hasil kerja Mba membuat Bank Dunia terpincut pada Mbak untuk memimpin bank itu agar bisa memberikan manfaat yang lebih banyak bagi seluruh dunia. Nama Mba yang sangat Indonesia itu akan membuat warga dunia lebih mengenai tentang keindonesian. Saya yakin wajah mba akan mewakili 240 juta wajah orang Indonesia, sehingga ketika bertemu mereka akan langsung mengatakan "anda orang Indonesia ya?"
Sementera mba bekerja di Washington sana, para politisi Senayan akan sibuk lagi dengan isu-isu lain. Entah isu apa lagi. Mungkin mereka akan sibuk mengangkat pamor wanita-wanita lain untuk menjadi "tokoh" nasional. Saat ini mereka sudah berhasil mengangkat pamor Ayu Azhari artis panas yang sudah semakin tua menjadi calon wakil bupati. Mereka juga akan terus menggotong Maria Eva menjadi calon bupati yang beberapa tahun lalu gambar video mesumnya dengan salah satu anggota dewan beradar di media massa. Atau mereka akan sibuk untuk terus mengusung Julia Perez yang terkenal dengan lagu belah durennya menjadi calon bupati. Entahlah.
Mba Ani, terima kasih atas usaha dan kerja kerasnya membangun ekonomi Indonesia dan saya yakin Insya Allah mba juga akan sukses memimpin Bank Dunia. Tetaplah istiqomah seperti biasa. Saya masih sangat terharu ketika melihat mulut dan jari-jari mba bergerak melafazkan zikir ketika dikeroyok di Senayan.
Tulisan di atas saya buat bulan Maret 2010 lalu ketika mba menjadi bulan-bulanan anggota panitia pansus Century.
Kemarin siang saya terkejut ketika di layar televisi ada tulisan Mba mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan RI. Saya terkejut dan kaget, bukan saya saja, tapi para pengusaha juga merasakan demikian. Pagi ini saya baca begitu banyak ketua-ketua asosiasi pengusaha menyayangkan pengunduran diri Mba. Kami pengusaha benar-benar menikmati hasil jerih payah Mba mengendalikan moneter negeri kita sehingga bisa berjalan stabil dan bahkan semakin hari semakin kuat. Kami khawatir, siapatah lagi yang bisa menjalankan tugas menkeu sebagus yang Mba lakukan. Yang bisa mungkin banyak, tapi yang hebat dan independen seperti mba tentulah sedikit.
Mba Ani, sebagai seorang profesional saya dapat memahami perasaan Mba bagaimana rasanya bekerja di bawah tekananan orang-orang yang sebenarnya tidak paham dengan tugas Mba. Mereka tidak menghargai betapa tugas yang Mba kerjakan memerlukan keahlian, keberanian dan kepemimpinan yang kuat untuk mengatur ekonomi negeri yang belum mempunyai sistim yang baik. Masih amburadul akibat diobok-obok oleh rejim pemerintah sebelumnya. Tidaklah mudah menyeimbangkan ekonomi negeri ini dengan ekonomi negeri tetangga yang sudah lebih dahulu kuat.
Para politisi itu tidak menghargai keahlian seseorang, mereka tidak tahu menahu tentang seberat apa masalah yang dihadapi. Yang mereka tahu hanyalah apa yang mereka mau. Mereka tidak hanya mencari hal-hal yang sepele yang sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap keputusan. Benar, apa yang pernah dikatakan oleh Albert Einstein, beda antara orang pintar dengan orang goblog adalah, orang goblog adalah orang yang membuat hal-hal yang sederhana menjadi rumit sementera orang pintar adalah membuat hal yang rumit menjadi sederhana. Mereka mempesoalkan prosedur, mereka mempersoalkan apakah seseroang harus hadir dalam rapat atau tidak dan lain-lain. Sementera Mba sudah menjalani semuanya dengan baik sesuai dengan tanggung jawab Mba.
Sebagai ekonom saya sangat dapat memahami semua kebijaksanaan yang Mba ambil. Saya kagum dengan kemampuan, keberanian dan terobosan yang Mba ambil di dalam memajukan ekonomi negeri ini. Penjelasan Mba dalam setiap seminar ataupun press conference sangat jelas dan menakjubkan. Mungkin bagi para bagi politisi semuanya itu tidak ada nilainya. Mereka hanya tahu apa yang mereka mau.
Saya pernah berada di dalam suasana mirip seperti itu sekitar 4 tahun lalu. Saya memimpin perusahaan yang saya dirikan bersama teman-teman. Setelah delapan tahun berjalan perusahaan kami berkembang pesat dan hal ini membuat salah seorang rekan saya yang notabene menantu dari salah seorang anggota DPRI RI dan mantan menteri. Mereka mempolitisasi perusahaan, akhirnya mereka menjadi mayoritas di dalam perusahaan. Kemudian dengan cara "voting" dia menyingkirkan saya dan teman lain sebagai pimpinan dan mengambil alihnya dan diberikan kepada menantunya itu. Mereka fikir memimpin perusahaan broker asuransi itu mudah. Alhasil perusahaan itu hingga saat ini jalan ditempat bahkan menurut saya perusahaan itu mundur.
Ternyata politisi dan profesionalisme tidak bisa bekerjasama, kalau boleh menggunakan istilah sekarang ini "kemistrinya" tidak nyambung. Saya jadi bertanya-tanya pengusaha seperti apa yang masih mau memanfaatkan politisi untuk bisnisnya?
Mba Ani, tentulah kami pengusaha akan sangat merasa kehilangan anda, tidak ada lagi pejabat yang pernyataanya yang paling kami tunggu-tunggu. Tentang penurunan suku bunga, penambahan pemberian kredit, pelonggoran pengucuran kredit perbankan, stablitas moneter, kebijaksanaan perpajakan, penyederhanaan kepaeanan dan lain-lain.
Namun di lain pihak saya secara pribadi tetap merasa bangga ketika tahu Mba diangkat menjadi Managing Director di Bank Dunia (World Bank). Sebuah lembaga keuangan terbesar di dunia. Itulah pengakuan atas kehebatan Mba sebagai ahli ekonomi sekaligus penghargaan atas keberhasilan Mba membangun ekonomi negeri ini dari carut-marut menjadi moderen seperti sekarang ini. Kehadiran Mba memimpin World Bank adalah bukti pengabdian Mba kepada negeri ini. Memang di negeri sendiri oleh para poliltisinya yang "kurang pintar" mba tidak dianggap. Tapi dunia mengakui Mba. Hasil kerja Mba membuat Bank Dunia terpincut pada Mbak untuk memimpin bank itu agar bisa memberikan manfaat yang lebih banyak bagi seluruh dunia. Nama Mba yang sangat Indonesia itu akan membuat warga dunia lebih mengenai tentang keindonesian. Saya yakin wajah mba akan mewakili 240 juta wajah orang Indonesia, sehingga ketika bertemu mereka akan langsung mengatakan "anda orang Indonesia ya?"
Sementera mba bekerja di Washington sana, para politisi Senayan akan sibuk lagi dengan isu-isu lain. Entah isu apa lagi. Mungkin mereka akan sibuk mengangkat pamor wanita-wanita lain untuk menjadi "tokoh" nasional. Saat ini mereka sudah berhasil mengangkat pamor Ayu Azhari artis panas yang sudah semakin tua menjadi calon wakil bupati. Mereka juga akan terus menggotong Maria Eva menjadi calon bupati yang beberapa tahun lalu gambar video mesumnya dengan salah satu anggota dewan beradar di media massa. Atau mereka akan sibuk untuk terus mengusung Julia Perez yang terkenal dengan lagu belah durennya menjadi calon bupati. Entahlah.
Mba Ani, terima kasih atas usaha dan kerja kerasnya membangun ekonomi Indonesia dan saya yakin Insya Allah mba juga akan sukses memimpin Bank Dunia. Tetaplah istiqomah seperti biasa. Saya masih sangat terharu ketika melihat mulut dan jari-jari mba bergerak melafazkan zikir ketika dikeroyok di Senayan.
0 comments:
Post a Comment