Suka Menawar harga, bukan berarti pelit.


Banyak orang takut dicap sebagai orang pelit ketika dia ingin menawar sebuah harga yang ditawarkan oleh penjual. Entah kenapa beberapa orang takut sekali dengan cap pelit yang”mungkin” akan diberikan oleh orang lain kepadanya. Padahal perasaan seperti itu tidak benar sama sekali, karena istilah pelit, medit, kikir dan lain-lain hanya layak diberikan kepada seseorang yang bergelimang harta tapi tidak peduli dengan orang miskin dan ketika diminta bantuannya tidak mau memberi, nah itulah yang pantas mendapatkan predikat sebagai orang pelit.

Menawar harga adalah sunatullah hidup apalagi dalam berdagang. Adalah haknya pembeli untuk mendapatkan harga yang wajar ketika dia tidak tahu seberapa harga yang pantas dia bayar untuk sebuah barang. Bukan berarti pembeli tidak percaya dengan harga yang ditwarkan oleh penjual tapi itulah hukum dagang. Dalam teori ekonomi ada istilah supply dan demand atau hukum permintaan dan penawaran. Harga senantiasa berubah sesuai dengan kondisi barang yang ditawarkan.

Saya mempunyai tiga rekan yang menurut saya termasuk orang kaya bahkan masuk kelompok orang kaya raya. Pertama rekan saya sama-sama berjuang di Jakarta dulu. Sekarang dia termasuk salah satu pemain bisnis property. Dia memeliki beberapa rumah pribadi di lokasi elit di Jakarta, Puri Indah dan Pondok Indah. Di samping mempunyai rumah pribadi dia juga mempunyai kantor, ruko dan tempat usaha lain. Dia memiliki hampir semua jenis kendaraan mewah yang menjadi impian banyak orang. 2 minggu lalu saya datang dan dia baru saja turun dari mobil Toyota Alphard. Beberapa bulan lalu ketika saya datang ke kantornya dia mengendari Mercedes S Class dan tahun lalu ketika saya pergi bersamanya untuk melihat sebidang tanah milik teman yang mau dijual dia datang dengan Toyota Camry.
Meski dia sudah sekaya itu, dia tetap menawar premi asuransi yang saya tawarkan untuk salah satu kendaraannya, “wah Fik ini masih terlalu mahal, kemarin saya ditawari dengan diskon sekian persen” katanya. Saya awalnya berfikir sebagai seorang teman tentulah dia akan membeli dari saya begitu saja karena kami dulu senasib sepenanggungan. Tapi itulah prinsip dagang, harus mendapatkan harga yang terbaik walau tidak mengenakkan bagi orang lain. Saya dapat memahami kebijaksanaanya. Karena di luar urusan bisnis mas Harsono adalah pribadi yang baik, dia beberapa kami mengundang saya makan siang atau makan malam bahkan sudah beberapa kali mengajak saya main golf.

Rekan saya yang kedua adalah seorang pengusaha kapal. Beliau mempunyai beberapa kapal cargo serta mengoperasikan beberapa kapal cargo milik orang lain serta mempunyai perusahaan forwarder. Sudah barang tentu harta dan kekayaannya melimpah dan jauh dari cukup. Kembali dalam soal dagang, beliau tetap menawar harga premi yang saya tawarkan. Meski hubungan kami sudah sangat dekat dan bahkan kami sekali seminggu bertemu bermain tennis atau sebentar lagi kami akan membentuk usaha joint venture.

Rekan ketiga saya ini juga seorang yang kaya. Rumahnya di bilangan Kemang Jakarta Selatan luasnya mungkin diatas seribu meter. Selama puasa lalu dia pergi menjalankan ibadah umrah selama satu bulan penuh bersama isteri dan empat orang anaknya. Investasinya banyak dan sekarang masih terus mengembangkan usaha yang lain.
Dia rekan satu kantor saya dulu sejak di IBS. Dia menguasai bidang finance dan accounting dan waktu kami sama-sama satu kantor dia menjabat direktur keuangan. Rekan-rekan kami mencapnya sebagai seorang yang pelit karena dia selalu menawar semaksimal mungkin setiap barang yang ditawarkan. Dia juga mencek setiap pengeluaran perusahaan sedetail mungkin.

Melihat dari karakter ketiga rekan saya ini, terlihat bahwa salah satu rahasia sukses mereka adalah mendapatkan harga yang terbaik sehingga pengeluaran anda minimal dan efisien meski untuk sebuah barang yang nilainya mungkin kecil.
Membeli barang tanpa menawar adalah pemborosan, karena harga barang yang ditawarkan pada tahap pertama adalah harga tertinggi, maka tawarlah sampai harga yang terendah.
Mungkin anda berdalih “sudahlah, saya beli saja dengan seberapa harga yang ditawarkan, hitung-hitung menolong orang, toh ini juga ibadah”. Pernyataan seperti itu tidaklah benar. Pertama tidak mendidik bagi sipenjual karena dia akan beranggapan bahwa semua orang akan membeli dengan cara seperti itu, padahal tidak demikian. Kedua, itu belum tentu dicatat sebagai ibadah sedekah oleh Allah karena bersedekah itu mempunyai tata caranya sendiri. Harus dikeluarkan secara terpisah, dengan niat khusus dan perlu ijab dan Kabul.

Jadi kalau anda mau kaya secara financial maka pandailah menawar harga. Kalau tidak anda mungkin akan mengalami yang sebaliknya.
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: