Batas Kebebasan
Pagi kemerin saya menerima telepon dari seorang teman baik yang mengabarkan bahwa mulai tanggal 20 kemarin dia sudah mengajukan pengunduran dari perusahaan yang telah lebih dari 10 tahun dia memberikan waktu dan tenaganya untuk berkarir. Karirnyapun terbilang bagus karena saat-saat terakhir dipercaya untuk memimpin sebuah divisi baru dan sukses.
Saya sangat kaget ketika teman ini menyampaikan informasi ini, karena saya tidak pernah membayangkan bahwa dia akan secepat itu membuat keputusan.
3 minggu lalu kami bertemu makan siang dan saya melihat betapa bersemangatnya teman ini terhadap rencana kerjanya tahun 2009 ini. Tahun lalu dia berhasil mendapatkan pemasukan hampir 2 kali lipat dari target yang telah ditetapkan untuknya. Berdasarkan pencapaian itu serta dengan keyakinan kekuatan team kerjanya maka tahun ini dia berani untuk meningkatkan pendapatan 2 kali lipat lagi. Dia sudah mempunyai jalur-jalurnya yang tinggal dikembangkan saja.
Tapi di luar dugaan teman ini, ternyata proposal dan semangatnya yang menyala-nyala itu tidak mendapatkan tanggapan positif dari pimpinannya dan terkesan bahwa kemampuan dan ide teman ini tidak dihargai. Tidak ada penghargaan dari pimpinan atas pencapaian tahun 2008 lalu, justru tanggapan mereka terdengan sangat aneh. Mereka bilang "kok bisa?" bukannya mengatakan "well done, congratulations, great job man! dan kata-kata penyemangat lain-lain sebagainya.
Proposal dia untuk tahun anggaran 2009 yang lebih fantastis tidak pula mendapat tanggapan. Sehingga sebagai reaksi atas ketakacuhan pimpinannya itu membuat teman ini memutuskan untuk pergi dan melupakan ide-idenya.
Saya melihat dari kejadian ini, begitulah kenyataannya jika kita mempunyai ide, kemampuan, pemikiran dan segala hal yang bagus dan istimewa yang kita ciptakan dari kreasi dan kebebasan berfikir tapi tidak mempunyai kebebasan untuk menjalankannya. Kita dibatasi oleh ketentuan dan ukuran-ukuran yang dibuat oleh orang lain. Ada orang lain yang berkuasa dan menentukan ide dan fikiran kita. Meskipun ide kita cemerlang dan hasil yang akan didapat nyata terlihat di depan mata, tapi kalau orang lain yang berkuasa tidak mau, ya sudahlah... sia-sialah semua ide cemerlang itu, tak kan pernah terwujud justru sebaliknya bisa membunuh kita.
Pagi kemerin saya menerima telepon dari seorang teman baik yang mengabarkan bahwa mulai tanggal 20 kemarin dia sudah mengajukan pengunduran dari perusahaan yang telah lebih dari 10 tahun dia memberikan waktu dan tenaganya untuk berkarir. Karirnyapun terbilang bagus karena saat-saat terakhir dipercaya untuk memimpin sebuah divisi baru dan sukses.
Saya sangat kaget ketika teman ini menyampaikan informasi ini, karena saya tidak pernah membayangkan bahwa dia akan secepat itu membuat keputusan.
3 minggu lalu kami bertemu makan siang dan saya melihat betapa bersemangatnya teman ini terhadap rencana kerjanya tahun 2009 ini. Tahun lalu dia berhasil mendapatkan pemasukan hampir 2 kali lipat dari target yang telah ditetapkan untuknya. Berdasarkan pencapaian itu serta dengan keyakinan kekuatan team kerjanya maka tahun ini dia berani untuk meningkatkan pendapatan 2 kali lipat lagi. Dia sudah mempunyai jalur-jalurnya yang tinggal dikembangkan saja.
Tapi di luar dugaan teman ini, ternyata proposal dan semangatnya yang menyala-nyala itu tidak mendapatkan tanggapan positif dari pimpinannya dan terkesan bahwa kemampuan dan ide teman ini tidak dihargai. Tidak ada penghargaan dari pimpinan atas pencapaian tahun 2008 lalu, justru tanggapan mereka terdengan sangat aneh. Mereka bilang "kok bisa?" bukannya mengatakan "well done, congratulations, great job man! dan kata-kata penyemangat lain-lain sebagainya.
Proposal dia untuk tahun anggaran 2009 yang lebih fantastis tidak pula mendapat tanggapan. Sehingga sebagai reaksi atas ketakacuhan pimpinannya itu membuat teman ini memutuskan untuk pergi dan melupakan ide-idenya.
Saya melihat dari kejadian ini, begitulah kenyataannya jika kita mempunyai ide, kemampuan, pemikiran dan segala hal yang bagus dan istimewa yang kita ciptakan dari kreasi dan kebebasan berfikir tapi tidak mempunyai kebebasan untuk menjalankannya. Kita dibatasi oleh ketentuan dan ukuran-ukuran yang dibuat oleh orang lain. Ada orang lain yang berkuasa dan menentukan ide dan fikiran kita. Meskipun ide kita cemerlang dan hasil yang akan didapat nyata terlihat di depan mata, tapi kalau orang lain yang berkuasa tidak mau, ya sudahlah... sia-sialah semua ide cemerlang itu, tak kan pernah terwujud justru sebaliknya bisa membunuh kita.
Nasib seperti ini yang sering dialami oleh para pegawai, professional ataupun mereka-mereka yang berada di dalam kontrol orang lain. Mereka-mereka yang tidak BEBAS. Mereka tidak bisa seenaknya menjalankan ide mereka sendiri, mereka harus mengikuti kemauan peraturan ataupun kemauan orang lain.
Mereka harus bisa hidup dengan menjalankan cita-cita orang lain, gaya orang lain, bukan cita-cita dan gaya mereka atau bahkan bukan dengan keyakinan mereka. Tentu tidak enak dan membuat prustasi bahkan depresi karena hidup berada di dalam kekuasaan orang lain. Diperlukan kesabaran dan kemampuan mengendalikan diri jika berada di dalam situasi seperti ini.
Kebebasan Tanpa Batas
Di lain pihak kita juga banyak melihat orang-orang yang tidak ada batasannya. Mereka bebas berkreasi sesuka mereka tanpa harus membentur peraturan atau kehormatan orang lain. Mereka-mereka ini kebanyakan adalah para pengusaha mandiri, artis, seniman, penulis serta pada independen lainnya.
Untuk kondisi seperti diperlukan kemampuan pengendalian diri yang kuat karena kalau tidak akan terjebak di dalam kebebasan yang tak terkendali. Perlu mempunyai prinsip-prinsip hidup yang kuat sehingga tidak mudah lepas dari kendali dan jalur serta norma yang ada.
Sebagai seorang pengusaha misalnya seseorang bebas menentukan target pendapatan sesuai dengan yang mereka inginkan dengan cara yang layak mereka lakukan. Tapi kalau mereka tidak bisa mengendalikan diri untuk mengejar dan mendapatkan penghasilan mereka bisa terjebak di dalam perangkap hawa nafsu dan jerat hukum. Misalnya Seseorang yang berambisi untuk mengembangkan bisnis sementara dia sendiri tidak mempunyai modal yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan maka dia meminjam dana dari pihak lain dengan cara yang tidak sehat misalnya dengan bunga yang sangat tinggi dan fee yang juga besar. Karena saat itu dia terbuai hawa nafsu ingin cepat-cepat punya uang banyak maka diambil pinjaman dengan resiko tinggi itu. Dan di luar dugaan bisnis gagal dan modal melayang tinggallah sekarang mencari dana untuk mengembalikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi. Bagaiana cara mengembalikannya? Dengan bunga rendah saja tidak bisa apalagi dengan bunga yang selangit tingginya itu!
Demikian juga terjadi pada para seniman, meskipun dia tidak mempunyai peraturan yang ketat dan mengikat seorang seniman harus juga bisa mengendalikan diri baik terhadap sikapnya kepada masyarakat tapi juga terhadap dirinya sendiri terutama menjaga agar citra diri dan masa depan tidak hancur-lebur karena kebebasan yang tak terbatas.
Sesuatu atas batasnya, jika berada di tempat yang banyak aturan dan batasan, sesuaikan diri dengan lingkungan seperti itu. Jika mempunyai ide dan fikiran bagus coba kembangkan dengan menyesuaikan dengan kondisi di perusahaan.
Di lain pihak kebebasan tanpa batas juga tidak baik karena bisa menjerumuskan seseorang ke kondisi yang sangat mengerikan akibat tidak adanya kententuan yang menghambat "hawa-nafsu" seseorang.
Yang terbaik adalah yang di tengah-tengah, tidak terlalu bebas tapi tetap ada keseimbangan antara bebas dan tidak bebas.
0 comments:
Post a Comment