7 tahun lalu atau sekitar 2 tahun menjelang berusia 40 tahun saya mempunyai cita-cita yang saya tulis dan saya fokuskan setiap hari yaitu "retire at 40" atau pensiun di usia 40. Cita-cita itu saya buat setelah perenungan panjang dan berulang-ulang tentang masa depan saya.
Pada saat itu saya masih menjadi pimpinan di sebuah perusahaan broker asuransi yang saya bangun sendiri. Perusahaan itu sedang mencapai puncak kejayaannya dengan total karyawan lebih dari 40 orang bekantor di salah satu gedung perkantoran berlantai 24 di salah satu jalan utama di Jakarta.
Banyak orang heran dengan saya. Mereka mempetanyakan mengapa saya yang sedang mempunyai karir yang begitu bagus seperti itu kok mau meninggalkan semuanya itu untuk memulai sesuatu yang belum pasti. Mereka tahu bahwa saya hampir memiliki semua yang diinginkan oleh para professional dan pimpinan perusahaan. Jabatan yang sangat baik dengan ruang kantor hampr 20 meter sendirian. Kendaraan dengan kelas 2000 cc, gaji, bonus serta saham yang cukup banyak.
Tapi keputusan sudah diambli, "retire at 40" tak dapat ditunda. Effektif 1 April 2004 saya melepas jabatan sebagai direksi dan berganti menjadi komisaris perusahaan yang tidak perlu aktif dengan gaji yang masih lumayan.
Berbekal dana pensiun berkat pengabdian selama 8 tahun, gaji sebagai komisaris, kendaraan kantor yang sudah lunas dan tabungan lain serta penghasilan dari sumber-sumber lain saya mulai menjadi cita-cita saya.
Mula-mula terasa asing karena biasanya setiap pagi sudah harus berangkat ke kantor. Tapi sekarang berangkat mengantar anak ke sekolah. Setelah itu kembali ke rumah dan tidak banyak yang dikerjakan selain membaca buku, baca koran atau buka internet.
Setelah beberapa bulan menjalankan hidup seperti itu, saya merasa bosan dan tidak nyaman. Ternyata saya kehilangan banyak, kehilangan teman-teman, kehilangan informasi, kehilangan keahlian karena sudah tidak dipakai lagi serta kehilangan intuisi dan insting business karena lebih sering tidur-tiduran atau melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengembangan diri.
Ah hasil, saya tidak betah dengan kondisi seperti itu. Saya perlu aktifitas resmi dan formal. Saya coba menjadi konsultan di salah satu kantor hukum milik teman-teman. Tapi tidak begitu maksimal hasilnya.
Yang membuat saya kaget adalah uang yang terlalu cepat habisnya! dalam beberapa bulan saja tabungan sudah terkuras. Setelah saya pelajari ternyata penyebabnya adalah karena tidak ada kontrol dan tidak adanya perubahan sikap. Kalau masih bekerja di kantor maka sebagian besar biaya operasional ditanggung oleh kantor dan sekarang setelah bebas semua menjadi tanggung jawab sendiri. Bensin, service mobil, asuransi, entertainment dan lain sebagainya semua harus dibayar sendiri.
Benar seperti yang ditulis oleh Burke Hedges dalam bukunya Marketing 101 yang mengatakan bahwa orang paling lama bisa bertahan hidup dengan penghasilan pensiun sekitar 2 tahun saja walaupun uang pensiunnya banyak. Ini sudah dibuktikan di seluruh dunia. Kalau uang pensiun anda banyak anda akan cenderung boros sedangkan kalau uang pensiunnya sedikit sudah jelas kurang, wong banyak aja cepat habis!
Setelah 1 tahun berlalu, hampir semua tabungan dan asset lain yang dipersiapkan untuk Retire at 40 menipis dan untuk mengisinya perlu usaha-usaha lain. Meski penghasilan dari sumber lain tetap berjalan tapi pengeluaran semakin tidak bisa kontrol.
Dari kondisi di atas saya mengambil hikmah bahwa tidak ada istilah pensiun untuk beraktifitas. Kita perlu aktifitas walaupun mungkin secara finansial masih kuat. Aktifitas adalah kebutuhan jiwa dan raga.
to be continued....
0 comments:
Post a Comment