Walau saya bukan pengamat sepakbola ataupun pelaku sepakbola tapi Alhamdullilah prediksi saya tidak meleset. Apa yang saya tulis beberapa hari lalu, sekarang terbukti. Akhirnya timnas sepakbola Vietnam berhasil membuktikan bahwa mereka adalah team terbaik tahun ini di kawasan Asia Tenggara. Mereka berhasil menjuarai Turnamen AFF Suzuki Cup 2008 setelah di final leg ke dua di kandang mereka di Honoi City berhasil menahan Thailand dengan skor 1-1. Sebelumnya mereka mampu menjinakkan team Gajah Putih itu dengan skor 1-2 di stadium Raja Manggala Bangkok. Thailand unggul lebih dahulu di babak pertama dengan 1 gol namun berkat kegigihan akhirnya Vietnam mampu menyamakan skor di injury time tambahan waktu babak kedua berkat sundulan bintang andalan Vietnam Le Con Vinh. Selama pertandingan Thailand menunjukkan agresifitas mereka dengan terus menerus mengepung pertahanan Vietnam karena mereka harus memenangkan pertandingan ini untuk kembali meraih gelar piala AFF untuk ke empat kalinya. Tapi Vietnam mampu meredam setiap serangan Thailand berkat pertahanan yang disiplin dan kehebatan penjaga gawang Doson yang sering berjibaku mengamankan gawangnya.
Ini adalah untuk pertama kalinya Vietnam menjuarai turnamen AFF sejak dimulai 12 tahun yang lalu. Selama ini hanya Thailand dan Singapura yang silih berganti menjuarai turnamen ini, Thailand juara 3 kali sedangkan Singapura juga 3 kali. Thailand dikenal sebagai raja sepakbola di kawasan Asia Tenggara yang hampir selalu menjuarai turnamen sepakbola AFF ataupun SEA Games. Sementara Singapura sekarang muncul sebagai kekuatan baru dan sukses mengoleksi tropi juara berkat kebijaksanaan mereka memainkan pemain naturalisasi pemain bagus asal negara lain kemudian dijadikan warga negara Singapura. Ada 7 orang pemain naturalisasi saat ini di tinmas Singapura. Tak ayal membuat Singapura menjadi team yang kuat secara materi dengan fisik yang lebih kuat dan besar dan kemampuan teknik yang mampuni.
Bagaimana dengan timnas Indonesia? Kali ini cukup puas sebagai semifinalis sesuai dengan target pelatih Benny Dolo. Secara kasat mata memang timnas kita belum layak untuk menjuarai turnamen ini. Kwalitas pemain kita masih sedikit di bawah dari team-team semifinalis yang lain. Secara fisikpun demikian, masih banyak pemain kita yang fisiknya terlihat lemah dan tak mampu berlari selama 90 menit. Mereka hanya mampu bermain bagus selama 45 pertama. Di babak kedua mereka kepayahan dan kalah bersaing dan akurasi umpan mereka menjadi ngawur, kesempatan ini dimanfaatkan oleh lawan. Secara teknik timnas kita lumayan bagus. Yang perlu dirombak total adalah mental pemain. Kita harus belajar banyak dari mental timnas Vietnam. Mereka pejuang sejati, setiap detik adalah perjuangan, setiap tendangan adalah perjuangan dan setiap keringat mereka adalah perjuangan. Mereka bertarung mati-matian dilapangan. Tapi mereka bertarung tetap dengan teknik, dengan kekuatan fisik, dengan kerjasama, dengan otak dan taktik yang terbaik. Ini kontras dengan timanas kita, pemain kita sangat mudah putus asa dan marah. Sedikit saja lawan melakukan kecurangan langsung dibalas dengan permainan yang lebih kasar. Rahasia dari sikap heroic pemain Vietnam antara lain katanya adalah sikap dari Henrique Calisto sang pelatih yang keras dan disiplin. Konon katanya pada saat melawan Thailand di Bangkok Calisto menendang meja dan memarahi semua pemain Vietnam “apakah kalian ini benar-benar bermain untuk negara kalian Vietnam? kalau tidak berhenti saja” bentaknya. Hal hasil team Vietnam bermain penuh semangat dan menang.
Pemain kita mungkin seperti timnas Inggris sebelum dipegang oleh Capello, mereka seperti selebriti yang minta diperlakukan secara istimewa, enggan untuk bekerja keras dan cendrung manja.
Kalau timnas kita bisa memperbaiki diri dan mengambil hikmah dari turnamen ini insya Allah satu saat Indonesia juga bisa menjuarai setiap turnamen di kawasan Asia tenggara. Kalau Vietnam saja bisa, apalagi Indonesia!
0 comments:
Post a Comment