Setelah saya mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi,
saya berusaha untuk berfikir jernih dan menyusun langkah-langkah untuk mengatasi
masalah. Saya menggunakan ilmu Risk Management yang saya pelajari di New
Zealand Insurance Intitute. Ini salah satu mata kuliah yang saya bisa langsung
lulus tampa mengulang. Saya bisa berfikir lebih tenang karena saya bukan yang
terlibat langsung. Posisi
ini juga bisa sedikit meredam tuntutan dari para kreditor. Saya adalah orang
ketiga yang rela bersedia mengambil alih tanggung jawab dari orang lain. Sehingga mereka lebih
berhati-hati dengan saya.
Langkah pertama adalah Stop Loss. Saya berusaha
menghentikan kegiatan “gali lobang tutup lobang”yang dilakukan oleh my wife.
Tidak mudah karena dia sudah terlanjur berjanji untuk membayar kepada beberapa
orang. Dia berada dalam ancamanan jika dia tidak segera membayar. Saya berusaha
menemui mereka, menjelaskan apa yang terjadi dan saya harus memasang badan
sebagai jaminan. Meski tidak semuanya mau menerima tawaran saya, tapi ada
beberapa yang bisa.
Saya kelompokkan jenis utang berdasarkan besarnya,
urgensininya, tingkat bahaya serta model yang cocok untuk melunasinya. Langkah
pertama yang saya ambil adalah menjinakkan si rentenir. Saya minta isteri saya
untuk mengumpulkan semua surat-surat menyurat dan perjanjian yang dibuat dengan
si pemberi kredit berbunga tinggi itu. Setelah saya baca, tertulis jelas di
dalam surat itu bahwa my wife hanya berkewajiban untuk membayar bagi hasil
sebesar dua puluh persen dari keuntungan, bukan bunga dua puluh persen sebulan.
Setelah itu saya minta my wife untuk mendapatkan cetakan seluruh transaksi bank
sejak awal dia mulai meminjam uang. Untung my wife selalu melakukan transaksi
melalui bank, sehingga dengan mudah dapat terlihat arus dana keluar dan masuk
dari rekening my wife ke rekening orang ini. Dari situ terlihat jumlah uang
yang pernah dia terima dan total uang yang sudah dia transfer ke rekening orang
itu. Ternyata hasilnya luar biasa, my wife sudah membayarkan lebih dari dua
kali lipat dari modal yang dia terima. Padalah business my wife gagal dan tidak
ada hasil sama sekali. Terlihat jelas my wife sudah dipermainkan oleh orang
ini.
Tapi dia tetap bersikeras meminta agar my wife tetap
mencicil seperti semula, atau segera mengembalikan pokok pinjaman. Saya
kemudian juga ikut diteror. “Mba, sesuai dengan isi surat perjanjian, isteri
saya hanya berwajiban membayar bagi hasil lho, bukan bunga setiap bulan” kata
saya. Tapi dia tidak mau tahu. Saya coba bertemu dengan dia dan keluarganya
tapi mereka terus mengancam. Beberapa lama kemudian, kami menerima surat
panggilan dari kantor pengacara yang mereka tunjuk. Ini untuk pertama kalinya
saya menerima surat penggilan dari kantor pengacara. Masalahnya kini sudah
berubah menjadi masalah hukum. Saya datang ke kantor pengacara sesuai dengan
surat panggilan. Saya sudah siapkan semua data dan bukti-bukti yang ada. Saya
juga mengajak salah seorang sepupu saya yang juga seorang sarjana hukum. Saya
tidak mengajak isteri saya karena saya ingin tahu persis seperti reaksi mereka.
Pengacaranya ada dua orang, satu perempuan dan satu lagi laki-laki. Saya
melihat pengacara yang perempuan sangat garang dan kasar. Tidak ada tanda-tanda
kewanitaan di wajahnya. Sementara yang laki-laki lebih tenang agak bersahabat.
Si pengacara perempuan memulai pembicaraan dengan nada mengancam dan
menjelek-jelekkan isteri saya. Ini adalah pengacara kedua yang ditunjuk oleh si
rentenir. Pengacara pertama sudah bertemu dengan isteri saya sebelumnya, tapi
setelah melihat isi perjanjian dan keterangan dari my wife dia mundur. Dia
mengatakan bahwa kasus ini tidak bisa diproses secara hukum karena sesuai
dengan isi perjajian my wife tidak bersalah. Tapi si wanita ini terus dengan
kata-kata tajam menyerang dan mengancam dengan menyebutkan pasal-pasal yang
dapat menjerat isteri saya. Kata-kata yang paling menyakitkan hati adalah
ketika dia mengatakan “ isteri bapak pakai jilbab tapi kelakuannya seperti ini”.
Menurut dia jika saya tidak bisa melunasi dalam jangka waktu sebulan seluruh
pokok pinjaman ditambah bunga yang belum dibaya maka dia akan mengadukan kepada
polisi. Sementara pengacara yang laki-laki terlihat lebih bijaksana. Ternyata
beliau ini satu alumni dengan sepupu saya yang saya ajak. Setelah pertemuan
pertama itu, dibuat janji untuk bertemuan berikutnya. Saya dengan sepupu saya
mencoba mencari pengacara untuk mendampingi. Kami bertemu dengan pengacara
rekan dari sepupu saya. Menurut pengacara ini, my wife tidak bersalah dan tidak
perlu didampingi, dia memberikan beberapa saran dan persiapan yang perlu kami
lakukan. Atas saran dari pengacara itu kami tidak mau datang pada jadwal
pertemuan selanjutnya dengan pengacara rentenir itu. Ternyata dia memang
memperpanjang masalahnya dengan melaporkan kami kepada polisi. Satu sore saya
menerima surat panggilan dari kantor polisi. Sekali lagi inilah pengalaman
pertama dalam hidup saya mendapat surat panggilan dari kantor polisi. Kami
ketakukan, terbayang betapa beratnya kondisinya jika akhirnya kami harus
menghadapi proses hukum dan terbukti bersalah. My wife harus menjalani
hari-hari dibalik jeruji besi selama berbulan-bulan atau mungkin
bertahun-tahun. Untuk menghadapi panggilan polisi kami kembali menyiapkan
seluruh bukti-bukti yang ada dengan rapi. Lengkap dari surat perjanjian, bukti
transfer dan bukti-bukti transaksi dari bank. Saya bukatkan laporan arus kas
keluar masuk uang. Saya tampilkan ringkasan jumlah uang yang diterima dan bagi
hasil yang sudah dibayarkan. Dengan penuh ketakukan kami memenuhi panggilan
polisi sesuai dengan jadwal. Ketakukan kami reda ketika sesudah berhadapan
dengan polisi pemeriksa, ternyata beliau seorang yang tenang dan sopan. Jauh
dari bayangan kami sebelumnya. Dengan sabar isteri saya menjawab setiap
pertanyaan dari polisi. Bahkan beberapa kali pak polisi menenangkan my wife
bahwa kasus ini tidak berat, bisa diselesaikan dengan baik-baik. Hampir semua
pertanyaan dari polisi terjawab oleh satu bundelan berkas bukti-bukti yang
sudah kami siapkan. Satu hal yang beliau perlukan adalah adanya seorang saksi.
Hal itu tidak masalah karena kami memang ada saksi mengenai adanya kerjasama
antara my wife dengan orang itu yaitu sopir kami. Dialah yang sering
mengantarkan orang-orang ini bersama-sama dengan my wife selama ini.
Setelah kami menghadirkan saksi, pak polisi mengatakan
bahwa kasus ini tidak bisa diproses lebih lanjut karena my wife tidak terbukti
melanggar perjanjian dan bahkan sebaliknya kami bisa menuntut balik orang itu
untuk mengembalikan semua kelebihan uang yang sudah dibayarkan oleh my wife. Polisi
itu juga mengatakan bahwa dia sangat tidak suka dengan sang pengacara yang
memaksakan kasus ini untuk diproses. Kami benar-benar bersyukur karena Allah
telah mengirim seorang petugas polis yang mempunyai hati yang begitu mulia.
Sudah tidak rahasia lagi bahwa banyak polisi yang mempersulit setiap kasus yang
diadukan. Sehingga prosesnya lama dan berbelit-belit walau secara hukum orang
itu tidak bersalah. Bahkan pak polisi ini menanggap kami sebagai saudara.
Ketika anaknya sunatan kami diundang kerumahnya. Kami tidak memberikan uang
atau hadiah apapun kepada sang polisi kecuali hanya salam tempel untuk sang
anak. Sejak saat itu, kami tidak lagi dikejar-kejar oleh pengaca maupun oleh
orang itu, Kami juga tidak ingin menuntut balas, karena bagi kami cukuplah itu
sebagai pelajaran dalam hidup kami.
Prioritas saya berikutnya adalah menyelesaikan hutang
dengan seorang anak muda, seorang pengusaha muda yang sedang sukses-suksesnya.
Dia seorang sarjana hukum. Dia ingin semua hutang-piutang buatkan perjanjian
secara hukum dihadapan notaris. Sama seperti yang sebelumnya dia
menyebut-menyebut tindakan hukum jika kami tidak menyelesaikan kewajiban kami.
Sepertinya dia berlatar belakang hukum perdata. Dia meminta agar rumah kami
dijual kepadanya dengan harga murah untuk pelunasan hutang kami. Semua biaya
proses penjualan, pajak, penjual, pajak pembeli, biaya notaris, administrasi
asuransi dan segalah tetek bengek transaksi rumah harus kami yang menanggung.
Kami tidak bisa menolak. Dia belagak seperti Michael Camdensus direktur IMF
ketika menekan presiden Suharto untuk menandatangi surat persetujuan berhutang
pada saat krismon tahun 1988 silam. Kami tak berdaya, dan hanya mengikuti
kemauannya. Saya pun malas menghitung dan beragumen, yang penting urusan dengan
orang ini selesai. Hanya dalam waktu satu bulan rumah yang sudah kami cicil
dengan susah payah selama hampir delapan belas tahun sekarang berpindah menjadi
miliknya. Untung masih ada sedikit rasa belas kasihan dari orang ini, dia
memperbolehkan kami menempati rumah itu selama dua tahun dengan status kontrak,
Uang kontrak harus kami bayar dua tahun dimuka. Jadi selama dua tahun kami
tinggal di rumah kontrakan, kembali kemasa-masa sebelum kami memiliki rumah. Saya
selalu meyakinkan kepada diri saya bahwa kondisi seperti ini hanya untuk sementara.
Sementara saya bisa mengembangkan bisnis kami yang lebih besar. Mungkin setahun
atau dua tahun lagi. Yang saya inginkan adalah waktu untuk bisa fokus membangun
bisnis saya. Ketika bisnis saya sudah besar, saya pasti akan bisa membeli rumah
kembali bahkan dengan rumah yang lebih besar. Paling tidak selama dua tahun saya terbebas dari tekanan
orang ini.
Prioritas utama lainnya adalah mengelola kartu kredit,
hutang koperasi dan Kredit Tampa Anggunan (KTA). Ini hutang yang secara
tertulis dan jelas konsekwensinya. Dari jenis hutang ini tidak ada kata tunggu dulu, kata minta maaf.
KTA juga bisa diartikan Kredit Tampa Ampun. Kalau tidak dibayar maka mereka
akan menagih dengan berbagai cara sampai tagihan itu terbayar. Mereka tidak
segan membentak, memaki, mendatangi dan menunggu di rumah sampai kami pulang.
Begitu kami sampai di rumah mereka langsung menghardik dan mengancam. Jika
mereka tidak tahan menunggu, mereka akan mencoret-coret pagar dengan menuliskan
kata-kata yang jika dibaca tetangga akan sangat memalukan. Kadang mereka lebih
kurang ajar lagi, mereka mendatangi tetangga dan memarahi tetangga. Tetangga
akan marah kembali ke kami karena gara-gara kami mereka kena getahnya. Pokoknya
tindakan para debitor ini sangat menjengkelkan. Cara mengatasinya adalah dengan
membayarnya segera. Inilah rupanya yang membuat my wife tidak bisa berhenti dan
keluar dari lingkaran setan ini. Mau tidak mau saya harus memutar otak untuk
mengatasinya. Saya tawarkan pembayaran sebagian dulu. Ada yang mau tapi ada
pula yang tidak. Jika ada uang seberapapun saya bayarkan agar mereka bisa diam.
Pernah satu kali mereka marah karena saya meleset dari janji, mereka marah dan
minta barang jaminan utuk ditunjukkan kepada atasannya. Akhirnya dengan
terpaksa saya serahkan jam tangan Tag Hauer saya. Perlu waktu satu satu tahun
untuk saya melunasi hutang kredit kart, KTA dan koperasi. Koperasi in
sebenarnya legalisasi dari rentenir karena bunganya yang sangat tinggi. Salah
satu puncak penderitaan saya ialah ketika ditagih oleh debt kolektor. Saya
dikerumuni oleh enam orang pemuda asal Flores. Hampir semua mereka bertato. Di
balik baju kaosnya saya melihat ada benda panjang menonjol, pasti itu pisau belati
yang siap dihujamkan ke perut saya. Mereka sangat berbahaya, oleh karena itu
dengan berbagai cara saya harus cepat-cepat membayar hutang saya. Hampir tiga
bulan lamanya saya berurusan dengan mereka.
Prioratas berikutnya adalah debitor yang kasar dan bertemparemental
tinggi. Sebenarnya mereka mengerti betul bahwa betapa kondisi kami sangat terpuruk. Sudah tidak punya apa-apa,
rumah sudah disita oleh kreditur yang lain eh malah mereka dengan mengatakan
“kalau rumah sudah dikasihkan keorang lain, jaminan untuk saya apa?” Padahal
keluarga kami sudah saling kenal dengan baik. Dalam hati saya, kalau tubuh ini
bisa dipotong-potong maka sepotong saya akan berikan kepada orang ini. Orang
ini juga tidak ragu-ragu menghardik kami di depan orang tua dan anak kami. Bahkan
kepada saya dia berkali-kali mengatakan “saya sekarang sudah tidak percaya lagi
sama orang yang rajin sholat di mushola, ternyata orang seperti itu kalau
berhutang tidak mau bayar”. Kata-katanya itu saya terima kamudian saya teruskan
kepada Allah. Allah lah yang mengatur semua ini. Kami tidak pernah menginginkan
kondisi seperti ini. Selama lebih lima belas tahun kami tidak pernah bermasalah
dengan keuangan, justru kami juga sering membantu banyak orang. Tapi inilah
jalan Allah bagi kami. Dengan berfikir seperti itu hati saya menjadi tidak
terlalu pedih.
Ada hutang dan kewajiban yang lain yang sangat
menggangu. Jumlahnya tidak terlalu besar dan seharusnya orang ini yang paling
mengerti dengan kondisi kami. Rasanya tekanan dari orang ini besanya setengah
dari semua tekanan yang ada. Orang ini adalah saudara dari my wife. Setelah
seharian penat bekerja di luar, dihajar oleh kreditor begitu pulang my wife
disambut lagi dengan teriakan dan hardikan. Padalah orang ini selama lebih dari
10 tahun ditanggung oleh my wife. Justru seharusnya dialah yang ikut bekerja
membantu mengatasi masalah ini karena my wife pontang-panting bekerja salah
satunya karena dia harus memikul beban kehidupan orang ini. Sugguh sangat berat
beban my wife waktu itu. Di luar ditekan dari dalam disikat. Puncaknya my wife
disidang. Seluruh keluarganya berkumpul. Agendanya untuk menghakimi my wife.
Saya minta wife tidak hadir, saya yang mewakilinya. Dalam pertemuan itu mereka
menghujat my wife dengan segala macam, mulai dari masalah sepele sampai masalah
besar. Seolah-olah my wife tidak pernah berbuat, tidak pernah mengurusi
keluarganya. Walaupun dia seorang wanita yang sepatutnya mendapatkan
perlindungan justru dia sejak dari tamat SMA sudah mandiri, mencari uang dan
mengatur hidupnya sendiri. Dia yang membantu keuangan keluarga, merenovasi
rumah yang sudah reot, membantu biaya sekolah adiknya. Bahkan ketika kami
menikah hampir semua biaya pernikahan kami tanggung berdua. Bukankah sebagai
gadis Minang dan calon Bundo Kanduang dia selayaknya dikawinkan atas biaya
keluarganya? Tapi my wife tidak berharap dan mendapatkan bantuan seperti itu.
Setelah menikahpun kami hanya tiga hari tinggal di rumah orang tuanya kemudian
tinggal di rumah yang kami usahakan sendiri. Sejak hari itu tidak satu malampun
kami kembali tinggal di rumah itu. Begitu pula ketika sang adik sudah lulus
kuliah, my wife pula yang pontang-panting mencarikan pekerjaan untuknya. Bahkan
setelah menikah dia masih memikirkan keluarganya, mengajak mereka tinggal
bersama kami dan mencarikan rumah untuk
mereka. Pada pertemuan itu saya katakan
“semua urusan dan keperluan my wife adalah tanggung jawab saya”.
Dari sekian banyak kreditor, Alhamdulillah masih ada
kreditor yang berhati mulia. Yang dapat memahami kondisi kami. Mereka betul-betul
seperti yang diajarkan oleh Rasullulah SAW, mereka bersikap sabar dalam
menagih. Bahkan dengan kata-kata yang sangat menyejukkan hati. “gak apa-apa,
pakai saja dulu uangnya nanti kalau kalian sudah punya baru dikembalikan”. Kami
sangat berterima kasih kepada
beliau-beliau ini. Mereka adalah
keluarga kakak saya tercinta Iryadi Arifin yang kembali telah menjadi penolong
kami pada saat kritis seperti ini. Tetangga dan sahabat jemaah pengajian bapak
Ilham. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan hati mereka.
Saya bersyukur kepada Allah walau tekanan yang
dihadapinya begitu berat, tapi my wife tetap tegar. Jika tidak, mungkin my wife
sudah menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Sebegitu banyak tekanan yang datang,
dari luar dari dalam tiada henti selama hampir tiga tahun. Salah satu
rahasianya adalah kami mengembalikan semuanya kepada Allah. Sejak masalah ini
terjadi kami semakin mendekati Allah. Hanya Allah yang Maha Kuasalah yang bisa
mengatasi masalah sebesar ini. Logika akal manusia sudah tidak sanggup.
Bagaimana mungkin akan sanggup membayar ketika jumlah hutang milyaran rupiah
setelah semua asset terjual. Artinya asset kami minus milyaran rupiah. Dari
mana kami bisa membayarnya? Kami tidak punya saudara, orang tua dan rekan lagi yang
bisa kami minta bantuannya. Inilah rahasia Allah.
1 comments:
AKHIR TAHUN PINJAMAN PENAWARAN !!! AKHIR TAHUN PINJAMAN PENAWARAN !!!
Kabar baik untuk semua orang, SUNSHINE PINJAMAN PERUSAHAAN diberikan pinjaman terjangkau untuk pelanggan tanpa agunan selama berbulan-bulan yang tersisa dari tahun 2016, bagi Anda untuk memulai 2017 dengan rencana sukses.
Apakah Anda berpikir untuk memulai bisnis Anda sendiri, Anda berada di utang, ini adalah kesempatan Anda untuk mencapai keinginan Anda, karena kami menawarkan pinjaman pribadi, pinjaman bisnis, dan pinjaman perusahaan, dan semua jenis suku bunga kredit dari 2%. terburu-buru sekarang dan menjadi bagian dari program ini.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui e-mail Sunshineloancompany@gmail.com
Post a Comment