Dengan
pencapaian tahun 1998 yang demikian bagus, kami mempersiapkan bisnis kami untuk
tahun 1999 dengan lebih optimis. Kami terus memperkuat sistim dan personil.
Tidak hanya itu, kami juga perlu miningkatkan status izin usaha kami menjadi
broker asuransi. Status baru ini menjadi sangat penting karena volume transaksi
kami sudah cukup tinggi sementara kapasitas dan daya tampung dari Takaful
sebagai prinsipal terbatas. Kami harus leluasa untuk mencari back up dari
asuransi lain meski mereka belum beroperasi secara syariah. Ini kondisi darurat
karena kami tidak mungkin menolak permintaan dari nasabah yang jenis asuransi
dan besarnya pertanggungan sangat beragam.
Salah satu syarat untuk menjadi broker adalah kami harus mempunyai tenaga ahli asuransi yang bersetifikat minimal satu orang. Sementara saya dan rekan-rekan yang lain belum ada satupun mempunyai sertifikat itu. Untuk itu kami perlu merekrut seorang tenaga ahli. Pilihan jatuh pada salah seorang senior saya di IBS. Kebetulan pula kontrak beliau dengan salah satu broker asuransi milik bank BUMN juga akan berakhir. Beliau ini dulu salah seorang Senior Manager di IBS tapi bukan di group saya. Awalnya agak kikuk juga merekrut seorang senior untuk bergabung ke dalam team kami. Nanti kalau sudah bergabung beliau akan ditempatkan diposisi sebagai apa? Sebagai bawahan, rasanya tidak pantas.Tapi karena saya sudah menyadari kebodohan saya bahwa saya bukanlah pemilik perusahaan itu sepenuhnya dan saya juga tidak bisa berharap perusahaan itu akan selamanya di bawah kendali saya maka saya dengan legowo menawarkan agar senior saya saja yang menjadi Direktur Utama. Banyak sahabat-sahabat yang bertanya kenapa bukan saya yang menjadi mengambil posisi itu. Mereka tahu bahwa sayalah yang merintis perusahaan itu dari nol. Saya ingin perusahaan itu benar-benar menjadi perusahaan sukses dan besar serta tidak tergantung sepenuhnya kepada saya. Saya ingin perusahaan itu menjadi salah satu sumber "passive income" saya di kemudian hari. Saya yakin jika orang yang berpengalaman dan berpengetahuan sehebat senior saya yang memimpin perusahaan itu pastilah akan sukses.
Salah satu syarat untuk menjadi broker adalah kami harus mempunyai tenaga ahli asuransi yang bersetifikat minimal satu orang. Sementara saya dan rekan-rekan yang lain belum ada satupun mempunyai sertifikat itu. Untuk itu kami perlu merekrut seorang tenaga ahli. Pilihan jatuh pada salah seorang senior saya di IBS. Kebetulan pula kontrak beliau dengan salah satu broker asuransi milik bank BUMN juga akan berakhir. Beliau ini dulu salah seorang Senior Manager di IBS tapi bukan di group saya. Awalnya agak kikuk juga merekrut seorang senior untuk bergabung ke dalam team kami. Nanti kalau sudah bergabung beliau akan ditempatkan diposisi sebagai apa? Sebagai bawahan, rasanya tidak pantas.Tapi karena saya sudah menyadari kebodohan saya bahwa saya bukanlah pemilik perusahaan itu sepenuhnya dan saya juga tidak bisa berharap perusahaan itu akan selamanya di bawah kendali saya maka saya dengan legowo menawarkan agar senior saya saja yang menjadi Direktur Utama. Banyak sahabat-sahabat yang bertanya kenapa bukan saya yang menjadi mengambil posisi itu. Mereka tahu bahwa sayalah yang merintis perusahaan itu dari nol. Saya ingin perusahaan itu benar-benar menjadi perusahaan sukses dan besar serta tidak tergantung sepenuhnya kepada saya. Saya ingin perusahaan itu menjadi salah satu sumber "passive income" saya di kemudian hari. Saya yakin jika orang yang berpengalaman dan berpengetahuan sehebat senior saya yang memimpin perusahaan itu pastilah akan sukses.
Di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) April 1999 usulan saya disetujui dan senior saya diangkat menjadi Direktur Utama, saya menjadi Direktur Marketing sementara rekan saya yang dari awal telah terlibat di bidang keuangan jadi Direktur Keuangan. Sebenarnya untuk perusahaan baru jumlah anggota
direksi tiga orang terlalu banyak akan tetapi karena itu sudah menjadi
keputusan maka saya setuju saja.
Seperti yang saya harapkan, team kami menjadi begitu lengkap. Senior saya yang
sudah punya pengalaman luas terutama dalam hal teknik asuransi dan penyelesaian klaim
memberikan nilai tambah yang cukup besar bagi kami. Saya juga
semakin berani mengambil klien-klien yang lebih besar. Saya merasa lega karena saya
tidak perlu lagi terlalu banyak mengurusi klaim yang kadang-kadang menghabiskan
waktu. Sementara direktur keuangan tetap fokus dengan tugas pengelolaan cash
flow dan pengembangan broking system. Selain sesama Ex IBS, kami juga mempunyai
keahlian di bidang masing-masing. Senior saya yang sudah kenyang dengan
pengalaman bertanggung jawab di bidang teknik-teknik asuransi. Saya bertugas di
bidang business development dan marketing sementara direktur keuangan menguasai bidang
keuangan dan administrasi umum termasuk broking system.
Kombinasi kami bertiga menghasilkan sinergi yang efektif sepanjang tahun itu.
Kami banyak mendapatkan klien-klien baru. Kami merekrut karyawan baru.
Kami juga lebih serius dalam pengembangan broking system dengan merekrut salah
seorang rekan kami dari IBS Yusi Riando. Pada tahun itu juga kami mendapat izin
dari pemerintah dan status baru sebagai perusahaan broker asuransi. Karyawan
kami juga semakin handal. Mereka benar-benar bisa bertumbuh dengan cepat dalam
waktu tiga tahun. Mereka sudah mandiri. Mereka bisa mencari klien dan
menempatkannya perusahaan asuransi.
Memasuki pertengan tahun 1999 kami memutuskan untuk pindah dari "Wisma
Serantau". Rumah yang sudah satu setengah tahun kami tempati sebagai kantor. Kami tidak
ingin memperpanjang kontrak sewa rumah itu, kami tidak ingin berlama-lama disitu walau harga sewanya cukup murah. Waktu dua tahun sudah cukuplah bagi
kami untuk menepi dan berteduh dari amukan badai krismon. Meski ekonomi
Indonesia belum sepenuhnya pulih tapi kegiatan bisnis sudah berjalan normal
ditengah isu-isu negatif tentang politik dan keamanan yang setiap hari datang silih berganti. Akhirnya semua orang sadar bahwa apapun kondisi politik dan
ekonomi, setiap orang tetap perlu makan, sekolah, bekerja dan semua kebutuhan
hidup harus dipenuhi. Untuk itu setiap orang harus bekerja. Benarlah pendapat
tetangga saya bapak Paul Braibant seorang konsultan bisnis asal Australia yang mengatakan bahwa seburuk
apapun krisis ekonomi, dalam waktu singkat pasti akan kembali normal karena
semua orang harus punya penghasilan.
Setelah melihat kondisi kas dan potensi
bisnis yang ada kami putuskan untuk kembali berkantor di tempat yang strategis
dan representatif. Akhirnya kami memutuskan pindah ke sebuah gedung baru di
jalan utama MT Haryono, Tebet Jakarta Selatan Graha Pratama namanya. Sebuah
gedung berlantai 20 lengkap dengan sarana parkir dan kantin. Kami menyewa di
lantai enam seluas 250 meter persegi. Enam kali lebih luas dari kantor kami
yang pertama di gedung Arthaloka. Kami rancang partisi dan perabotannya dengan
bahan yang sangat bagus.
Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, di awal milenia kedua kami sudah menempati
kantor kami yang baru itu. Itulah salah satu momen yang sangat bersejarah bagi saya.
Suasana kerja di tempat yang baru ini sangat berkelas. Tak kalah dengan
kantor perusahaan-perusahaan besar. Ruang kantor Direktur Utama seluas lebih
kurang dua puluh lima meter. Hampir seluas ruang kantor pertama kami di gedung Arthaloka. Ada meja kerja ukuran besar, dua buah kursi hadap
dan satu set kursi sofa dan sebuah nakas. Ruang kerja saya lebih sempit sedikit
dari itu, ukurannya sama dengan ruang kerjanya direktur keuangan. Ada pula ruang meeting yang
bisa memuat tiga puluh orang lengkap dengan layar lebar dan papan tulis. Pada
tahap awal ada sekitar tiga puluh orang staff termasuk beberapa orang baru yang
kami rekrut sejak berada di kantor baru itu.
Kami mendapat banyak sekali
simpati dan penghargaan dari rekan-rekan bisnis kami karena keberhasilan kami
membangun bisnis secepat itu. Pada acara ulang tahun perusahaan kami yang
kelima banyak sekali rekan-rekan kami yang hadir.
Dengan team direksi yang solid, karyawan yang berkwalitas serta dukungan suasana
kantor yang representatif semangat kerja kami meningkat dengan cepat. Kami
membuat program kerja yang jauh lebih berani dan bervariasi. Kalau sebelumnya
kami banyak mengandalkan sektor alat berat, pertambangan dan oil and gas. Dalam
tahun ini kami mulai mengembangkan ke bidang konstruski, asuransi surety
bond, asuransi kesehatan dan sektor lain-lain. Alhamdulillah semua strategi
yang kami buat berjalan dengan baik. Meski ada beberapa masalah tapi tidak
sampai mempengaruhi operasinal perusahaan. Misalnya mulai timbul friksi antar
karyawan. Karena karyawan lama sudah terbiasa dengan cara kerjama kami
yang lama yang sudah terbuki berhasil yaitu bekerja dengan tiga pilar utama
yaitu professional seperti IBS, sholeh sepert Takaful dan bekerja keras seperti
orang Network Marketing. Sementara karyawan baru tidak memahami ketiga pilar
itu. Mereka mempunyai pengalaman dan keyakinan sendiri. Sayapun mulai mengalami
kesulitan untuk meneruskan strategi lama. Padahal itu sangat penting. Don't
change the winning theme, jangan diganti tema/konsep yang terbukti berhasil.itu
salah satu konsep yang diyakini oleh para pemimpin yang sukses. Karena
sekarang saya bukan lagi satu-satunya yang menjadi pimimpin sehingga saya tidak bisa
mengarahkan semua orang melakukan seperti yang selama ini sudah kami jalankan.
Kalau untuk bekerja secara professional seperti IBS mungkin tidak sulit karena secara teknis
rata-rata mereka sudah bagus, kemudian ada pula insurance broking system yang
sudah berjalan dengan baik. Tantangan saya adalah bagaimana caranya meneruskan
konsep bekerja secara Syariah dan bersemangat tinggi seperti orang network
marketing. Karena anggota direksi tidak semuanya mengalami masa-masa bekerjasama dengan
Takaful sehingga "roh" syariah tidak begitu diimani. Mereka masih
berfikir secara konvensional. Sikap mereka juga banyak yang tidak sejalan
dengan syariah. Teman direksi saya yang sejak awal bersama saya memulai perusahaan masih berusaha untuk terus melanjutkan kegiatan mengaji
dan Kuliah Tujuh Menit alias Kultum setelah sholat ashar berjemaah, tapi hanya
sedikit yang ikut. Saya juga terus berusaha menerapkan ilmu-ilmu network
marketing. Saya mengadakan club sharing diantara para manager. Dalam setiap
rapat masing-masing manager diminta untuk menceritakan pengalaman mereka yang
paling menarik dalam satu minggu yang lalu. Saya juga mengadakan kompetisi
kecil-kecilan diantara manager dengan menyusun peringkat produksi selama satu
minggu. Yang menjadi juara minggu itu ia berhak memimpin rapat dan fotonya
dipajang sebagai top producer of the week. Saya juga memperkenalkan konsep
Vital Sign. Yaitu catatan dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh setiap
orang seperti jumlah telepn, kunjungan, penawaran, invoice yang mereka
kerjakan. semua kegiatan dicatat oleh broking system secara otomatis. Setiap
minggu hasil point yang dihasilkan diumumpun. Bagi yang menjadi juara mendapatkan
hadiah khusus, misalnya makan siang bersama direksi di restoran mewah. Hasil vital sign memberikan semangat bersaing yang sehat atau
"fastabighul khairat" berlomba-lomba untuk kebaikan. Bagi manajemen,
hasil laporan vital sign ini juga dapat mengetahui kwantitas kegiatan setiap
karyawan. Bagi mereka yang pointnya rendah bisa dikoreksi dan diarahkan agar
minggu depan mereka dapat meningkatkannya.
Program seperti ini meskipun sudah menunjukkan hasil yang bagus tapi tidak
semua direksi mendukung saya. Mereka berfikir cara seperti itu tidak relevan di
industri broker. Mereka mempertanyakan angka-angka yang dimasukkan oleh setiap
karyawan. Bisa saja tidak benar dan dibuat-buat. Saya setuju dengan itu, tapi
justru itu membantu management untuk melakukan tindakan koreksi. Tujuan dari
angka vital sign itu sebenarnya hasil produksi. Kalau angka vital signya tinggi
tapi hasiL produksinya rendah, pasti ada yang salah. Manajemen dapat segera melakukan
tindakan perbaikan. Lagi pula tidak ada orang yang bisa berbohong terus-terus menerus. Tapi karena rekan-rekan direksi saya tidak ada yang belajar
di network marketing seperti saya mereka tetap saja kurang mendukung. Mereka masih
berfikir dengan cara-cara lama, mencari nasabah dengan gaya politikus "atur
sana-atur sini". Atau banting harga dan memberikan discount. Atau dengan cara memaksa klien dengan berbagai cara. Tapi cara-cara seperti ini tidak akan langgeng. Klien hanya mau ikut sekali saja tapi untuk perpanjangan mereka pindah ke orang lain.
Selama tahun 2000 itu bisnis kami tetap melaju kencang. Meski
beban operasional perusahaan meningkat cukup tajam tapi pertumbuhan pendapatan usaha kami
jauh lebih tinggi. Kami mengawali milenia kedua dengan hasil yang sangat bagus.
Seperti tahun sebelumnya, kami kembali membagi-bagi deviden kepada para pemegang saham dalam jumlah yang lumayan besar.
0 comments:
Post a Comment