Tentang Penulis:
Ada
tiga kunci kombinasi yang membuat perusahaan kami tumbuh pesat di tengah badai krisis
monoter terdahsyat yang pernah terjadi dinegeri ini.
Pertama
professionalisme sebagai broker. Dengan pengalaman selama hampir delapan
tahun bekerja di IBS, perusahaan broker
asuransi nomor satu dan terbaik di Indonesia saat itu saya mendapatkan hampir semua ilmu dan pengalaman
yang diperlukan untuk menjalankan bisnis broker asuransi. Saya menguasai seluruh proses transaksi
asuransi. Mulai dari mencari klien baru sampai dengan pembayaran klaim. Walau
saya tidak dituntut untuk mendapakan bisnis baru sewaktu di IBS namun saya
tetap berhasil mendapatkanbeberapa klien yang cukup besar antara lain Standard Chartered
Bank, Petrochemical, Master Steel dan beberapa perusahaan tambang. Saya mahir dalam
merancang isi polis atau terms and conditions yang terbaik. Saya juga bisa
menangani klaim. Bahkan saya juga bisa membuat survey report dengan kwalitas
tak jauh beda dengan hasil report dari Risk Management team. Saya bisa membuat report lengkap berhalaman-halaman di dalam bahasa Inggris untuk berbagai jenis industri
mulai dari plywood, property, industrial, petrochemical dan lain-lain. Meski
nilai mata pelajaran ilmu kimia saya hanya lima sewaktu lulus SMA, tapi saya bisa menjelaskan
proses produksi dari beberapa produk petrochemical dengan baik. Dalam hal ini
saya banyak belajar dari mas Hermanto dan Alex Malcom dari Risk Management Indonesia
anak perusahaan dari IBS. Saya yakin tidak banyak orang di IBS yang belajar
sebanyak yang saya dapatkan. Satu-satunya pengalaman yang tidak banyak
saya dapatkan adalah di bidang keuangan dan akutansi. Karena bidang ini memang
terpisah dan dijalankan oleh team tersendiri. Dan sewaktu kuliah saya harus mengulang dua kali mata kuliah ini baru bisa lulus. Itu pulalah salah satu alasan mengapa saya setuju untuk mengajak Arpiet bergabung di perusahaan ini karena dia memang
bekerja di bagian finance and accounting di IBS.
Selain
dengan pengalaman dan pengetahuan, kami juga sejak
awal sudah berkomitmen untuk mempunyai system komputer yang
dirancang khusus untuk broker asuransi. Meski transaksi kami masih sangat
sedikit namun kami sudah menyadari bahwa sistem komputer merupakan alat yang
sangat penting. Kami memberikan perhatian besar pada pengembangan sistem
ini. Kami tidak segan-segan untuk melakukan investasi besar
untuk membeli sistim sekaligus dengan mengembangkannya. Walau hasilnya tidak sebagus yang ada di IBS tapi bagi kami itu sudah cukup untuk menjalankan
bisnis kami dengan baik.
Cara
kerja kami juga sama dengan IBS, cara kami berkomunikasi, membuat terms and
conditions serta pergaulan dengan rekan-rekan asuransi semua masih banyak
dipengaruhi oleh gaya IBS. Pada saat kami memulai
bisnis di Indonesia ada sekitar seratus perusahaan broker asuransi. Kalau
dikelompokkan, broker asuransi bisa dibagi ke dalam tiga kelompok, pertama kelompok
independent dan professonal, kedua kelompok milik konglomerat dan milik BUMN dan yang
ketiga adalah kelompok tidak professional dan tidak pula milik dari konglomerat.
Kelompok pertama adalah perusahaan broker asuransi yang berdiri sendiri dan tidak
punya group perusahaan pendukung. Mereka hidup dari hasil usaha sendiri. Sementara kelompok kedua adalah
perusahaan yang mempunyai induk dari group yang sebagian besar mendapatkan
penghasilan dari induknya. Sementera yang ketiga adalah mereka yang mandiri
akan tetapi kurang professional. Perusahaan kami masuk ke dalam kelompok
pertama. Banyak rekan-rekan saya yang bertanya "VBS itu milik group siapa, dapat captive
dari mana?" Kami tidak mempunyai captive market atau kolam yang sudah ada
ikannya. Kami mendapatkan klien dengan berbagai cara antara lain melalui referensi teman-teman. Kami bekerja keras dengan ilmu yang kami dapatkan selama ini. Kami mempunyai
semangat kerja yang jauh lebih besar di pesaing kami.
Rahasia
kedua adalah karena pertolongan Allah. Sebagai bagian dari keluarga besar
asuransi Takaful kami banyak belajar tentang bagaimana caranya bekerja dengan
mendapatkan pertolongan Allah. Tidak hanya bekerja keras, kerja cermat, kerja
tuntas tapi juga bekerja secara ikhlas. Lillahi ta'ala. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah
mengizinkan sesuatu terjadi. Kami meningkatkan keimanan kami dengan terus
berinteraksi dengan rekan-rekan Takaful. Kami ikut majlis taklim, sholat
berjamaah dan lain-lain. Bagi saya ini tentu pengalaman yang sangat berharga.
Meski saya sudah menjaga sholat lima waktu secara penuh sejak usia dua puluh
tahun, tapi pengetahuan dan keyakinan saya tentang mendapatkan pertolongan
Allah masih sangat sedikit. Saya belum banyak menjalankan ibadah-ibadah yang membuat hubungan
dengan Allah semakin dekat. Saya belajar sholat tahajjud dari teman-teman ini, saya bergabung di
tahajjud call group Takaful yang setiap malam mengirimkan sms atau miss call
kepada anggotanya untuk bangung dan sholat tahajud. Saya mulai kembali belajar
mengaji. Saya malu sekali ketika kami membaca Al Qur'an bersama
karena bacaan saya sangat buruk dan tidak lancar. Yah maklumlah, saya hanya
belajar mengaji sewaktu kecil ketika berumur antara lima sampai sepuluh tahun.
Setelah itu berhenti sama sekali. Dapat dibayangkan seperti apa kwalitas bacaan
saya. Tapi saya bersyukur saya berada di kalangan teman-teman yang demikian
baik yang mau membantu saya. Alhamdulillah secara perlahan-lahan saya
bisa memperbaiki bacaan. Selain belajar dari teman-teman ini saya juga diajari
oleh ibu mertua di rumah. Kami mulai mengadakan membaca kitab Al Quran secara
rutin di kantor. Alhamdullilah kebiasaan itu masih terus saja jalani hingga saat ini. Arpiet yang bacaannya sudah jauh lebih lancar memimpin
teman-teman yang lain.
Meski kami bekerja keras tapi dalam suasana kerja yang teduh dan nyaman. Selain belajar mengenai ibadah dan aqidah kami juga belajar banyak mengenai syariah dan mualamah. Bersikap dan berperilaku atau ahlak yang baik seperti yang diajarkan Rasulullah.
Rahasia
ketiga adalah karena saya mengikuti Network Marketing. Setelah bergabung kemudian saya mengikuti
pertemuan demi pertemuan di Network marketing. Saya mendapatkan banyak ilmu yang
begitu bagus untuk saya terapkan di kantor. Di Network Marketing setiap orang
diajarkan bagaimana cara menjalankan usaha sendiri. Setiap orang adalah
pemilik usaha mandiri atau yang disebut sebagai Independent Business Owner
(IBO). Untuk itu mereka harus mempunyai rencana kerja, mempunyai keahlian dalam
menjual, strategi pemasaran, menghadapi tantangan, memimpin, meningkatkan kwalitas diri. Ilmu
seperti itu tidak diajarkan oleh perusahaan manapun kepada karyawannya.
Ada tiga alat yang sangat penting untuk berhasil di bidang bisnis Network marketing.
Pertama, pertemuan. Ada beberapa pertemuan dari para pelaku network marketing.
Ada yang bersifat umum yang bisa diikuti oleh semua anggota. Pertemuan khusus
bagi para leader dan lain-lain. Di dalam setiap pertemuan itu banyak sekali
diajarkan ilmu-ilmu khusus kepemimpinan. Semakin sedikit pesertanya semakin tinggi ilmu yang
didapatkan. Selain pertemuan, alat yang paling penting adalah mendengarkan kaset
yang berisi ceramah dan penjelasan dari para pemimpin dan mereka-mereka yang
sudah berhasil. Dan yang terakhir adalah membaca buku-buku yang dianjurkan.
Saya benar-benar sangat terbantu dengan ilmu yang saya dapatkan di network
marketing. Sekali lagi ilmu ini tidak mungkin saya dapatkan di perusahaan
manapun apalagi di perusahaan broker asuransi. Semua ilmu itu saya terapkan
untuk sendiri sebagai pimpinan kemudian saya ajarkan di kantor. Setiap karyawan saya
wajibkan untuk membaca buku-buku Berfikir dan Berjiwa Besar karangan David J
Schwartz, Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain karangan Dale
Carnegie, Personality Plus karangan Florence Littauer, buku-buku teori kepimimpinan
dari Jhon C Maxwell, buku Skill With
People dan banyak lagi yang lain. Bahkan setiap bulan saya berlangganan buku baru. Pada awalnya saya memang tidak ingin
menjadikan bisnis network marketing sebagai bisnis utama saya. Saya tetap
ingin menjadikan VBS sebagai pekerjaan utama saya. Oleh karena itu saya mengajak
isteri saya bergabung di bisnis network marketing ini agar isteri saya yang
menjalankan secara penuh. Beberapa maanfaat nyata yang saya dapatkan bagi diri
saya sendiri adalah mengenal pemahaman tentang diri sendiri. Saya baru tahu bahwa saya ini mempunyai
kepribadian seorang Melankolis-Phlegmatis. Orang dengan kepribadian
melankolis adalah mereka yang mempunyai banyak pertimbangan, ragu-ragu, cenderung lamban,
pendiam, dan kurang aktif. Sementera isteri saya seorang dengan kepribadian
Kholeris Sanguin. Periang, senang bercerita, punya semangat tinggi dan kurang bagus dalam hal hitung-hutangan.
Wow, saya baru sadar bahwa ternyata kami mempunyai dua jenis kepribadian yang berbeda.
Makanya isteri saya selalu komplain kalau saya ini menurut dia terlalu
berhati-hati dan lambat. Sementara saya juga komplain kepada isteri saya karena
dia terlalu banyak bicara dan kurang memperhatikan hal-hal yang kecil-kecil. Nah
sejak itu kami mulai saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dan akibatnya komunikasi kami menjadi jauh lebih baik. Isteri saya yang dulu
selalu mendominasi pembicaraan sekarang dia mulai belajar mendengar. Saya yang dulu
selalu malu-malu sekarang mulai tampil ke depan dan banyak berbicara dan mulai bergerak lebih cepat.
Semua
ilmu itu saya ajarkan di kantor. Akibatnya, setiap orang berubah menjadi lebih baik dalam waktu yang singkat.
Banyak diantara staff baru kami orang-orang yang baru datang dari
desa seperti saya dulu. Dengan mendapatkan ilmu ini mereka cepat sekali berubah
dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan bergerak cepat. Bagi karyawan lain yang sebelumnya tidak
mempunyai latar belakang menjual sekarang menjadi penjual yang handal.
Mereka yang sebelumnya suka mengeluh dan berfikiran negatif sekarang mulai
berfikir positif dan semakin optimis dan antusias.
Saya
juga terapkan cara kerja network marketing dalam menyusun target. Saya juga
menggunakan istilah Vital Sign untuk memantau progres pekerjaan. Setiap orang
harus mempunyai catatan kegiatan, hasil dari kegiatan mereka saya beri nilai.
Nilai yang paling tinggi kami beri penghargaan. Saya yakin dengan proses. Bahwa
sukses adalah hasil dari proses. Kalau seseorang mau secara tekun menjalankan
prosesnya mereka pasti akan sukses. Semua orang akhirnya tanpa disuruh bekerja
mengikuti proses akibatnya tanpa disadari hasil datang dengan sendirinya.
Perumpamaan yang cocok untuk itu adalah seperti orang bertani. Para petani adalah pengusaha
yang paling paham artinya proses. Untuk mendapatkan panen petani harus
menyiapkan lahan terlebih dahulu, menyemaikan benih, memelihara, memupuk dan menjaga
dari hama, menyirami agar tidak kekurangan air dan setelah beberapa waktu
barulah petani akan memetik hasilnya. Di dalam bisnis juga berlaku prinsip yang sama.
Kalau tidak pernah menelpon, tidak bernah berkunjung, tidak pernah meminta
informasi, tidak pernah mengirimkan penawaran jangan berharap akan mendapatkan
hasil. Prinsip itulah yang sudah menjadi keyakinan kami di perusahaan. Jadi
walau team kerja kami relatif muda dan baru tapi mereka mempunyai sikap bekerja
yang mampuni.
Kombinasi ketiga pilar inilah yang menjadi pendorong kemajuan perusahaan kami.
Pada akhir tahun 1998 kami mendapatkan keutungan yang luar biasa. Kami sudah
membagi-bagi deviden dalam jumlah yang lumayan besar. Bagi saya cukup untuk
membeli sebuah rumah baru. Para pemegang saham yang lain sangat senang.
Mereka selalu berharap agar setiap tahun perusahaan bisa membagi-bagi deviden
walau tidak terlalu banyak. Maklumlah sebagian besar mereka adalah para pensiunan yang
berharap agar investasi yang mereka tanamkan segera memberikan hasil. Karena
itu adalah satu-satunya harapan mereka untuk mendapatkan uang.
Kira-kira
akhir 1998 saya mengadakan konsultasi dengan upline Direct Distributor saya di
network marketing, ibu Aimy Gerungan namanya. Beliau adalah isteri dari pak Edwin
Gerungan salah seorang Vice President Citibank sewaktu saya masih di IBS. Pak Edwin juga mantan President Direktur Bank Mandiri yang pertama.
Saya sangat menghormati ibu Aimy karena beliau sangat
rendah hati. Untuk orang dengan kondisi ekonomi yang sudah mapan seperti beliau mestinya tidak
perlu lagi menjalankan bisnis network marketing. Rumah beliau yang
sangat besar di kawasan Simprug Senayan tak jauh dari rumah ibunda dari Abu
Rizal Bakrie. Setiap tahun beliau beberapa kali bolak-balik ke Amerika. Sore itu kami mengadakan konsultasi di sebuah kafe
di Plaza Senayan. Konsultasi adalah salah satu dari sistem di network marketing
dimana down line mendapatkan pengarahan dari up line minimal sebulan sekali. Dalam satu sesi konsultasi ibu Aimy
bertanya kepada saya “pak Taufik sudah membaca buku ini” katanya sambil menyodorkan
buku Rich Dad Poor Dad karangan Robert Kyosaki. “Wah belum bu” jawab saya.
Kemudian beliau menjelaskan bahwa di Amerika buku itu lagi-lagi laris-larisnya
dan mungkin sebentar lagi akan dijual juga di Indonesia kata beliau menjelaskan. Salah satu yang diajarkan oleh Robert Kyosaki adalah “Mind
your own business” atau Pikirkanlah tentang bisnis milik anda sendiri. Dalam hati
saya katakan bahwa saya sudah menjalankan perusahaan saya sendiri yaitu VBS. Kemudian
beliau bertanya “oh ya bagus kalau begitu pak Taufik, bapak sudah menjalankan
bisnis bapak sendiri, tapi ngomong-ngomong berapa persen saham bapak di perusahaan
itu?” tanya bu Aimy lagi. Saya terdiam. Saya coba mengingat berapa persen jumlah
saham saya. Wah saham saya, ternyata saham saya tidak sampai 10%. Sejak detik itu saya
baru sadar ternyata saya bukan sepenuhnya memiliki VBS perusahaan yang dari nol saya dirikan itu. Dengan saham
sebanyak itu saya tidak akan bisa berbuat apa-apa. Artinya saya tidak akan pernah
mempunyai kebebabasan waktu dan uang karena ada lebih dari 90% orang lain yang
menguasai perusahaan itu. Saya menyadari bahwa saya telah bekerja
keras di tempat yang salah. Bukan ditempat yang benar-benar saya inginkan.
Kerja keras, keberanian dan kreatifitas yang sudah saya habiskan sejak
mememulai usaha ini hingga sampai berhasil dan sukses ternyata tidak akan mengantarkan
saya kepada cita-cita saya yang sesungguhnya yaitu untuk mencapai kebebasan
uang, kebebasan waktu dan kebebasan dari tekanan orang lain.
0 comments:
Post a Comment