Setelah lebih dari 10 tahun, akhirnya saya
kembali bisa merasakan suasana
berlebaran di kampung halaman saya di Sariek Laweh, Kab. 50 Kota, Sumbar.
Terakhir saya merayakan lebaran idul fitri di kampung halaman tahun 2001 silam.
Waktu itu saya memang memutuskan untuk menghentikan kebiasaan pulang kampuang saat lebaran karena
saya ingin memulai karir baru saya. Saya memutuskan untuk pindah kwadrant dari
pegawai menjadi pengusaha pada tahun 2004, atau istilah Robert T Kyosaki, pindah dari kwadran kiri ke kwadran kanan. Atau juga istilah Ipho Santoso pindah dari berfikir dengan otak kiri ke otak kanan. Pada hal sebelumnya selama 8 tahun
berturut-turut saya setiap tahun pulang kampuang mengendarai kendaraan membelah
pulau Sumatera sejauh 1,200 km mulai dari Bakauheni sampai ke Payakumbuh.
 |
Sawah nan hijau, di pagari Bukit Barisan |
 |
My son di Bandara Sutan Syarif Kasim - Pekanbaru | | | |
Jarak waktu 10 tahun ternyata telah merubah
banyak hal. Suasana hari raya sudah berubah bentuk walau mungkin rasanya masih
sama. Sekarang lebaran sudah tak lagi seperti hari yang paling istimewa. Dulu setiap orang tampil dengan baju baru, terompah baru dan segala baru. Orang
sekarang sudah terbiasa dengan suasana baru setiap hari. Suasana silatrahmi
juga tidak sehangat dulu, orang bersalaman dan bertegor sapa sekedarnya saja.
Sepertinya rasa rindu karena terpisah dengan orang rantau sudah tidak begitu
membara. Mungkin inilah manfaat dari teknologi informasi dan transportasi. Setiap saat orang
bisa berbicara dan berbagi informasi. Beda dengan dulu. Orang baru akan
mendengar kabar pada saat bertemu-muka setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Mereka terharu bahkan mencucurkan air mata melihat perubahan yang terjadi pada diri masing-masing. Jarak
sekarang juga tidak menjadi masalah lagi, setiap saat orang rantau bisa muncul
tengah-tengah kampung karena sarana transportasi semakin mudah. Harga pesawat
sangat terjangkau. Mungkin karena harga tiket yang relative murah, atau karena
daya beli masyarakat yang semakin tinggi?
 |
Jl. Raya Pekanbaru- Payakumbuh di Rantau Barangin |
Saya menemui saudara-saudara dekat, terutama
paman, kakak, etek dan teman-teman. Pada saat bertemu mereka-mereka ini hati
ini bagitu terharu. Mereka membuka lembaran hidup saya yang lama.
Ketika saya masih kecil dengan kelakuan saya yang menggelikan. Atau saat yang
mengharukan ketika ibu meninggal dunia ketika saya berusia 10 tahun. Perjuangan
hidup setelah itu. Ah, saya sangat bersyukur karena saya mempunyai saudara-saudara
sebaik mereka. Kalau bukan karena kerelaan hati mereka meringankan beban hidup
kami, entah jadi apalah awak ini hari ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
hati mereka. Karena saya tidak mungkin membalas jasa mereka.
 |
Jembatan Kelok Sembialan lagi uji coba |
Warga kampung saya sekarang juga sudah berubah.
Tidak lagi semuanya penduduk asli. Banyak juga para pendatang dari daearah lain
yang mereka datang karena perkawinan dengan warga desa atau mereka memang
merantau ke desa kami. Banyak pula
anak-anak muda yang saya sudah tidak kenal lagi. Maklumlah secara total saya
sudah 30 tahun meninggalkan desa sejak tahun 1983 silam, jadi kalau mereka lahir setelah
tahun itu pasti saya tidak mengenal mereka.
 |
Jalan beton mengelilingi desa |
Pembangunan infrastruktur juga sangat banyak
berubah. Jalan-jalan di dalam kampung sudah diaspal bahkan sudah dibeton.
Bahkan saat ini sedang dibangun jalan menembus Bikik Godang sampai ke Baliak di
wilayah Sungai Belantik. Wah, dulu tidak pernah terbayangkan akan ada jalan tembus
seperti ini.
 |
Jembatan gantung menyeberangi batang Lampasi |
 |
Kantor Bupati 50 Kota - Bergonjong |
Rumah penduduk juga semakin bagus dan mewah.
Rumah Gonjong dengan gaya khas Minang nyaris sudah tidak ada lagi, kalaupun ada
kondisinya sudah reot, lapuk dan tidak ditinggali lagi. Sekarang semua
membangun rumah beton dan luas. Lengkap dengan garasi mobil, kamar mandi, berlantai
keramik dan berpagar besi. Sulit untuk membedakan antara rumah di desa dengan
rumah di kota. Desainnyapun bergaya minimalis seperti yang sekarang banyak
ditemui di kota-kota besar.
 |
Pembanguan Jalan Menembus Bokik Godang |
Warung ada dimana-mana bahkan ada pula mini
market tempat orang berbelanja dengan harga grosir. Ada penjaja makanan dan
sayuran berkeliling kampung menawarkan daganganya setiap saat. Jalan raya tak
putus-putusnya dilewati oleh sepeda motor, angkot dan mobi pribadi. Kalau 10 tahun
lalu masih bisa dihitung dengan jari jumlah mobil pribadi yang lewat di saat
lebaran. Sekarang, hampir setiap 5 menit ada mobil pribadi yang lewat. Bukan
semuanya milik perantau tapi milik warga desa sendiri. Menurut perkiraan saya,
setidaknya 10% dari keluarga desa mempunyai mobil pribadi. Perantau yang pulang
membawa mobil tetap banyak.
 |
Berbagai merek mobil parkir |
Warga dari Nagori Godang dusun tetatangga, sejak beberapa tahun terakhir minimal 50 mobil mudik dari Jakarta setiap lebaran. Khusus lebaran kali
ini ada sekitar itu pulaalah warga Suayan Negari tetangga kami di sebelah barat yang
mudik dari Jakarta. Tidak aneh jika di pinggir jalan di depan rumah
berderet-deret mobil yang parkir. Tak beda dengan suasana di kota. Saking
banyaknya mobil, jalan-jalan utama seperti jalan raya Payakumbuh-Bukitinggi
sepanjang 30 km macet total. Tidak hanya satu hari bahkan selama 3 hari berturut-turut.
Demikian juga jalan raya Bikittinggi-Padang, suasananya sama saja. Semua macet.
Salah satu gejala yang saya lihat adalah hampir setengah dari mobil yang
hili-hilir mudik di dalam propinsi Sumbar adalah kendaraan berpelat nomor BM
asal propinsi Riau. Mereka mungkin orang Minang yang pulang kampuang, atau
mereka yang sedang menikmati liburan panjang karena Sumbar tempat liburan yang
sangat menyenangkan.
 |
Atuk, Nenek dan cucunya. Happy... |
Saya sempat menikmati indahnya ranah Minang.
Jam setengah 10 malam di hari kedua saya bertolak ke Padang mengantar ayah dan ibu.
Baru saja berbelok ke kanan kearah Bukittinggi di Simpang Batuhampar saya sudah disergap kemacetan.
Akhirnya saya putuskan berbelok ke jalur Batusangkar, lewat Padang Panjang
akhrinya jam 2 subuh sampai jua kami di Tabing, Padang.
Esoknya selepas sarapan
jam 8 pagi saya dan anak dan semua keponakan mulai menikmati liburan. Kota Padang
masih sangat sepi, berkeliling kota melihat bekas runtuhan gempa. Sekarang semua sudah
berubah menjadi gedung mewah dan hotel modern. Hotel Ambacang yang dulu sempat
menjadi pusat berita karena disana ada puluhan bahkan ratusan korban meninggal
dunia sekarang menjelma menjadi hotel mewah. Demikian pula dengan gedung-gedung
lainnya.
 |
Berpose di Pantai Padang |
|
|
 |
Di Teluk Bayur |
Kami berhenti sebentar di Pantai Padang menikmati deburan ombak yang
menghempas pantai. Lepas dari situ kami menuju Pantai Air Manih di Teluk Bayur. Suanasa masih sepi dan nyaman. Anak-anak bermain air dan
naik perahu. Harganya Cuma Rp. 50,000 sekali jalan. Tapi kalau mau diantar
sampai ke pulau harganya Rp. 150,000. Anak-anak sangat menikmati suasana ini.
Kami membeli kelapa muda dan kacang rebus. Kami tapi tak bisa berlama-lama disini,
setelah kurang lebih 1 jam kami kembali meninggalkan tempat ini untuk
melanjutkan perjalanan ke Sitinjau Lauik, tempat yang berada di atas bukit
berjarak sekitar 20 km dari pantai setelah melewati komplek Indarung tempat
Semen Padang dibuat. Jalan pendakian ini sangat terjal, banyak orang yang tidak berani melewati rute ini karena
sangat mengerikan karena di kiri-kanan ada jurang yang begitu dalam. Jam 12
siang kami sampai di pucak Salasiah, perutpun sudah terasa begitu lapar. Apa
lagi anak-anak. Setelah sholat kami mencari restoran yang bagus. Akhirnya kami
mendapatkan tempat yang bersih, ramai, pelayanan top dan rasanya matap.
Letakanya berseberangan dengan kantor pemerintah.
 |
Fatih and Mom.. Back home |
 |
Big Lunch, Lubuk Paraku, Solok |
 |
Enjoy naik perahu di Teluk Bayur
| |
 |
Danau Singkarak nan teduh... |
 |
Great Food, Singkarak |
Selepas makan, perjalanan
kami lanjutkan menuju danau Singkarak melewati kota Solok. Jalanan mulai
terasama semakin ramai. Mendekati danau Singkarak kami disergap kemacetan,
hampir 1,5 jam kami nyaris tidak bergerak karena ada keramaian di pinggir
danau. Jam 3 sore kami akhirnya bisa menikmati keindahan danau Singkarak tempat
diselenggarakannya balap sepeda international “Tour de Singkarak” setiap tahun.
Ternyata kemacetan membuat perut penumpang keroncongan. Jam 4 sore kami
meninggalkan Singkarak menuju Batusangkar melewati pinggir sungai Ombilin. Jam
5 sore kami sampai di Sungayang untuk solat ashar sebelum melanjutkkan berjalan
menuju panorama Puncak Pato. Jam 6 sampailah kami di Puncak Pato tapi Susana sudah
mulai gelap dan berkabut. Kami turun ke Lintau dan berbelok ke arah barat
menuju Halaban. Jam 8 malam sampai di Batang Tabik desa Tanjung Kaliang kampung
asal my wife. Kami mampir ke rumahnya tapi kosong. Jam 10 malam barulah kami
kembali sampai di Sarik Laweh. Perjalanan panjang yang begitu berkesan.
| |
Fatih, Atuak and chicken |
|
 |
Fatih in action at Rawang |
 |
Morning just broken at Sungai Baringin |
|
|
 |
Live with nature |
 |
Pasia, pinggir bantang Lampasi |
 |
Clear water, Batang Lampasi |
 |
True love, from mom to child |
 |
The last day of the season... See you again next year, Insya Allah |
 |
The beauty side of Sarik Laweh
|
0 comments:
Post a Comment