Ini adalah catatan satu setengah tahun lalu yang belum sempat dimuat di blog ini. Setelah membuka-buka album di dalam flash disk ternyata ada begitu banyak foto-foto yang begitu indah yang sempat tertangkap camera sewaktu saya berkunjung ke pulau nan indah dan elok ini. Saya berada di Lombok bulan Oktober 2010 lalu dalam rangka program AUM Club Bali-Lombok bersama teman-teman Pru.
Memang Lombok belum seterkenal Bali. Masih sedikit orang yang menjadikan Lombok sebagai tujuan wisata dibanding Bali. Maklumlah parawista Lombok baru dikenal sejak tigapuluh tahun terakhir ini, sementara Bali sudah sejak dari jaman Belanda dulu.
Dari segi kenindahan alam, ada beberapa perbedaan antara Bali dan Lombok. Bali terlihat lebih hijau dan berbukit-bukit, sementara Lombok lebih rata dan hanya terdapat beberapa perbukitan terlihat lebih kering. Bali masih terasa sebagai wilayah tropis yang mempunyai curah hujan yang lebih tinggi. Terdapat banyak ragam flora dan fauna serta sawah-sawah yang menguning berjejer-jejer di kaki bukit. Sementara Lombok juga terdapat sawah dan pohon kelapa tapi rasanya tidak sesubur di Bali. Pohon-pohon di Lombok jenisnya banyak yang berbeda dengan di Bali dan di wilayah Indonesia lainnya. Tanamannya tampak kerdil dan "menderita" karena kurang hujan. Lombok sepertinya sudah masuk ke wilayah sub tropis dimana curah hujan lebih sedikit.
Penduduk Lombok sepertinya mempunyai ras yang berbeda dengan orang Bali. Kulit mereka rata-rata lebih gelap tapi mempunyai hidung lebih mancung. Gaya bahasa mereka agak mirip karena konon Lombok pernah juga dikuasi oleh kerajaan dari Bali. Sampai sekarang juga masih ada penduduk keturunan Bali yang menetap di Lombok, mereka tetap memeluk agama Hindu meski sebagian besar masyarakat Lombok memeluk agama Islam. Salah satu sahabat saya asal Lombok adalah bapak Ketut Sudiarsa seorang petinggi di Mabes Polri.
Berikut ini gambar-gambar pilihan yang sayang sekali kalau saya biarkan bersarang di dalam laptop dan CD slot saja.
Bersantai di pagi hari nan sejuk di pantai Seinggigi di halaman belakang hotel Sheraton. Angin laut yang bertiup sepoi-sepoi dan dingin menyegarkan raga, menghilangkan rasa penat yang telah bertahun-tahun mengayut di badan. Birunya laut dan kemilau mentari subuh di ufuk timur menggelorakan jiwa untuk terus berkarya yang lebih dahsyat lagi.
Saya tak pernah terbayangkan bahwa satu saat saya akan menginap di Hotel Sheraton Senggigi. Saya tahu persis ketika hotel ini dibangun 20 tahun lalu. Saya juga sempat sibuk mengurus pembangunan hotel ini. Yah, ini adalah klien saya dulu sewaktu bekerja di IBS. Yang membangun hotel ini adalah dari group bisnis Rajawali Wirabhakti Utama (RWBU). Person in chargednya waktu itu adalah Mr. Mel Rigalado seorang expatriate asal Philipines. Sementara partner mereka di Lombok adalah Lombok Tourism Development Corporation (LTDC).
Hotel ini berdiri persis di pinggir pantai Senggigi yang tenang itu. Kondisi bangunan dan sarananya masih terawat rapi. Kamarnya luas dan bersih. Tariff resmi hotel ini sekitar USD 200/malam. Lumayan mahal tapi kalau dibandingkan dengan kwalitas dan lokasinya yang begitu strategis, rasanya harga sebesar itu tidaklah terlalu mahal.
Salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi turis adalah seni garabah. Seni membuat keramik yang terbuat dari tanah. Hasilnya bervariasi dan terlihat begitu indah. Banyak sekali turis-turis asing yang berminat akan hasil karnya seni ini,
Objek wisata menarik lainnya adalah pusat kesenian tradisional dan budaya Lombok di kampung wisata. Ada pagelaran kesenian tari, tenun, musik dan tradisional lainnya. Cukup unik dan menarik dan berbeda dengan budaya di daerah lain.
Kampung masyarakat asli suku Sasak. Ada sebuah kampung kuno yang tetap dipertahankan bentuknya seperti kondisi berabad-abad lalu. Kampung dengan rumah-rumah kayu beratap hilalang dengan perabotan sangat sederhana. Warganya juga sepertinya tidak begitu tersentuh peradaban moderen. Yang menarik adalah mereka taat menjalankan ajaran agama Islam yang mereka anut. Mereka mempunyai sebuah moshola yang juga terbuat dari kayu dan bambu dengan beratapkan jerami.
Hasil kerajinan tenun mereka berupa kain songket dan sarung dengan corak yang rata-rata bergaris-garis. Kain sarung merupakan salah satu busana sehari-hari masyarakat Lombok. Harganya cukup terjangkau. Satu lembar kain sarung harganya sekitar Rp. 150,000 saja.
Seni adu ketangkasan adalah yang paling sering dipertontonkan. Ini adalah seni perang-perangan dengan menggunakan perisai dan cambuk. Mereka saling beradu ketangkasan memukul lawan dan menangkis serangan lawan. Kalau gagal, mereka bisa menderita cidera badan yang cukup parah.
Inilah wajah para petarung yang berhasil memangkan pertandingan
Indahnya pantai Kuta, Lombok. By the way, Kuta tidak hanya ada di Bali lho... tapi juga ada di Lombok. Suasanya tidak sehiruk-pikuk di Bali. Disini sepi dan begitu bersih. Lihatlah pasirnya putih, tebal dan bersih. Sementara di ujung sana terlihat laut berwarana biru jernih diantara batu-batu karang.
Tastura, disinilah kami dan rombongan menikmati makan siang yang sangat dahsyat lezatnya. Hidangan ikan segar dan sambal yang begitu nikmat. Ada satu menu yang saya yakin tidak akan pernah anda dapatkan diretoran manapun di dunia ini. Ada menu kerupuk kulit kerbau dalam ukuran besar. Panjangnya bisa sampai 20 cm, dengan lebar sekitar 2 cm. Rasanya jauh lebih gurih dari kerupuk kulit dari Padang ataupun Bukittinggi. Saya kira hanya saya saja yang menyukai kerupuk ini, ternyata hampir semua peserta menyambar hidangan yang satu ini. Makan ini habis paling dulu dari pada menu yang lain. Selain kerupuk kulit, di Lombok juga ada makan enak lainnya yaitu kangkung tumis khas Lombok yang rasanya sangat enak.
Pantai Tajung An. Berjarak kira-kira 45 menit dari pantai Kuta, hamparan pasir putih-bersih berhadapan dengan laut LEPAS biru nan jernih. Rasanya kita benar-benar sedang berada di tempat yang tak pernah kita bayangkan ada tempat seindah itu. Yang menarik adalah di tempat yang besebelahan, yang hanya dipisahkan oleh sederatan batu karang, jenis pasir pantainya berbeda. Pantai yang satu pasirnya halus sementera di pantai sebelahnya pasirnya lebih kasar sebebesar biji kacang kedele, berkilau bak mutiara.
Lihatlah para turis sedang menikmati indahnya pantai An. Berjalan-jalan diatas pasir nan lembut, dihembus oleh angin laut yang wangi semerbak ambil melepas pandangan ke tengah laut nan biru.
Celah bebatuan yang menjadi gerbang untuk mengarungi laut lepas Samudera Hindia hingga sampai di daratan Australia.
Nah, sebagai rang Minang, perhatian saya tidak akan pernah luput dari mencari-cari restoran Padang dimanapun di muka bumi ini. Inilah dia resotoran Minang Baru di pantai Senggigi. Satu dari sekian restoran Padang yang tersebar di Lombok.
Ok, semoga foto-foto ini memberikan inspirasi kepad Anda untuk segera terbang ke Lombok.
Informasi ini dipersembahkan oleh:
0 comments:
Post a Comment