Selasa kemarin saya bertemu dan makan siang dengan klien lama saya. pak Lawrence Wong . Beliau seorang Property Consultant yang sangat senior berasal dari negara tetangga. Pengalamannya sudah hampir 40 tahun malang melintang di bisnis property di manca negara termasuk di kota Dubai.
Dalam pembicaraan kami selama makan siang saya menanyakan pendapat beliau tentang issue sangat hot saat ini mengenai masalah yang dihadapi oleh Dubai World perusahaan property yang saat ini diissuekan sedang mengalami masalah karena tidak mampu membayar hutang yang jatuh tempo pada akhir tahun ini sebesar USD 59 milyar.
Dengan bersemangat beliau menceritakan bahwa pada pertengahan tahun 80an beliau pernah bekerja dan tinggal di di Dubai. Beliau tahu persis seperti apa kawasan Dubai dulu dan sekarang.
Wilayah Dubai dulu adalah kawasan padang pasir yang dihuni oleh penduduk asli yang tinggal di kemah-kemah layaknya kaum Budui. Jumlahnya sangat sedikit.
Dubai hanya ramai karena adanya kegiatan industri perminyakan yang berkembang pesat karena cadangan minyak di dalam perut buminya yang melimpah.
Dengan dollar yang melimpah menjadikan pemerintah Dubai kaya raya. Awalnya sebagian uang mereka gunakan untuk berinvestasi di luar negeri terutama di proyek infrastruktur dan fasilitas umum di Eropah, Amerika dan Asia.
Sejak 10 tahun terakhir mereka mulai menanamkan investasinya di negeri mereka sendiri Dubai dengan mengembangkan industri pariwisata. Mereka menyulap padang pasir menjadi tempat-tempat hiburan bagi orang-orang kaya. Mereka membangun supermarket paling mewah di dunia, hotel termewah bernama Al Burj yang tariff kamar terendahnya USD 1,500. Mereka membangun rumah-rumah mewah dengan membendung laut yang bernama Palm Beach. Harga 1 rumah bisa mencapai USD 10 juta. Mereka membangun bandar udara megah tempat transit dan berbelanja bagi orang-orang yang terbang dari Eropah ke Asia dan sebaliknya. Mereka membangun semuanya dalam kondisi serba mewah. Tetapi yang mengagetkan ternyata mereka membangung tidak menggunakan uang mereka sendiri, tapi pakai dana pinjaman!
Yang menjadi masalah utama adalah pasar pariwisata, singkatnya siapa yang akan berkunjung ke Dubai? Letaknya yang jauh dari Eropa dan Asia Selatan dan Timur, sedangkan pasar di dalam negeri mereka sangat kecil. Sementera tetangga sesama negara Arab lain juga belum tentu tertarik karena mereka juga mempunyai fasilitas yang sama di negera mereka dan lagi pula tidak semua negara tetangga mereka negera kaya. Bahkan beberapa negera arab sedang bermasalah seperti Irak, Lebanon, Yaman dan Syria. Jadi dari manakah mereka mengharapkan orang akan datang berbelanja ke Dubai? Data terakhir menunjukkan bahwa mereka sudah berhasil mendatangkan 12 juta orang pertahun. Pertanyaannya apakah mereka semua tinggal dan berbelanja di sana atau hanya sekedar singgah saja mengingat tingginya harga-harga barang dan sewa kamar hotel di sana. Kalau mengharapkan pendapatan dari para pebisnis juga sulit. Siapa yang akan datang ke Dubai untuk berbisnis selain bisnis minyak, dan kalaupun ada perusahaan mana yang rela mengeluarkan USD 1,500/malam untuk biaya penginapan eksekutifnya?
Masalah berikutnya adanya tingginya biaya operasional semua fasilitas yang dibangun. Semua memerlukan energi yang tinggi karena semuanya bukan alami dan diciptakan dengan memanfaatkan mesin-mesin dan teknologi. Dubai juga tidak mempunyai tenaga kerja sendiri yang bisa mengoperasikan semua fasilatas yang ada, mereka tergantung kepada tenaga kerja asing yang tentu gajinya mahal.
Kalau dilihat dari segi bisnis property proyek yang dibangun oleh Dubai World ini sangat sulit karena masalah “lokasi” yang tidak strategis. Di dalam bisnis property ada 3 hal yang sangat menentukan, pertama lokasi, kedua lokasi dan yang ketiga lokasi. Dubai jauh dari mana-mana, penduduk sendiri sangat sedikit dan harganya yang mahal.
Melihat masalah Dubai ini membuat saya begitu bersyukur menjadi warga negara Indonesia, kita tidak perlu menyulap padang pasir seperti Dubai untuk menarik wisatawan. Allah telah menganugerahkan tanah air yang begitu indah kepada bangsa Indonesia. Tinggal kita memenafaatkan dengan sebaik-baiknya.
0 comments:
Post a Comment