Wanita Perkasa dari Ternate



Malam ini kami kedatangan tamu, saudara kami Ilda dan keluarga jauh-jauh dari Ternate Maluku Utara. Ini suatu kehormatan bagi kami mendapat kunjungan mereka karena kami tidak pernah menyangka bahwa akan bisa datang sekeluarga menempuh jarak ribuan kilometer dari bagian timur Indonesia berbeda waktu 3 jam dari Jakarta. Tapi alhamdullilah mereka datang dengan selamat. Tahun yang lalu yang datang hanya Ilda saja dan sang suami tetap tinggal di Ternate.


Ilda adalah saudara sepupu saya kami berasal dari Sarik Laweh Akabiluru Kab. 50 Kota Sumbar. Kakeknya dari pihak ibu datuak Darimin adalah adik dari nenek saya dari pihak ibu. Ketika kecil datuak adalah kepala kaum kami dari suku Jambak dan menjadi pelindung kami sekeluarga. Terlebih lagi setelah almarhumah ibu meninggal datuaklah yang sering memberi perhatian kepada keluarga saya.


Saya menuliskan Ilda sebagai wanita perkasa karena memang dia adalah wanita yang mempunyai kemamuan keras untuk maju. Sebagai anak yang lahir dan besar di desa maka kondisi ekonominya sama seperti kebanyakan orang desa, sangat biasa. Namun demikian dia mempunyai cita-cita yang sangat tinggi yang tidak dimiliki kebanyakan anak desa lainnya. Dia ingin sukses dan meraih pendidikan yang terbaik. Dia belajar keras, sampai ke tingkat SMA (diniyah) dia berhasil mencapai prestasi yang terbaik sehingga menarik perhatian para pendidik dan masyarakat. Berkat kegigihannya itu sekitar tahun 1994 Ilda berhasil mendapatkan beasiswa dari Universitas Al Azhar Kairo Mesir!
Semua keluarga dan masyarakat kampung bangga akan prestasinya itu. Tapi kemudian timbul pertanyaan, biaya berangkat dan ongkos hidupnya ke Kairo darimana? Selama ini untuk biaya hidup selama bersekolah di Padang Panjang saja didapatkan dengan bersusah payah, apalagi untuk hidup di Kairo.


Begitulah kalau cita-cita sudah tertanam, tidak ada yang tak mungkin. Ilda dengan berbagai cara berusaha untuk mendapatkan biaya. Bersama dengan tek Yus almarhumah ibunya dia bolak-balik mendatangi kantor bupati Kab 50 Kota, instansi-instansi lain serta orang-orang yang mungkin bersedia membantu. Hasil dari kegigihannya itu sampai-sampai bapak Bupati dan rombongan bersedia mendatangi rumah kediaman mereka di desa kami.

Alhamdulilah berkat usaha dan do'a dari masyarakat terkumpullah dana cukup untuk ongkos berangkat ke Kairo dan biaya hidup untuk beberapa waktu saja. Sedangkan untuk biaya hidup selama kuliah belum terfikirkan waktu itu, tapi dia yakin bahwa Allah pasti akan memberikan jalan.


Melihat Ilda berhasil mendapat dukungan biaya, tanpa diduga sang kakak laki-lakinya Daesmady yang waktu itu sudah bekerja di Riau tergoda pula untuk berangkat. Karena sebenarnya sebelum Ilda berhasil mendapat beasiswa dari Al Azhar sang kakak juga berhasil mendapatkannya tapi karena tidak tahu bagaimana cara untuk mendapatkan biaya, dia batalkan niatnya itu. Daesmady ternyata sangat serius untuk berangkat, akhirnya ada 2 orang yang harus dibiayai untuk berangkat ke Mesir, berarti dana yang ada menjadi terlalu sedikit.

Kami di rantau khususnya di Jakarta terus mengikuti perkembangan, dan tersentak mendengar bahwa akan ada 2 orang yang akan berangkat. Sebagian kami menyarankan agar salah seorang saja yang berangkat, tapi keputusan kakak beradik itu sudah bulat, mereka ingin berangkat berdua. Dengan mengumpulkan dana sesama warga IKS di Jakarta, sumbangan dari beberapa rekan-rekan kerja dan teman-teman alhamdulillah akhirnya terkumpullah dana cukup untuk memberangkatkan mereka ke Kairo.


Selang dua tahun berlalu, datanglah musibah nasional yang namanya Krisis Moneter alias Krismon pada tahun 1997, ekonomi Indonesia hancur lebur dan nilai rupiah terpuruk sampai 10 kali kalinya. Kalau sebelumnya IKS berhasil mengumpulkan uang tiap bulan cukup untuk membantu biaya, dengan nilai rupiah yang anjlok seperti itu maka nilai dollar yang kami kirimkan hampir tiada artinya lagi. Kami sedih dan khawatir bagaimanakah nasib kedua orang adik-kakak itu di negeri orang di tanah Afrika itu. Beberapa kali kami mencoba menghubungi mereka melalui telepon tapi tidak berhasil.

Disinilah Allah menunjukkan kekuasaanNya, bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah, Allah pasti membantu dan memberikan jalan keluar. Orang Mesir khususnya Kairo sangat paham dengan musibah yang tengah melanda Indonesia, mereka dengan suka rela membantu ribuan mahasiwa Indonesia yang sedang berkuliah di sana, dengan penuh ikhlas merekalah yang menyediakan makanan, pakaian serta pemberian buku gratis. Alhasil kedua kakak-beradik ini bisa bertahan dan menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Kita umat Islam Indonesia pantas berterima kasih atas kebaikan saudara kita dari negara Piramid ini.


Sementara itu kondisi ekonomi Indonesia terus membaik, berikutnya datanglah pula saat yang menyenangkan bagi mereka ketika kkd Rumsas Adrifin warga IKS mendapat kepercayaan pemerintah menjadi Atase Penerangan KBRI Kairo. Jadilah kakak beradik yang selama hampir 4 tahun hidup dalam pengembaraan mendapatkan oase tempat mereka melepas dahaga dan berteduh serta melepas rindu kampung halaman. Selang beberapa tahun kemudian kakak beradik lulus dengan prestasi yang membanggakan dan kembali ke tanah air.


Setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan kini masing-masing mereka telah menikmati apa yang mereka cita-citakan. Mereka mempunyai pekerjaan dan pendidikan yang mapan. Daesmady sekarang menjadi dosen di UIN Jakarta dan sedang mengambil program S3, hidup bahagia dengan 2 orang anaknya bersama isteri tercinta di Ciputat.

Ilda bekerja menjadi dosen di STAIN Ternate, Maluku Utara dan suami menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Ternate. Mereka hidup bahagia dengan dua orang anak mereka yang masih kecil-kecil Luzuardi dan Aditya.

Mereka tidak hanya bisa membahagiakan diri mereka dan anak-anak tapi juga kakak dan adik-adik mereka termasuk ayah mereka yang mereka ajak tinggal di Ternate.


Tulisan ini saya buat untuk mengambil hikmah dari perjuangan Ilda.

Orang barat mengatakan bahwa "a man with a dream can not be denied". Seseorang yang mempunyai impian tidak bisa dihalangi. Dia akan menghadang setiap rintangan yang dihadapi. Mereka tidak mau mundur meskipun orang banyak mengatakan bahwa mereka tidak mungkin untuk mencapainya. Mereka selalu mencari cara untuk bisa berhasil. Mereka tidak akan mundur meski ditengah jalan mereka menghadapi cobaan berat, mereka bertahan sementara orang-orang lain mundur. Mereka tidak akan berhenti sampai mereka bisa meraih cita-citanya. Dan yang penting bahwa mereka yakin bahwa Allah akan menolong mereka, Allah tidak akan memberikan beban yang tidak sanggup mereka memikulnya karena mereka yakin tujuan mereka adalah Jihad fi Sabillilah.


Bagaimana dengan anda dan saya? apakah kita punya cita-cita yang akan diperjuangkan sampai terwujud? Ilda sudah membuktikannya.


Share on Google Plus

About Taufik Arifin

2 comments:

Tan Gindo Ali said...

Om, usul, biar tulisannya mudah di baca dan tidak panjang betul...potong saja pake RSS di HTML sehingga setiap topik dapat kita lihat secara detail..., untuk teknisnya bisa buka di http://belajarngeblog.blogdetik.com/index.php/2008/12/29/memotong-postingan-di-blogspot/#more-55

Taufik Arifin said...

Pendi, thank atas masukkannya. Salam