Sementara saya bergumul menyelesaikan hutang-hutang keluarga, Alhamdulillah di sisi lain bisnis saya juga mulai menunjukkan perkembangan bagus. Satu persatu nasabah baru dengan ukuran yang lebih besar mulai kami
dapatkan. Bahkan kami mulai masuk ke industry yang sebelumnya belum pernah saya
kuasai. Kalau sebelumnya network kami lebih banyak di bidang pertambangan
(mining), alat berat, financial institutions (bank dan leasing) serta
perkapalan. Kini kami mulai menguasai industri power plant atau pembangkit
listrik. Jaringan ini bermula dari salah satu nasabah asuransi jiwa kami pak
Gerry yang menjadi salah seorang executive di perusahaan distributor generator
set. Dari pak Gerry ini kami banyak mendapatkan nasabah baru. Ternyata
industri ini sedang berkembang pesat sejalan
dengan kekurangan pasokan listrik di Indonesia. Jasa broker asuransi seperti
kami sangat diperlukan karena para pemilik pembangkit listrik mengalami
kesulitan mendapatkan jaminan asuransi yang baik karena resiko pembangkit
listrik sangat tinggi. Hampir semua perusahaan asuransi mengalami kerugian
karena tingginya klaim yang terjadi akibat dari kerusakan mesin atau Machinery
Breakdown. Mereka menolak untuk
menjamin resiko pembangkit. Diperlukan pendekatan khusus untuk mendapatkan jaminan
asuransi yang terbaik. Nasabah kami berkembang dan tersebar hampir ke seluruh Indonesia, meliputi Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara Barat, Nusantenggara Timur, Maluku dan
Papua. Menangi resiko pembangkit listrik
memang tidak mudah karena sulitnya mendapatkan back up asuransi. Untuk
mengatasi masalah ini kami melakukan penelitian dan komunikasi dengan para
pelaku industry pembangkit. Melibatkan para ahli dan perusahaan pembiayaan
untuk menekan pentingnya pengelolaan resiko agar bisa lebih menarik untuk
perusahaan asuransi.
Disamping itu core business kami yang lain juga
mengalami pertumbuhan pesat. Selain karena kondisi ekonomi Indonesia yang
semakin membaik, juga karena kemampuan anggota team
kami juga semakin meningkat. Mereka mulai menguasai
produk-produk asuransi dengan lebih baik, mengatasi masalah yang timbul
termasuk beberapa klaim besar yang berhasil diselesaikan. Salah satu klaim
terbesar adalah kecelakaan alat berat jenis “giant equipment” dengan kerugian
lebih dari satu juta dollar. Keberhasilan ini benar-benar telah memberikan
kepercayaan diri yang kuat bagi kami bahwa kami
mampu menyelesaikan klaim sebesar itu.
Dari semula kami sudah mempunyai keinginan
untuk mendapatkan izin sebagai perusahaan broker asuransi. Pada saat awal saya memulai bisnis ini akhir tahun 2006 persyaratan
mendirikan perusahaan broker asuransi sangat mudah, karena tidak dipersyaratkan adanya modal minimal sebagai setoran. Yang diperlukan
hanyalah tenaga ahli asuransi yang bersertifikat dari lembaga-lembaga yang
diakui oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia. Saya sudah memenuhi syarat
karena saya bersertifkat CIIB (Certified Indonesian Insurance Brokers) dan
pemegang gelar APAI (Ahli Pialang Asuransi Indonesia). Syarat penting lainnya
adalah polis asuransi Professional Indemnity (PI) sebagai perlindungan tenaga
professional asuransi. Persyaratan
ini juga relatif mudah karena ckup dengan menyediakan premi asuransi untuk
membeli polis asuransinya. Sejak awal saya sudah mulai mempersiapkan persyaratan dimaksud. Namun
untuk memulai bisnis tentulah tetap diperlukan modal kerja
yang cukup. Menurut perhitungan saya, modal kerja yang diperlukan waktu itu
cukup hanya sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah, tapi apa boleh buat saat
itu saya belum punya uang sebanyak itu, sementara tawaran saya untuk bekerja
sama dengan beberapa orang tidak bisa terwujud. Akhirnya
pengurusan izin ini tertunda-tunda. Sekitar tahun 2008 tiba-tiba keluar
peraturan pemerintah yang mensyaratkan bahwa untuk pendirian perusahaan broker
asuransi sekarang harus mempunyai modal awal sebesar
satu milyar rupiah. Peraturan ini sangat mengejutkan saya karena pada waktu itu
saya sudah mulai mengumpulkan uang sebesar dua ratus lima puluh
juta rupiah. Mau tidak mau saya harus terus mencari lagi uang tambahan empat
kali lipat dari yang ada. Terpaksa niat untuk segera mendapatkan izin broker
asuransi saya tunda lagi. Saya tetap beroperasi dengan status agen asuransi,
tepatnya sebagai persatuan agen-agen asuransi. Fokus saya adalah mengumpulkan dana sebesar satu milyar agar
dapat segara terwujud.
Kerja keras dengan mendapatkan sebanyak-banyaknya klien baru. Selain itu
penghematan pengeluaran terus diupayakan. Sementara hutang-hutang pribadi saya
tetap harus terus dicicil. Robert T Kyosaki penasehat keuangan dan
motivator hebat di dunia pada tahun
200an pernah mengatakan
“Keep it Simple and Stupid” atau KISS. Buatklah usaha anda sesederhana dan sebodoh mungkin. Saya mengamalkan prinsip ini. Ruang
kantor tetap dipertahankan secara sederhana, kendaraan tetap menggunakan Toyota
Soluna bekas taxi. Penampilan diri juga biasa-biasa saja. Tapi kadang-kadang
kondisi ini juga menjadi kontraversi. Satu saat saya berkunjung ke klien saya salah seorang pengusaha alat berat terbesar di Indonesia nama pak Ridwan
Salim. Beliau ini sahabat dekat dari pak Herman Setiadi rekan bisnis saya. Satu
saat saya meeting di kantor beliau di kawasan Pluit Jakarta Utara. Selesai
meeting karena sudah jam makan siang beliau mengajak saya makan siang bersama di restoran kesukaan beliau. Karena tempatnya saya belum tahu, agar
tidak nyasar pak Ridwan mau ikut naik mobil saya sementara mobilnya langsung
dibawa sopir beliau ke restoran itu. Saya mau menolak tapi tidak bisa. Saya panik. Bagaimana tidak, seorang konglomerat yang mempunyai asset triliunan rupiah mau naik mobil soluna bekas taxi yang jelek
dan bau itu. Saya betul-betul merasa malu ketika mengajak
pak Ridwan berjalan menuju ke mobil saya. Tampak sekali beliau kaget melihat
kondisi mobil saya. Begitu dalam mobil beliau bertanya “ ini mobil tahun berapa
pak Taufik”. Dengan rasa malu yang
luarbiasa saya jawab
apa adanya. Setelah duduk, beliau merasa kepanasan dan minta a/c dibesarkan,
tapi karena a/cnya memang kurang dingin akhirnya beliau mencari-cari power
window untuk membuka jendala. Mobilnya tidak punya power window, tapi masih
menggunakan system manual. Akhirnya beliau memutar sendiri kaca jendela mobil.
Saya betul-betul merasa kehilangan muka saat itu. Tapi untunglah beliau seorang
pengusaha yang rendah hati. Beliau tidak memperlihatkan sikap merendahkan saya.
Pada saat makan siang kami tetap bisa berdiskusi seperti biasa. Bahkan beliau
memberikan peluang yang lebih besar kepada saya. Hubungan bisnis kami tetap
berjalan baik hingga saat ini. Bahkan dari beliau kami mendapatkan banyak
klien-klien baru.
Karena jumlah karyawan kami terus bertambah,
pertengahan tahun 2009 kantor kami pindah lagi ke tempat yang lebih
luas. Ke sebuah ruko di Victorian Bintaro Blok A No.1. Kami tidak mengambil
satu ruko yang berlantai tiga itu. Kami hanya mengambil satu lantai di lantai
tiga. Kami mengambil secara sublease dari rekan saya sesama agen
di asuransi jiwa. Suasana kerja kami semakin bagus, sarana kantor semakin
dilengkapi tapi kendaraan tidak berubah. Kebijkasaan berhemat atau istilah
ekonomi dijaman orde baru dulu adalah Tight Money Policy atau mengencangkan
ikat pinggang. Meski saya sebagai pimpinan dan pendiri perusahaan saya tidak
menerima gaji. Saya hanya dibekali dengan dana operasional setiap minggu. Kalau
ada kebutuhan lebih baru saya minta tambahan. Demikian juga dengan gaji karyawan
yang lain, gaji mereka pas-pasan. Kondisi seperti itu tidak menghalangi mereka untuk bekerja keras dan
fokus. Mereka yakin bahwa kami satu saat pasti akan bisa menjadi sebuah
perusahaan besar. Saya sangat bangga mempunyai karyawan dan rekan kerja yang
mempunyai militansi seperti itu. Sebagai penghargaan atas perjuangan mereka
itu, saya memberikan saham kepemilikan perusahaan kepada mereka sesuai dengan
porsi perjuangan mereka masing-masing.
Dengan kondisi keuangan yang begitu ketat dan
suasana kerja yang masih di bawah standard kami tidak bisa mencari karyawan
dengan kwalifikasi bagus dan bergaji tinggi. Kami merekrut karyawan yang
berasal dari orang-orang yang kami kenal. Rata-rata mereka belum punya
pengalaman kerja dan berpendidikan lulus SMA. Sikap mereka juga belum baik. Kami
didik dan arahkan mereka satu-persatu
dengan sabar. Secara
perlahan-lahan mereka mulai bisa bekerja. Kami memberikan kesempatan kepada
mereka untuk berkembang. Bahkan ada diantara mereka yang sebelumnya adalah
seorang office boy, pelayanan restoran
dan tukang ojek. Tapi walau kami sudah berikan kepercayaan dan bimbingan tapi
ternyata setelah beberapa tahun tidak semuanya bisa bertahan. Banyak diantara
mereka berhenti walau sudah kami tawarkan gaji yang lebih baik. Karena
“kapasitas” intelektual mereka terlalu kecil mereka tidak tahan menghadapi
bekerjaan dan tanggung jawab yang lebih besar. Tapi bagi mereka yang bertahan,
mereka sekarang sudah semakin maju. Mereka mulai menduduki posisi penting di
dalam perusahaan. Mereka mau terus belajar dan berani menghadapi tantangan.
Tahun 2011 tabungan sudah mencukupi untuk memenuhi persyaratan modal yang
diperlukan. Bahkan jika ditambah dengan asset lain yang sudah kami miliki
jumlahnya bisa jauh lebih besar dari itu. Kami mulai mengurus izin broker kami.
Kami minta daftar persyaratan yang dipendirian perusahaan broker asuransi yang
baru. Hampir semuanya harus kami robah, akte notaris, perizinan, komposisi
pemegang saham dan lain-lain. Salah satu yang sangat mengganjal yang membuat
proses penguruan izin kami menjadi sangat lama adalah konfirmasi perubahan yang
disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM. Hampir satu tahun lamanya surat
keterangan perubahan itu baru keluar. Itupun setelah saya secara proaktif
mendatangi kantor kementrian itu. Ternyata ada kesalahan dari pihak notaris
kami yang tidak melengkapi dokumen
pendukung. Akhir tahun 2012 barulah semuanya lengkap. Langkah yang cukup berat
adalah pada saat ujian Fit and Proper Test di Departemen Keuangan RI. Ada empat
orang penguji dari berbagai bidang. Tapi karena saya sudah menguasai bidang ini
dengan baik, Alhamdulillah saya lulus. Sementara adik saya Walimatul Hidayati
yang diarahkan menjadi Direktur Marketing tidak lulus. Hal ini dapat dimaklumi
karena dia baru beberapa tahun menggeluti dunia broker asuransi, wajar jika dia
tidak bisa menjawab. Tapi hal itu tidak membuatnya surut. Karena satu tahun
kemudian dia bisa kembali mengikuti test. Dengan keberhasilan saya melewati
test ini maka lengkaplah sudah persyaratan kami menjadi broker resmi. Beberapa
waktu kemudian dalam bulan Oktober 2012 kami menerima surat pemberitahuan resmi
dari Departemen Keuangan RI bahwa perusahaan kami sudah terdaftar di Departemen
Keuangan dan sudah bisa beroperasi secara resmi menjadi perusahaan broker asuransi. Syukur
Alhamdulillah. Ini adalah saat-saat transisi pengurusan asuransi dari
Depertamen Keuangan RI ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang secara resmi mulai
beroperasi 1 Januari 2013.
Dengan status sebagai broker kami berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah
dengan sesama pemain broker asuransi. Mereka tidak lagi bisa menjadikan kami
sebagai sasaran tembak ketika berkompetisi. Mereka tidak bisa lagi menjatuhkan
kami dimata klien-klien kami. Rasa percaya diri kami memuncak. Kami berani
masuk ke pasar-pasar besar. Nasabah-nasabah besar yang selama ini kami tidak
berani masuk. Kami juga terus melengkapi system komputerisasi kami secara lebih
terintegrasi.
Saya sangat senang karena saya bisa kembali berkumpul dengan rekan-rekan
saya sesama broker asuransi. Selama ini walau saya bertemu dengan mereka tapi
saya meresa tidak percaya diri, apalagi ada diantara mereka yang menunjukkan
sikap merendahkan dengan status saya sebagai agen asuransi. Dengan adanya izin
ini adalah pintu gerbang kami menuju cita-cita saya untuk mempunyai perusahaan
broker asuransi yang mempunyai karakter tersendiri. Karakter yang didominasi
oleh pengalaman saya sebagai seorang agen asuransi jiwa, dikombinasikan dengan
kekuatan dan pengalaman bekerja di IBS perusahaan broker asuransi paling
professional dijaman saya bekerja. Diperkaya dengan pengalaman saya mendirikan
perusahaan broker asuransi yang sempat jaya ketika saya ada di dalamnya dan kemudian jatuh
setelah saya keluar.
0 comments:
Post a Comment