Allah telah mengatur perjalanan ini dengan
sebaik-baiknya. Tanggal 17 Oktober 2013 lalu adalah hari ulang tahun ke 14 dari
my son Omar Farhan Habib Arifin alias Bobby. Awalnya saya tidak punya rencana
khusus untuk merayakannya. Tahun lalu dia hanya minta dibelikkan laptop dan
tahun sebelumnya Blackberry. Bertepatan sekali di bulan ini saya akan mengikuti
Rapat Anggota Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi (APPARINDO) serta konferensi
Asia Insurance Brokers Conference yang diadakan di Nusa Dua Bali, 21 sampai
dengan 23 Oktober 2013.
Sebulan lalu saya kasih tahu rencana seminar ini
kepada my son. “wah aku ikut pah ke Bali, itu kan masih dekat dengan hari ulang
tahun aku” kata my son. Hmm boleh juga kata saya. Bertepatan pula seminggu
sebelumya adalah hari terakhir dia ujian mid semester dan seminggu kemudian banyak
waktu kosong karena hanya diisi oleh kegiatan ekskul. “It’s good idea” kata
saya menanggapi permintaan my son. Pada saat yang sama my wife juga mendapatkan
perjalanan gratis ke Bali dari Prudential karena dia sukses mencapai target
sampai dengan September lalu. Awalnya jadwal berangkat my wife mulai dari
tanggal 17 sampai dengan 20 Oktober 2013. Jadi kami akan berada di Bali atas
biaya dari sponsor sendiri-sendiri saya oleh L&G my wife dari Pru, hanya my
son yang perlu biaya sendiri. Tapi karena ibu mertua saya tidak ada yang menjaga, my wife memutuskan untuk tidak jadi berangkat.
Tanggal 18 Oktober 2013 jam lima subuh kami berdua
berangkat meninggalkan rumah kami di kawasan Pondok Aren, Tangsel. My son was so excited. Kami menumpang taxi Gamya yang sudah dipesan
my wife sebelumnya. Karena masih pagi jalanan masih lancar. Jam enam kurang
kami sudah sampai di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng. Untung
kami beritahu jadwal kami kepada pengemudi taxi kalau tidak kami bisa salah
tujuan. “Sekarang Lion tujuan ke Bali berangkat dari Terminal 3” kata sang
pengemudi. Saya masih berfikir bahwa semua pesawat Lion Air berangkat dari
Terminal 1 ternyata sejak beberapa bulan lalu khusus untuk Lion tujuan Bali
dipindah ke Terminal 3 baik keberangkatan maupun kedatangan.
Saya ingin menggunakan moment ini untuk melatih my son
mengurus perjalanannya sendiri. Saya serahkan kepadanya tiket pesawat, dia pula
yang mengurus check in di counter, memilih tempat duduk, melakukan pemeriksaan
barang sampai boarding ke dalam pesawat. Usianya sekarang sudah 14 tahun,
saatnya mulai mengurus diri sendiri. Alhamdulillah semua bisa berjalan lancar.
Sebenarnya perjalanannya tanpa ditemani sudah pernah dia lakukan. Februari lalu
dia ke Singapura bersama rekan-rekan sekolahnya ditemani guru. Sesuai jadwal
jam 7.30 pesawat Lion Air yang kami tumpangi mulai mengudara. Kabut pagi masih
menyelimuti sebagian wilayah Jakarta. My son banyak bertanya tentang proses
penerbangan. Untunglah saya sudah sempat belajar tentangan Aviation Risk
Management sehingga saya dapat menjelaskannya dengan lebih lengkap.
Satu jam kemudian langit terlihat begitu cerah karena
hari sudah semakin siang. Bukan hanya itu saja tapi karena ada perbedaan waktu
satu jam antara Jakarta dan Bali. Pesawat mulai terbang di ujung timur pulau
Jawa dan berbelok ke selatan menelusuri pantai selatan pulau Bali. Subhanallah,
pemandangan yang begitu indah. Laut biru, semikin ketepi terlihat berwarna biru
muda dan diujungnya ada wana putih buih dan pasir pantai. My son sibuk
mengabadikan dengan camera smart phonenya. My son banyak bertanya tentang
posisi terbang saat itu karena dia belum paham betul posisi pulau Bali. Saya
ambil peta yang ada di majalah Lionmag baru dia yakin.
Begitu sudah mau mendarat my son agak ketakutan. Dia
masih terbayang dengan kecelakaan yang menimpa Lion Air beberapa bulan lalu
disini. Pesawat gagal mencapai landasan dan akhirnya terjun ke laut. Semua
penumpang selamat. Mendaratkan pesawat di bandara Ngurah Rai Denpasar memang
perlu keahlian khusus karena posisi Bandara yang berada di tepi laut samudara
India yang secara tiba-tiba bisa terdorong oleh angin kencang dari Samudera.
Delapan tahun lalu saya pernah mengalaminya. Saya naik pesawat Adam Air dari
Jakarta, mendarat di Ngurah Rai jam 10 malam. Pesawat sudah touch down kamudian
terangkat lagi dan baru beberapa saat kemudian turun dengan keras sekali. Alhamdulillah
pendaratan kami kemarin berjalan lancar walau sedikit kurang mulus karena masih
terasa ada hempasan padahal pilotnya sepertinya sudah cukup senior dan orang
asing.
Kami tiba pukul 10.30 tepat waktu Denpasar. Langit
begitu cerah, sinar matahari terasa mulai menyengat. My son begitu bersemangat
begitu menginjakkan kakinya di pulu Dewata ini untuk pertama kali. Bagi saya
ini adalah yang kesepuluh atau mungkin lebih. Kami keluar melewati bangunan
terminal lama. Terminal bandara Ngurah Rai sudah direnovasi secara
besar-besaran. Sebernanya sudah mulai dioperasikan sejak dimulainya acara Miss
World 2013 dan pertemuan para pemimpin APEC 2013 yang diselenggarakan awal
bulan ini. Kondisinya sudah 85% selesai. Saat ini masih dalam tahap finishing menyelesaikan
masalah interior saja. Penampilannya jauh sekali berbeda. Bangunan baru dengan
konstruksi canggih, modern dan kapasitasnya sekitar 4 kali lebih besar dari
yang sebelumnya. Mungkin bandara ini termasuk yang paling canggih di Indonesia
saat ini. Berlantai dua. Lantai atas untuk keberangkatan Internasional.
Dengan menumpang taxi kami langsung menuju ke Harris Riverview Hotel and Residence to Jalan Raya Kuta sekitar 1,5 km dari pantai Kuta.
Kamar hotel sudah saya pesan sejak 3 minggu lalu lewat AGODA secara online.
Saya semakin cocok dengan AGODA untuk pemesan kamar karena banyak pilihan,
cepat dan discountnya yang luar biasa. Saya hanya bayar Rp. 500 ribu rupiah
permalam sudah termasuk breakfast untuk hotel berbintang 4 seperti ini. Padahal
dengan pembelian online yang lain untuk hotel ini juga harganya 750 ribu
sementera published ratenya 850 ribu. Ada tiga kolam renang, kamar luas dan
baru. Proses check in berjalan lancar, saya hanya diminta untuk memperlihatkan
bukti email konfirmasi dari AGODA. Meskipun jam check in jam 2 siang tapi kami
boleh masuk ke kamar walau kami sampai jam setengah dua belas siang. My son
senang setelah masuk kamar hotel, ternyata lebih bagus daripada yang dia
bayangkan sebelumnya.
Karena hari pertama kami datang adalah hari Jumat, jam
setengah dua belas waktu Bali kami berangkat ke mesjid yang letaknya cukup
dekat dari hotel. Bisa dicapai dalam waktu lima menit berjalan kaki. Saya sudah
pernah sholat Jumat di mesjid ini tiga tahun lalu. Praktis tidak ada yang
berubaha dari mesjid ini. Selepas sholat jumat kami terus lanjutkan perjalanan
menuju ke arah Pantai Kuta. Sinar matahari terasa begitu terik dan menyengat
siang itu. Kami sempat berjalan beberapa ratus meter hingga kami akhirnya
menemukan tempat makan siang. Sebuah restoran sea food halal. Salah satu yang
perlu berhati-hati buat pelancong muslim di Bali adalah masalah makanan halal.
Tidak semua restoran menyediakan makanan halal. Cara yang paling aman adalah makan
di restoran Padang yang cukup banyak terdapat di sini.
Selepas makan siang dengan menumpang taxi kami menuju
ke pantai Kuta untuk sekedar melihat suasana di sana. Karena cuaca yang sangat
terik kami kembali ke hotel. Kami berniat untuk kembali ke pantai setelah
ashar. Jam setengah empat sore kami sudah kembali berada di pantai Kuta. Sinar
matahari masih terasa begitu terik walaupun demikian sudah banyak orang yang
berenang menikmati ombak pantai Kuta yang terkenal tinggi tapi tidak berbahaya
karena pantainya yang begitu landai. Tidak banyak turis asing yang bermain di
pantai di sore itu. Menurut surat kabar lokal hal ini disebabkan oleh cuaca
yang begitu panas. My son langsung terjun ke laut untuk berenang sementara saya
duduk di pantai menunggui tas dan barang-barang kami. Tampak my son begitu
exited bermain dengan gulungan ombak. Tampa disadari dia bergerak jauh ketengah mengejar ombak
yang lebih tinggi. Saya mulai khawatir, saya ingatkan my son untuk tidak
terlalu jauh ke dalam. Sementara my son berenang saya asik bermain dengan my
Life Companion, Samsung Galaxy S4 saya. Memotret keindahan pantai di bawah
sinar matahari yang cerah. Mengabadikan keceriaan pengunjung di sore
hari. Tampak sekali mereka begitu menikmati indahnya kehidupan pantai Kuta menjelang senja. Saya
juga sempat membaca setiap berita terkini yang disajikan oleh kompas.com sembari
menikmati alunan lagu-lagu enak dari penyedia 100% lagi enak Delta FM secara
streaming Delta FM Jakarta. Saya ikut tertawa geli mendengar canda dan gurau Bara dan penyiar
pengganti Harsya dalam acara Sore Sore Seru.
This is Kuta Beach |
Menjelang jam enam sore hawa sejuk mulai berhembus
dari selatan pertanda senja sudah tiba. Deburan ombak semakin tinggi dan mulai
mengejar daratan yang lebih tinggi. Tiba-tiba ombak membasahi tubuh saya serta
tas dan pakaian yang semula masih begitu jauh dari pantai. Di langit warna biru cerah
berubah menjadi biru tua dan beberapa saat kemudian berubah lagi menjadi merah
jingga. Semakin lama berubah menjadi berwarna merah keemasan. Saya sibuk
mengabadikan saat keindahan matahari tenggelam di pantai Kuta. Mesti matahari sudah bergi
meninggalkan pantai namun suasanan pantai masih cukup terang. My son ke luar dari
laut dan membersihkan diri dengan air dari selang yang seadanya. Sayang sekali
tidak ada sarana mandi air tawar di pantai Kuta.
Kuta with moonlight |
Kuta Nightlife |
Shopping area |
Menjelang jam tujuh malam kami meninggalkan pantai Kuta menelusuri jalan-jalan di sekitar pantai. Tampak lampu-lampu bersinar terang-benderang menebar dari setiap toko membuat suasana kehidupan malam nampak beitu terasa. Turis asing dari berbagai ras dengan begitu santai hilir-mudik menelusuri jalan-jalan kecil. Banyak pula yang menikmati makanan dan minimum di restoran dan café yang tersebar di kawasan itu. My son tampak menikmati sekali suasana seperti itu. Terasa benar bahwa ini adalah kawasan turis asing. Hampir tidak ada suasana seperti ini di tempat lain di negeri ini. Beberapa saat kemudian my son mulai lapar. Kami mampir ke restoran KFC yang terletak di perempatan jalan. Kami menikmati makan malam dengan santai sambil ngobrol. Menjelang jam delapan malam kami mulai meninggalkan restoran KFC menuju ke hotel dengan berjalan kaki. Setelah kami tanya ke Samsung navigator jarak antara tempat kami makan ke hotel kurang dari satu kilometer saja. Sampai di hotel kami mandi sholat jamak magrib dan isya setelah itu kami hanyut dengan kegiatan masing-masing. My son sibuk dengan smart phonenya sementara saya sibuk pindah-pindah channel tv.
0 comments:
Post a Comment