Tentang Penulis:
Jika saja para pahlawan bangsa ini yang telah berjuang dengan harta dan nyawanya 68 tahun lalu masih hidup mereka akan tersenyum bangga melihat negeri yang dulu dijajah dan dihina oleh bangsa lain kini hidup dalam masa penuh gemilang, makmur dan sentosa serta bermartabat. Negeri yang kini menjadi perhatian oleh seantero dunia karena mampu membalikkan keadaan dari negeri yang hancur-lebur dan carut-marut akibat krisis moneter dan politik sekitar 10 tahun lalu, kini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia setelah China. Bank Dunia (World Bank) membuat prediksi bahwa negeri ini akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi sepuluh terbesar di dunia dalam rentang waktu sepuluh tahun ke depan. Sekarang saja sudah masuk ke dalam kelompok G20 kelompok elit negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Indonesia masuk ranking ke 18.
Indonesia sebagai sebuah bangsa sudah
berada di jalur yang tepat untuk melaju menjemput masa depan yang jauh lebih
cerah. Pertanyaannya sekarang bagaimana dengan kita, anda dan saya secara
pribadi? Apakah kita sudah menjadi bahagian dari kesuksesan bangsa ini. Apakah
kita mempunyai andil di dalam memajukan negeri ini? Apakah kita hanya sebagai
penumpang atau sebagai pengemudi? Atau bahkan kita menjadi penumpang yang
tidak diperhitungkan. Lebih parah lagi justru kita mungkin menjadi bagian eccess
baggage atau kelebihan muatan. Menjadi beban saja. Hanya ikut
menikmati kesuksesan dari hasil kerja orang lain alias follow the fortune dari
orang lain.
Bagaimana mungkin kita secara pribadi akan menjadi bahagian penting dari kesuksesan negeri ini kalau kita secara pribadi masih belum merdeka. Masih terbelenggu, terkurung dan tertindih. Memang penjajah sudah dienyahkan dari negeri ini sejak 68 tahun lalu, tapi tanpa disadari atau tidak masih banyak dari anak bangsa ini masih terbelenggu, terikat, terkurung dan tertindih oleh kebodohon, ketidak-tahuan, ketidak mampuan mengatasi keterpurukan dan menjadi korban dari hawa-nafsu.
Berapa banyak diantara kita yang
masih terbelenggu oleh perilaku buruk kita dan tabiat tidak terpuji. Kita dijajah
oleh sikap kita sendiri. Malas, itulah masalah yang utama. Bahkan untuk
menggerakkan tangan memencet remote tv saja ogah. Membuka mata dan bangkit dari
tempat tidur saja mereka tak sanggup. Entah apa yang menahan kita untuk
berbuat, bertindak dan melakukan sesuatu yang lebih baik. Kalau untuk pekerjaan
yang demikian sederhana saja sudah malas, apalagi untuk pekerjaan yang berat.
Tantangan hidup semakin hari semakin keras. Untuk memenangkan persaingan tidak
ada pilihan, kita harus lebih giat dan tangguh. Tidak ada tempat untuk pemalas.
Kita akan tergilas oleh derasnya arus persaingan. Para pemalas punya sejuta
alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Alasan kesehatan itulah yang paling banyak
mereka gunakan. Batuk, pilek, tidak enak badan (my body not delicious)
kata-kata itu yang sering meluncur dari mulut mereka. Hey, penyakit-penyakit
seperti itu tidak mematikan. Tidak akan menyebabkan anda harus ditandu pakai ambulan
ke rumah sakit. Justru kalau anda bekerja penyakit seperti cepat sembuh dan
hilang dengan sendirinya. Kalau dipelihara di tempat tidur virusnya malah semakin
berkembang.
Kita sering belum berhasil
membebaskan diri kita dari kebiasaan buruk dalam berhubungan dengan orang lain.
Kita masih sering memanfaatkan orang lain ketimbang memberi manfaat
kepada orang lain. Kita selalu melihat apa yang bisa saya dapatkan dari orang
lain ketimbang apa yang saya bisa berikan untuk orang lain. Tak jarang orang
sering memanipulasi informasi agar orang lain agar membayar lebih besar atas
sebuah jasa buruk yang dia berikan. Cara-cara seperti adalah cara yang mengantarkan
kepada kegagalan karena cepat atau lambat orang akan tahu nilai anda yang
sesungguhnya. Anda tidak akan dapat memanipulasi data untuk selama-lamanya.
Bersikap jujur dan apa adanya adalah sikap yang lain baik. Jika anda mempunyai
kemampuan hebat pasti orang lain akan merasakannya dan membayar dengan harga
yang pantas. Tapi jika anda mempunyai kemampuan rendah dan anda jujur orang
lain akan membantu anda untuk memperbaikinya.
Kita juga masih terbelenggu
dengan kebodohon. Begitu banyak hal-hal yang tidak kita ketahui tapi kita
biarkan diri kita dalam ketidak-tahuan. Ketika masalahnya tiba kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Ketika diminta tanggapan jawaban kita ngawur. Kita cenderung menyuruh orang lain untuk melakukan
sesuatu yang sebenarnya bisa melakukannya dengan tangan kita sendiri.
Hanya karena kita tidak tahu. Belajar itu tidak susah. Hanya diperlukan niat, kemauan
dan konsisten.Tidak diperlukan kerja keras, tapi hasilnya luar
biasa.
Itulah sekelumit masukan untuk
mengingatkan kita agar bisa menikmati kemerdekaan ini dengan semaksimal
mungkin. Jadilah bagian penting dari kemakmuran bangsa ini. Jika anda makmur, keluarga
anda akan makmur, saudara anda akan makmur, masyarakat sekitar anda ikut makmur
dan akhirnya seluruh bangsa ini akan makmur. Mulailah melakukan perbaikan pada
diri anda. Jika anda berubah, semuanya akan ikut berubah.
0 comments:
Post a Comment