Mitos Ekonomi Yahudi

REPUBLIKA 2 Februari 2009, ANALISIS Oleh Adiwarman A Karim
Tidak ada yang istimewa dengan kekuatan ekonomi kaum Yahudi. Sebagaimana lazimnya kaum perantau, kaum Yahudi yang tercerai-berai dari kampung halamannya selama ratusan tahun telah dipaksa oleh keadaan untuk bertahan hidup dengan berdagang dan berusaha jauh lebih keras daripada penduduk lokal.
Salah satu negara perantau mereka adalah Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi negara adidaya dalam berbagai bidang. Posisi AS sebagai negara adidaya itulah yang menjadikan pengusaha Yahudi yang sukses di negara itu menjadi sangat berpengaruh di dunia.
Jadi sebenarnya ada dua faktor utama yang dapat menerangkan kekuatan ekonomi kaum Yahudi saat ini. Pertama, jiwa perantau yang selalu berusaha lebih keras. Kedua posisi AS sebagai negara adidaya. Lihatlah kaun Cina yang juga senang berkelana jauh dari negerinya, memetik hasil kerja keras mereka di tanah perantauan. Lihat pula kaum Minang, Kaum Bugis dan kaum-kaum lainnya yang mempunyai tradisi berkelana. Mereka memetik hasil kerja keras di tempat-tempat perantauan. Posisi sosial eknomi yang terbaik di negara-negara perantauan telah memungkinkan mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan pergaulanan di kalangan atas.
Kedekatan pengusaha dan penguasa semakin mengokohkan pengaruh pengusaha Yahudi. Apalagi, bisa pengaruh itu berwujud di negara adidaya seperti AS.
Realita inilah yang sering kali merefleksikan citra dominannya kekuatan ekonomi kaum Yahudi di seluruh dunia. Citra inilah yang tertanam di dalam pesepsi kita akan kehebatann ekonomi kaum Yahudi. Bahkan, jauh lebih hebat dan menakutkan dari pada kekuatan yang sebenarnya.
Persepsi inilah yang sering kali menghantui dan mengerdilkan eknomi umat Islam. Sering kali bayangan jauh lebih dari aslinya, dan bayangan inilah yang menghantui dan mengerdilkan ekonomi umat Islam. Kehebatan ekonomi Yahudi menjelma menjadi mitos.
Ketika Hizbullah pimimpinan Hasan Nasralah mampu bertahan dan mengejutkan Isralel dengan kegigihan perlawannya di Lebanaon, pupuslah mitos kedigdayaan militer Isreal yang selama puluhan tahun menghantui negara-negara Arab. Israel tiba-tiba saja kehilangan power to deterent (kekutatan menggertak) negara-negara Arab dengan kekuatan militernya.
Begitu pula dengan rontoknya ekonomi AS, bangkrutnya Lehman Brothers, dan berbagai lembaga bisnis yang selama ini mejadi kebanggan kapitalisme, mengikis mitor kedigayaan eknomi AS dan juga mitor kedigdayaan ekonomi kaum Yahudi yang merupakan bagian tak terpisahkan dari eknomi AS.
Namun hal ini bukanlah tanda-tanda kehancuran kekuatan ekonomi kaum Yahudi, karena kekuatan mereka ditopang oleh dua faktor utama, yaitu jiwa perantau dan selalu berusaha lebih keras dan posisi AS sebagai negara adidaya, yang saat ini perpukul hanyalah salah satu faktor saja yaitu faktor AS sebagai negara Adidaya. Faktor jiwa perantau yang selalu berusaha lebih keras masih melekat kental pada kaum Yahudi.
Rezeki adalah rahasia Allah SWT, dan Dia pasti adil dalam membagi rahmatnya. Mustahil hukum nya bia Allah SWT melebihkan rezeki kaum Yahudi hanya semata-mata karena mereka keturunan Yahudi. Kini, saatnya kita bangkit mumupuskan mitos kedigdayaan kaum Yahudi, dan membuktikan pada dunia, siapa pun yang mau kerja dengan jujur kepada Allah SWT (shidiq) jujur kepada manusia (amanah) maka ia akan mendapatkan kepercayaan pasar. Dan siapa pun yang mau kerja dengan cerdan dalam membaca situasi, (fathonah) maka ia akan mendapatkan pangsa pasar.
AS dibangun oleh para perantau dari berbagai pelosok dunia dengan mimpinya masing-masing. Kegigihan perjuangan mereka mewujudkan mimpi itu merupakan modal penting menjadi negara adi daya.
Allah SWT tidak akan menjadikan umat Islam menjadi pemipin dunia hanya semata-mata karena kita beragama Islam. Nilai-nilai kejujuran, kecerdasan, dan kegigihan yang diajarkan Islam-lah yang akan menjadikan umat Islam pemimpin dunia. Islam yan hidup dalam masyarakat, bukan Islam yang berjarak dari masyaraktnya.
Tidak cukup bagi Hizbullah sekedar beragama Islam untuk mematahkan mitos militer Israel. Tidak cukup bagi pelaku eknomi syariah sekedar menyoraki runtuhnya mitos ekonomi AS untuk menjadi pemimpin eknonomi dunia.
Ekonomi Yahudi memang hanya sebuah mitor yang terlalu dibesar-besarkan. Eknomi syariah pun akan menjadi sekedar mitos bila kita tidak gigih mempejuangkan nilai yang terkandung di dalamnya.
Tidak cukup sekedar membacakan shalawat kepada Rasullulah SAW untuk membuktikan cinta kita kepada beliau. Tidak cukup sekedar berzikir untuk membuktikan cita kita pada Allah SWT.
Rasullulah SAW, penah bersabda, "Makhluk yang paling ajaib imanya adalah umatku di akhir zaman. Mereka yang tidak pernah berjumpa denganku, namun mereka mencintaiku sebagaimana kalian mencintaiku. Mereka menghidupkan sunahku seakan mereka pernah berjumpa denganku".
Ya Rasulullah SAW, kami tidak dapat berjumpa denganmu di dunia ini, maka izinkan kami berjumpa denganmu di akhirat kelak. Ya Rasulullah SAW, kami tidak dapat bersamamu di Badar dan membelamu di Uhud, maka izinkan kami menebusnya dengan menghidupkan sunahmu di akhir zaman.
Share on Google Plus

About Taufik Arifin

0 comments: